Sambil menyelam minum air adalah
peribahasa yang pas untuk apa yang saya lakukan selama kuliah di Taiwan. Kuliah
dan menjalani kegiatan harian di kampus adalah kewajiban utama sebagai pelajar,
namun tak ada salahnya kan jika saya sedikit berkeliling di negeri formosa ini.
Satu minggu lalu, saya mengikuti acara trip yang diadakan oleh salah satu
proffesor departement dan murid-murid lokal. Tujuan wisata kali ini adalah
Hualien. Jika kalian penasaran seperti apa, silahkan cari informasinya via mbah
Gogle. Secara garis besar Hualien adalah kabupaten terbesar di Taiwan yang
terletak di pantai timur pegunungan Taiwan. Hualien terkenal dengan objek
pariwisatanya. Adapun beberapa tempat wisata yang terkenal adalah Taman
Nasional Taroko, Yushan National Park, Danau Liyu dan beberapa spot untuk
meliahat samudra Pasifik dari atas tebing. Jika berngkat dari kota Taipei akan
membutuhkan waktu selama 4 jam menggunakan jalur darat transportasi bis. Ada
hal yang menarik jika memilih menggunakan jalur darat bukan kereta, di lebih
dari 1/3 perjalanan mata akan takjub melihat luasnya samudra Pasifik di satu
sisi dan tebing tinggi berbatu disisi lainnya. Sesekali bis akan melewati
terowongan hasil bobokan bukit batu dan saat melipir dari bibir jurang, bis
akan memutar melewati bukit batu dengan sungai berair biru di dasar tebing.
Belum ke Hualien kalo gak ke Taman Nasional Taroko (Taroko National Park) karena ini adalah tempat wisata terpopuler di Hualien. Sebelum sampai saya membayangkan jika Taman Nasional Taroko layaknya padang safana dengan rimbunan pohon disekitarnya , namun ketika memasuki kawasan Taman Nasional Taroko yang terlihat adalah puluhan bukit-bukit batu yang dikelilingi alur jurang yang curam dan disempurnakan dengan sungai-sungai berair layaknya kristal, jernih, biru, dan memantulkan cahaya. Dinding yang menjulang tinggi di Taroko merupakan dinding marmer yang sudah menjadi tempat yang nyaman bagi burung walet yang bersarang. Tak heran Taroko berasal dari kata "Truku" yang artinya indah dan menakjubkan.
Bukan
hanya jalur transportasi yag begitu mulus menyokong pariwisata di Taiwan, namun
peraturan-peraturan yang dibuat pemerinatah Taiwan untuk melesataraikan patut
kita hargai. Sebagai contoh, "Batu-batuan di Taroko ini tak boleh diambil
dan dibawa pulang kalau tak ingin didenda 10-15 ribu dollar Taiwan,".
Disepanjang perjalan dan di setiap obek wisata tak pernah saya temui sepucuk
sampah pun kecuali dedaunan dan ranting. Ini bukti kemapanan dan kearifan
warganya. Pantas lah jika dikatakan negara ini lebih maju dari Indonesia.
Objek
wisata pertama yang saya kunjungi adalah Long Spring Temple. Tidak ada tiket
yang dipungut untuk memasuki objek wisata ini sekalipun mereka memiliki
fasilitas umum seperti toilet dan tempat beristirahat sejenak yang nyaman.
Untuk mencapai Long Spring Temple, kita harus berjalan kaki menaiki anak tangga
karena temple ini terletak di atas bukit.
Tempat
ke dua yang saya kunjungi adalah Swallow mouth. Sejujurnya tempat ini tidak
terlalu istimewa namun sekali lagi, pemerintah Taiwan mengemasnya dengan apik.
Disini pengunjung akan disuguhi pemandangan jurang dan bukit batu yang dilihat
dari dalam gua tepi tebing. Pengujung diharuskan mengenakan safety helmet saat
berjalan menyusuri gua.
Tempat
ke tiga yang saya kunjungi adalah Nine bending hole. Di sini pengunjung
lagi-lagi harus berjalan kaki menembus beberapa gua, berjalan diantara tebing
curam dan bukit batu untuk dapat melihat air terjun yang cantik dan merasakan
guyuran air di dalam gua yang tergenang air yang jernih dan dingin.
Tempat
ke empat yang saya kunjungi adalah Bulowan, di tempat ini pengunjung akan
disuguhi pemandangan bukit ala-ala pengunungan eropa. Tak hanya itu, untuk
mendukung objek wisata ini pemerintah membangun museum kecil yang memamerkan
desain interior rumah tradisional suku asli Taroko.
Tempat
ke lima yang saya kunjungi adalah Danau Liyu. Luas danau ini tak ada
sepersepuluhnya Danau Jatiluhur, Purwakarta. Namun lagi-lagi, danau kecil ini
dirawat dengan apik, air yang hijau tak bersampah dan berbau menjadi pajangan
yang memanjakan mata ditambah sepoy-sepoy angin dingin. Di tempat ini
pengunjung dapat mengeksplorasi luas danau dengan mengayuh perahu bebek atau
menggunakan perahu mesin. Danau ini pun dikelilingin jalur path, jika
pengunjung ingin mencoba mengelilingi danau dengan kedua kaki.
Berdasarkan
trip schedule, tempat ke enam yang saya kunjungi bernama Seven Star Lake,
tempat ini menyuguhkan pantai tak berpasir yang berhadapan langsung dengan
samudra Pasifik.
Tempat
terakhir yang dikunjungi sembari menuju perjalan pulang adalah Hydrophilic Cliff.
Di tempat ini pengunjung dapat mengambil beberapa gambar berlatarkan samudra
Pasific dengan laut birunya.
What
a nice trip,. Really enjoy. See u in another trip,. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar