Tiga hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan berlibur di Kp. Langkob Kecamatan Salawu, Kota Tasik. Mengawali perjalanan dari Kota Tanggerang melewati tol dalam Kota Jakrata, tol Cipularang, Nagreg, Kota Garut, sejauh ratusan km, selama 6 jam barulah sampai di Kp. Langkob. Bukan hanya rasa lelah ketika perjalanan tapi dag dig dug jantung ini sesaat rumahnya telah didepan mata. Namun semua perasaan itu hilang saat keluaranya menyambutku dengan hangat. Karena perjalanan yang jauh dan melelahkan, ku putuskan untuk segera mandi, makan dan beristirahat.
Bangun di pagi hari yang dingin, mentari yang masih bersembunyi di ufuk timur diiringi lantunan ayat suci dari masjid terasa begitu damai. Ku buka jendela dan ku hirup udara pagi Kp. Langkob yang jauh dari polusi begitu menyegarkan. Sejenak ku lupakan semua kepenatan yang biasa kudapati di kota dan ku nikmati indahnya hidup di pedesaan. Alam yang menyuguhkan segala yang kita inginkan, kesederhanaan dan keramahan penduduknya begitu khas. Dan ku mulai liburan di hari ini dengan meracik pisang goreng spesial untuk orang tersayang. Tak perlu hitungan jam, dalam beberapa menit sepiring pisang goreng buatanku telah habis. Senang rasanya bisa berkumpul dan beramah tamah dengan seluruh keluarganya, mengunjungi rumah paman, bibi, dan sanak saudaranya di pagi hari. Suguhan nasi liwet, ikan goreng dan sambel begitu nikmat ku santap saat sarapan.
Setelah sarapan ku putuskan untuk segera mandi. Kemudian tanpa sungkan ku mencoba belajar membuat ladu pada mamah. Ladu adalah camilan khas Kota Tasik, terbuat dari campuran kelapa parut, gula merah, dan tepung ketan. Rasanya begitu legit dan manis seperti dodol. Bukan hanya sekedar memasak layaknya membuat kue, tapi ini menjadi moment yang sangat berkesan. Bisa berbagi cerita dan mengobrol dengan mamah untuk pertama kalinya terasa seperti sudah lama ku mengenalnya.
Sesuai rencana hari ini ku akan berwisata kuliner di Kota Tasik bersama kakang, teteh dan cimoy. Aku pikir Kota Tasik tidak jauh dari rumah, rupanya membutuhkan waktu sejam untuk sampai di pusat kota (*ternyata Langkob jauh kemana-mana). Mengawali berkuliner dengan mencari Es Bojong yang berda di daerah Jl.Ampera. Es bojong adalah sirup khas Kota Tasik tersiri dari es yang diberi campuran buah nangka, nanas, alpukat, cingcau hitam, ketan hitam yang siram santan, sirup kelapa dan gula. Rasanya begitu maknyos, manis dan menyegarkan(*Cuma ada di Tasik lohh) diminum saat hari begitu terik. Setelah puas menyantap Es Bojong campur duren, kami memutuskan untuk beristirahat dan solat di Masjid agung Tasik. Karena sedang berhalangan solat, ku putuskan untuk mengabadikan moment ini dengan berfoto. Bangunan Masjid Agung Tasik cukup unik, dengan taman pohon kurma dan bedug raksasa yang dimiliknya menjadi kekhasannya.
 |
Masjid Agung Tasikmalaya |
 |
Cimoy, teteh n me |
 |
Bedug raksasa di Masjid Agung |
Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan menelusuri pusat kota Tasik, melewati jalan-jalan utama Kota Tasik, pusat perbelanjaan yang menjadi pusat keramaian. Memarkirkan mobil di depan sebuah super market besar untuk menunggu teteh berbelanja. Lalu kakang mengajakku untuk membeli ice cream dan kebetulan aku menginginkan sepotong burger yang ada di salah satu restoran makanan cepat saji (*pasti bisa nebak apa restorannya). Setelah mengantongi makanan yang dipesan, kami putuskan untuk memakannya di luar. Baru saja keluar restoran dan makanan belum dimakan, gerobak cilok di depan mata menggoda iman, dan sudah pasti kakang mau membelinya. Lalu kami pun kembali berjalan menghampiri tempat dimana kami memarkirkan mobil, memakan semua makanan yang dikantongi sambil menunggu teteh selesai berbelanja. (*nongkrong pinggir jalan di depan toko pula, sesuatu).
Akhirnya teteh selesai berbelanja, dan kami lanjutkan wisata kami. Pusing menentukan pilihan antara menyantap bakso, es pisang ijo, dan pempek. Karena perut yang masih kenyang, kami putuskan untuk membeli pempek namun membungkusnya untuk dimakan di rumah. Pempek Ibu Srie yang terkenal enak telah kami kantongi dan kami lanjutkan perjalanan ke kampus UNSIL untuk sebuah keperluan. Ada satu lagi makanan khas Tasik yang tidak terlewatkan yaitu nasi TO alis tutug Oncom, karena teteh dan cimoy sudah sering menyantap nasi TO dan kami mengejar waktu agar tidak pulang terlalu sore, kakang menyarankan membeli sebungkus nasi TO untuk ku saja dan dimakan di perjalanan pulang. Alibi kakang saja membeli sebungkus untuk ku agar tidak penasaran, padahal yang ingin menyantap nasi TO adalah dia sendiri. Tergiur oleh ku yang menyantap nasi TO, kakang pun memintaku untuk menyuapinya. Alhasil sebungkus nasi TO dengan lalab, sambel, asin cumi dan tempe goreng tepung kami makan sebungkus berdua di perjalanan pulang. (*katanya so sweet)
Hari telah sore, senjapun mulai tenggelam dan kami putuskan untuk segera pulang ke rumah setelah Mampir untuk membeli sate maranggi. Mobil yang kami kendarai melaju kembali menelusuri jalan pulang dan hujan besar menyambut kami saat kami diperjalanan pulang. Berhenti di beberapa mini market untuk membeli Ice dundung dan martabak pesanan orang rumah, lalu bergegas melanjutkan perjalanan pulang dengan hati-hati karena jalanan yang licin dan gelap. Sesampainya di rumah, kami bercerita pada orang rumah tentang perjalanan hari ini sambil menyantap ice dundung. Malam ini kebetulan ada pengajian rutin, jadi begitu banyak makanan di rumah. Ada kue bolu, agr-agar gula merah, lengkap dengan lontong sayur buatan mamah. Perut masih kenyang, orang rumah sudah menawari untuk makan malam(*kalo seminggu sisini bisa naik berat baadan). Lalu ku putuskan untuk mandi dulu sebelum makan. Awalanya malam ini kami berencana untuk berendam di Pemandian air panas Garut, namun hujan deras yang terus mengguyur membuat kami mengurungkan niat untuk pergi(*jadi kakang masih punya utang yaahhh :p). Karena lelah berpadu dengan perut yang kenyang, rasa kantukpun tak terhindarkan, ku putuskan segera masuk kamar dan beristirahat untuk perjalanan esok hari.
Ku buka mata di pagi buta dan terbangun dari tidur lelap, namun kali ini bukan karena suara kokok ayam atau adzan subuh di Masjid melainkan suara lebutnya yang membangunkanku. Segelas air hangat dan pisang kukus telah di siapkan mamah di meja ruang makan. Mamah dan sepupu-sepupu sedang sarapan karena akan pergi ke sekolah. Saat mereka bersiap untuk berangkat, ku putuskan untuk meminta kakang mengajakku keliling Kp. Langkob. Dengan style piama ku berkeliling Kp.Langkob menulusuri jalan setapak, naik-turun tangga jalan yang licin karena semalam di guyur hujan.
 |
Pancuran diatas kolam dimanfaatkan warga sebagai WC umum |
 |
Pohon sengon(albasiah) seringkali ditemui di daerah Langkob |
Its so amazing and unicue, (*sumpah baru pertama kali main ke pedesaan kaya gini). Masih banyak rumah panggung, balong (kolam ikan), plus pancurannya. Lalu kami pun mengunjungi beberpa rumah yang masih kerabat. Inilah khas orang desa yang menjaga tali silaturahmi antar sesama, tidak memandang siapa dan apa. Sambutan hangatpun aku dapatkan dari orang-orang yang baru pertama kutemui.
 |
Pandai Besi asli kampung Langkob |
Bukan hanya alamnya yang unik tapi ada satu pekerjaan di daerah ini yang masih dijaga dan turun-temurun dilakukan. Pandai besi tradisional layaknya Mpu Gandring sang ahli pembuat keris, hanya saja yang dibuat disini adalah perkakas biasa.(*jadi inget game Harvest Moon). Puas mengelilingi kampung, kami pun bergegas kembali ke rumah untuk mandi dan bersiap untuk pergi ke Kampung Naga.
Cukup 5 menit dengan mengendarai mobil, kami sudah samapai di Kampung Naga. Kampung Naga merupakan objek wisata Kabupaten Tasik, merupakan perkampungan khas tanah sunda dengan segala adat dan istiadat yang masih di jaga kelestariannya. Bentangan sawah, aliran sungai, kandang ternak, rumah panggung, dan segala kegiatan adat yang biasa dilakukan begitu selaras.
 |
Tugu Kujang Pusaka Kampung Naga |
Gambar disebelah merupakan Tugu Kujang Pusaka yang teretak di Parkiran Kampung Naga, ketika ku intip ternyata di dalamnya berisi berbagai macam keris. Untuk mencapai perkampungan, membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menuruni ratusan anak tangga(*cape beud), namun semua kelelahan akan terbayarkan dengan pemandangan elok khas kampung. Ku langkah kaki untuk menuruni tangga, sesekali berhenti untuk mengambil beberapa gambar dan akhirnya sampai di pemukiman warga kampung Naga, yang kononnya jumlah rumah di kampung ini tidak boleh bertambah.
 |
Ratusan anak tangga menuju kampung naga |
 |
Jalan setapak menuju kampung naga, disisi kanan sungan dan dikiri sawah |
 |
Rumah-rumah khas kampung naga |
 |
Kolong rumah menjadi kandang untuk hewan unggas seperti ayam |
 |
Rumah panggung khas kampung naga |
 |
Aneka anyaman dari Raja Polah, Tasikmalaya |
Selain memiliki beberapa tempat wisata, Kota Tasik terkenal dengan beragam anyaman dan kerajinan tangannya. Seperti sandal, topi, dompet, tas, dan banyak lagi perkakas rumah tangga. Puas mengelilingi kampung naga, ku putuskan untuk bergegas pulang karena perjalanan pulang menuju kota Bandung segera menanti. Diperjalanan pulang menuju rumah, kami mampir untuk mengisi bensin disalah satu POM di Warung Peteuy. Dalam perjalanan pulang, kakang teringat akan janjinya mengajari ku untuk mengendarai mobil. Alhasil berhentilah kami di salah satu lapangan sebelah SMPN 1 Salawu yang konon merupakan tempat kakang menempuh bangku sekolah menengah. Lelah belajar maju-mundur dan trik parkir, kami putuskan untuk segera pulang. Dan disinilah liburanku di kampung berakhir dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk, begitu banyak yang ingin ku ceritakan namun apadaya tangan ini tak mampu menggoreskan lagi banyak kata. Terimakasih banyak ku haturkan untuk lelakiku tersayang Hasni Yamani, keluarga besar Langkob, dan semua orang yang tulus menyayangiku. 08.02.2k12 09.11 pm *agieregiana
 |
Aneka Kerajinan tangan khas Tasikmalaya |
 |
Belajar Nyertir di daerah Warung Peteuy |
akhirnya berhasil ngepost,.
BalasHapus