Sabtu, 25 Oktober 2014

Hualien Vacation

Sambil menyelam minum air adalah peribahasa yang pas untuk apa yang saya lakukan selama kuliah di Taiwan. Kuliah dan menjalani kegiatan harian di kampus adalah kewajiban utama sebagai pelajar, namun tak ada salahnya kan jika saya sedikit berkeliling di negeri formosa ini. Satu minggu lalu, saya mengikuti acara trip yang diadakan oleh salah satu proffesor departement dan murid-murid lokal. Tujuan wisata kali ini adalah Hualien. Jika kalian penasaran seperti apa, silahkan cari informasinya via mbah Gogle. Secara garis besar Hualien adalah kabupaten terbesar di Taiwan yang terletak di pantai timur pegunungan Taiwan. Hualien terkenal dengan objek pariwisatanya. Adapun beberapa tempat wisata yang terkenal adalah Taman Nasional Taroko, Yushan National Park, Danau Liyu dan beberapa spot untuk meliahat samudra Pasifik dari atas tebing. Jika berngkat dari kota Taipei akan membutuhkan waktu selama 4 jam menggunakan jalur darat transportasi bis. Ada hal yang menarik jika memilih menggunakan jalur darat bukan kereta, di lebih dari 1/3 perjalanan mata akan takjub melihat luasnya samudra Pasifik di satu sisi dan tebing tinggi berbatu disisi lainnya. Sesekali bis akan melewati terowongan hasil bobokan bukit batu dan saat melipir dari bibir jurang, bis akan memutar melewati bukit batu dengan sungai berair biru di dasar tebing.


Belum ke Hualien kalo gak ke Taman Nasional Taroko (Taroko National Park) karena ini adalah tempat wisata terpopuler di Hualien. Sebelum sampai saya membayangkan jika Taman Nasional Taroko layaknya padang safana dengan rimbunan pohon disekitarnya , namun ketika  memasuki kawasan Taman Nasional Taroko yang terlihat adalah puluhan bukit-bukit batu yang dikelilingi alur jurang yang curam dan disempurnakan dengan sungai-sungai berair layaknya kristal, jernih, biru, dan memantulkan cahaya. Dinding yang menjulang tinggi di Taroko merupakan dinding marmer yang sudah menjadi tempat yang nyaman bagi burung walet yang bersarang. Tak heran Taroko berasal dari kata "Truku" yang artinya indah dan menakjubkan.
Bukan hanya jalur transportasi yag begitu mulus menyokong pariwisata di Taiwan, namun peraturan-peraturan yang dibuat pemerinatah Taiwan untuk melesataraikan patut kita hargai. Sebagai contoh, "Batu-batuan di Taroko ini tak boleh diambil dan dibawa pulang kalau tak ingin didenda 10-15 ribu dollar Taiwan,". Disepanjang perjalan dan di setiap obek wisata tak pernah saya temui sepucuk sampah pun kecuali dedaunan dan ranting. Ini bukti kemapanan dan kearifan warganya. Pantas lah jika dikatakan negara ini lebih maju dari Indonesia.
Objek wisata pertama yang saya kunjungi adalah Long Spring Temple. Tidak ada tiket yang dipungut untuk memasuki objek wisata ini sekalipun mereka memiliki fasilitas umum seperti toilet dan tempat beristirahat sejenak yang nyaman. Untuk mencapai Long Spring Temple, kita harus berjalan kaki menaiki anak tangga karena temple ini terletak di atas bukit.



Tempat ke dua yang saya kunjungi adalah Swallow mouth. Sejujurnya tempat ini tidak terlalu istimewa namun sekali lagi, pemerintah Taiwan mengemasnya dengan apik. Disini pengunjung akan disuguhi pemandangan jurang dan bukit batu yang dilihat dari dalam gua tepi tebing. Pengujung diharuskan mengenakan safety helmet saat berjalan menyusuri gua.

Tempat ke tiga yang saya kunjungi adalah Nine bending hole. Di sini pengunjung lagi-lagi harus berjalan kaki menembus beberapa gua, berjalan diantara tebing curam dan bukit batu untuk dapat melihat air terjun yang cantik dan merasakan guyuran air di dalam gua yang tergenang air yang jernih dan dingin.



Tempat ke empat yang saya kunjungi adalah Bulowan, di tempat ini pengunjung akan disuguhi pemandangan bukit ala-ala pengunungan eropa. Tak hanya itu, untuk mendukung objek wisata ini pemerintah membangun museum kecil yang memamerkan desain interior rumah tradisional suku asli Taroko.




Tempat ke lima yang saya kunjungi adalah Danau Liyu. Luas danau ini tak ada sepersepuluhnya Danau Jatiluhur, Purwakarta. Namun lagi-lagi, danau kecil ini dirawat dengan apik, air yang hijau tak bersampah dan berbau menjadi pajangan yang memanjakan mata ditambah sepoy-sepoy angin dingin. Di tempat ini pengunjung dapat mengeksplorasi luas danau dengan mengayuh perahu bebek atau menggunakan perahu mesin. Danau ini pun dikelilingin jalur path, jika pengunjung ingin mencoba mengelilingi danau dengan kedua kaki.
Berdasarkan trip schedule, tempat ke enam yang saya kunjungi bernama Seven Star Lake, tempat ini menyuguhkan pantai tak berpasir yang berhadapan langsung dengan samudra Pasifik.
Tempat terakhir yang dikunjungi sembari menuju perjalan pulang adalah Hydrophilic Cliff. Di tempat ini pengunjung dapat mengambil beberapa gambar berlatarkan samudra Pasific dengan laut birunya.
What a nice trip,. Really enjoy. See u in another trip,. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar