Selasa, 15 Januari 2013

Berbahagialah Saat Mendapat Ujian

Berapa lamakah waktu yang kita habiskan untuk bersekolah? 12 tahun? 15 tahun? 16 tahun? Tau bahkan lebih dari itu. Sejak umur 4 tahun kita sudah bersekolah yang dimulai dari taman kanak-kanak selama 2 tahun. Lalu menempuh jenjang sekolah dasar selama 6 tahun, jenjang sekolah menengah selama 3 tahun, dan sekolah lanjutan atas selama 3 tahun. Tapi saya menghabiskan masa sekolah lanjutan atas di sekolah kejuruan selama 4 tahun. Bukan karena tidak naik kelas tapi memang program yang dimiliki oleh sekolah menengah kejuruan yang saya ikuti adalah program setara D-1 selama 4 tahun. Jika hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah lanjutan atas berarti sudah 14 tahun kita menghabiskan waktu untuk bersekolah. Bila sebagian dari kita beruntung maka ditambah lagi 4 tahun bahkan lebih untuk mengenyam pendidikan tiggi. Totalnya kita menghabiskan 18 tahun bahkan lebih untuk mengenyam pendidikan.
Selama 18 tahun mengenyam pendidikan tentunya setiap kita akan naik tingkat selalu dihadapkan pada ujian. Bahkan tidak untuk naik tingkat saja, setiap minggu terkadang kita dihadapkan pada ujian harian. Jika kita tidak mampu melewati ujian demi ujian apakah kita akan naik tingkat? Tentu tidak, oleh karena itu ada istilah tinggal kelas.
Proses ujian dan naik kelas selama menjalani pendidikan sama hal nya dengan kehidupan di dunia nyata. Setiap hari akan ada pengetahuan dan ilmu baru, ada permasalah baru, dan untuk naik tingkat kita harus melalui ujian. So, hubungan ujian dan naik tingkat adalah hal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Sama halnya kata Pak Mario Teguh “Hukum yang paling besar di dunia ini adalah hukum sebab akibat”. Kenapa saya katakan demikian, karena naik tingkat adalah akibat ujian yang telah berhasil kita lewati. Yang artinya tanpa ujian maka tidak ada naik tingkat. Maka, berbahagialah saat kita mendapat ujian, kerena artinya kita akan naik tingkat saat kita berhasil melewatinya.
Tahukah anda bahwa ujian/kegagalan memiliki pola begitu juga kesuksesan? Dan tahukah anda pola setiap orang itu berbeda?
Namun, tidak satupun orang tahu polanya secara pasti. Hanya Sang Pencipta semesta ini yang memiliki otoritas penuh. Maka tak perlulah kita tahu pola kegagal dan kesuksesan kita, cukup berusaha terus menerus dan yakin kesuksesan itu akan kita temui. Teringat pada sebuah quote “diantara seratus kegagalan itu ada kesuksesan”. Jadi, ketika kita menyerah maka kesuksesan itu tak akan kita temui. Ingatlah, “kesuksesan itu tidak datang pada kita, tapi kita yang datang pada kesuksessan”. Jika kita tak mencari dan bergerak datang pada kesuksessan, maka kesuksessan takan pernah kita temui”. Teruslah berusaha siapa tahu sekali lagi kita berusaha kesuksesan itu akan kita temui. Jika kita mengeluh mengenai kegagalan-kegagal yang kita alami, cobalah hitung sudah berapa kali kita gagal. Apabila sudah lebih dari seratus kali, maka kita patut berkaca diri, apakah yang menyebabkan kegagalan itu. Adakah dosa-dosa kita yang telah menghambat kesuksesan?adakah kesalah kita di masa lalu yang mempersulit? Atau hal-hal lainnya  yang menghambat berkah dan karunia Nya tak sampai pada kita? Wallohualam,.

Rabu, 09 Januari 2013

Petunjuk dari Nya


Belum lama saya menuliskan   "Proposal Hidup" saya dan mempostingnya di blog ini. Tak perlu saya membaca kembali untuk mengingat setiap mimpi yang saya tuliskan dalam proposal hidup saya karena saya sangat ingat betul setiap mimpi-mimpi saya. Saya sadar dan dengan penuh kewarasan menuliskan ingin menjadi seorang entrepreneur yang memiliki usaha di bidang kuliner. Saya tuliskan waktu, tempat dan jenis usaha yang ingin saya bangun. Saya tuliskan target-target yang ingin saya capai.
Belum kering tinta yang saya gunakan untuk menuliskan "Resolusi 2013" . Resolusi yang saya posting juga di blog ini minggu lalu. Masih segar dalam ingatan apa saja yang saya tulis sebagai panduan, pengingat dan penyemangat. Saya menuliskan ingin mempelajari ilmu bisnis dengan membaca buku minimal satu sebulan atau mengikuti seminar/training yang akan menunjang tercapainya resolusi dan mimpi-mimpi saya.
Bagi saya yang seorang “pemimpi”, apa yang saya tulis dan saya beri judul proposal hidup atau resolusi bukan hanya sekedar paragraf yang tertuang dalam selembar kertas digital. Tapi ini tentang impian, ini tentang jalan hidup, ini tentang aturan yang akan membawa saya kepada mimpi-mimpi di atas alam sadar saya. Bagi saya susunan kata yang terangkai menjadi kalimat-kalimat dalam paragraf adalah do’a. Do’a yang selalu saya mohon pada Sang Pemilik alam semesta dan seisinya. Do’a yang selalu saya lafalkan disetiap salat. Do’a yang selau diiringi oleh tetesan air mata bermusikkan debar jantung dan hembusan nafas. Begitu penting bagi hidup saya.
Seperti sebuah kalimat yang mengatakan “Tuhan tak selalu memberikan apa yang kamu inginkan, tapi ia akan memberikan apa yang kamu butuh kan” jelas sekali bahwa Dia Sang Pemilik selalu lebih tahu apa yang kita butuhkan, apa yang terbaik bagi kita. Kita hanya harus berusaha, berdo’a dengan kapasital maksimum dan biarkan lah sisanya tangan Tuhan yang membereskan.
Saya hanya akan pasrah dalam tawakal dan menunggu petunjuk dari Nya,. 
2 hari berselang setelah mempostingkan resolusi 2013 saya. Sebuah pesan singkat dari teman mengajak kepada siapa pun yang berniat serius berwirausaha untuk mengikuti sebuah progaram “Coaching Entrepreneur” dengan biaya nihil alis GRATIS. Layakanya tetesan hujan di tengah padang gurun, pesan ini begitu menyejukan. Saya yang berkhusnudzon pada Nya, merasakan bahwa ini adalah bagian dari apa yang saya minta dalam do’a dan saya tuliskan dalam proposal hidup saya. Saya meminta ingin menjadi seorang enterepreneur/wirausahawan dalam proposal hidup saya, dan saya ingin belajar ilmu bisnis/wirausaha di tahun ini. Dan Tuhan langsung memberikan saya sebuah paket coaching entrepreneur yang dalam keadaan normal berbayar hingga jutaan, kini saya diberikan paket garatis selama 6 bulan dengan coach yang telah berpengalaman dan berkualifikasi tentunya, yang akan memberikan saya berbagai ilmu yang dibutuhkan dalam berwirausaha/membangun bisnis dari titik nol, bahkan telah direncanakan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha dan langsung praktek di dunia bisnis sebenarnya, bahkan goal nya saya harus menjadi seorang wirausaha.
Puji syukur kehadirat IllahiRabbi,.

Betapa bahagia diri ini atas kenikamatan dan petunjuk Nya,.
Ini adalah awal dari perjuangan, perjuangan untuk menaiki tangga yang akan meninggikan derajatku. “Tuhan akan memberikan ujian/cobaan untuk menaikan derajat hamba-Nya” maka berjuanglah, berusahalah, bersabarlah, berdo’alah tanpa berhenti dan teruslah mengingat Nya.
Dreams come true Agie,.. J




Selasa, 08 Januari 2013

Kamu jauh lebih beruntung, jika kamu mau menengok ke bawah



Kegiatan bimbingan dan beberapa acara hari ini telah membuat saya lelah. Tapi sebuah peristiwa luar biasa hari ini telah mencharge sedikit energi yang tersisa. Kejadian luar biasa ini bermula di sebuah stopan lampu merah. Saya yang sedang menunggu lampu merah menjadi lampu hijau terpaku sembari menikmati hiruk pikuk kota Bandung selepas magrib. Terlihat beberapa pengamen dan pengemis yang terdiri dari 3 anak kecil yang dua diantaranya perempuan berumur 7-10thn dan seorang anak laki-laki berumur 5thn-nan. Anak laki-laki itu kemudian menperhatikan saya yang membuang muka karena dari awal saya tak berniat memberi uang recehan pada pengemis itu. Tapi anak laki-laki itu malah semakin mendekati saya kemudian melihat ke arah kantong keresek yang berisikan botol air mineral dan dia berkata “minta minumnya”. Dengan spontan saya pun memberikan botol air mineral yang tersisa setengahnya. Segera setelah mendapatkan  botol air mineral, ia pun membuka tutup botol dan menenggak air dengan tampang kehausan. Saya yang memperhatikan tiba-tiba merasa terrenyuh dan hampir meneteskan air mata. Bagaimana tidak, seorang anak berumur 5thn masih berada di jalanan untuk memelas demi sesuap nasi. Tak hanya merasa terrenyuh, seketika saja hati ini berkata untuk memberikan ia sedikit kebahagiaan. Secepat kilat hati ini menghipnotis otak saya untuk mengambil uang yang berada di saku jaket. Saya rogoh saku jaket yang saya ingat betul di dalamnya terdapat 2 lembar uang 5ribu dan selembar uang 2ribu. Tanpa berfikir panjang tangan saya segera mengambil uang dengan pecahan tertinggi yang saya punya di saku jaket saya. Sembari tangan kanan saya merogoh saku jaket, mulut ini pun memanggil anak laki-laki itu dengan halus ditambah senyuman manis “ade, sini de!”. Panggilan halus saya ternyata didengar oleh ke dua pengemis lain. Melihat tangan saya yang memegang uang, lantas ke dua pengemis lain mendekati dan menyerebot anak laki-laki ini. Dia yang jelas paling kecil tak mampu menang untuk berebut. Hasilnya uang yang akan saya berikan direbut oleh pengemis anak perempuan berumur 10thn-nan. Meresa dirinya diperlakukan tak adil akhirnya ia pun menangis dengan gaya khas anak kecil tidur di jalanan. Saya tak tega, benar-benar tak tega. Kemudian saya ambil uang yang masih tersisa di saku jaket saya dan terambil lah uang pecahan 2ribu namun anak ini kalah cepat lagi. Uang ini diambil oleh temannya yang lain. Kemudian saya kembali mengambil uang terakhir di saku saya yang pastinya uang pecahan 5rb dan saya ingin anak ini yang mendapatkannya. Saya panggil dia yang sedang menangis minta bagian dia pada temannya dan secepat angin ia mendekati dan mengambil uang terakhir saya. Di detik-detik terakhir lampu merah telah berubah menjadi hijau. Dengan kendaraan yang berjalan saya sempat melihat tawa bahagia di wajahnya yang kumel, kotor, ingusan namun begitu polos.
Kejadian yang tak lebih dari 3menit itu sontak mengebrak hati dan pikiran saya. Begitu banyak hikmah yang dapat saya ambil dari kejadian tersebut. Dengan irama denyut jantung yang berdegup dan melodi dari setiap hembusan nafas ini, sepanjang jalan saya memanjatkan syukur pada Nya yang memiliki seisi alam ini. Kejadian tadi telah membuat saya kembali bersyukur bahwa saya jauh lebih beruntung dibandingkan dengan mereka.
#Do’aku
Ya Rabb, hamba panjatkan syukur atas milyaran kenikmatan yang kau berikan setiap detiknya.
Begitu dermawan diri Mu memberikan kami oksigen untuk bernafas, menjaga keseimbangan bumi, membuat bumi memiliki gaya grafitasi, menghadirkan siang dan malam, memberikan kami kecukupan air untuk kehidupan, memberikan kami daratan untuk dipijak, dan begitu banyak lagi kenikmatan yang telah Kau beri walau kami tak pernah memintanya.
Terimakasih atas segala kenikmatan yang tak pernah hamba minta pada Mu, yang sering kali hamba tak sadari dan tak hamba syukuri.
Terimakasih atas rezeki yang kau beri pada orangtua hamba hingga hamba masih bisa menikmati makanan enak setiap hari, rumah teduh, kasur empuk, selimut hangat, baju layak, kesempatan untuk mencicipi bangku kuliah, dan banyak lagi yang selama ini tak pernah hamba minta tapi dengan baik hati masih Kau beri.
Ya Rabb, hamba memohon pada Mu, hanya pada Mu. Berilah mereka (anak jalanan/pengemis) kesempatan untuk mencicipi bangku sekolah agar kelak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang berguna bagi orang tua, negara dan agamanya.
Ya Rabb, bukakan lah pintu hati orangtua/wali mereka agar menyadari kesalah yang telah mereka lakukan. Bukakan lah pikiran mereka agar tersadar dari kemalasan yang selama ini membelenggu mereka. Mudahkan lah mereka dalam mengais rezeki yang halal dengan cara yang baik. Bimbing dan tuntun lah mereka Ya Allah atau jadikan lah hamba sebagai perantara Mu untuk menolong mereka. Mudahkan lah hamba dalam mencapai cita-cita hamba, lancarkan lah hamba untuk mengais rezeki yang bermanfaat. Bukakan lah pintu rezeki hamba lebar-lebar, dekatkan lah rezeki yang berlimbah kepada hamba agar semakin banyak hamba bermanfaat bagi orang tua, saudara dan sesama.. Aamiin Ya Rabbalalamin,.

Kamis, 03 Januari 2013

Evaluasi 2012, Resolusi 2013


Akhir tahun dan awal tahun adalah ajang banyak orang berlomba dalam membuat resolusi. Ada yang menuliskan resolusinya, ada yang hanya menyimpannya dalam benak, ada pula yang tidak membuat resolusi sama sekali. Berdasarkan dari sebuah riset di Amerika yang saya baca dari sebuah artikel kek Jamil Azzaini bahwa orang yang menuliskan proposal hidupnya memiliki hidup yang lebih sukses dengan penghasilan berkali lipat dari yang hanya menyimpannya dalam benak dan jelas lebih dari yang tidak membuatnya.

#kenangan2012
Kehidupan ini sebenarnya sudah Allah buat seseimbang mungkin. Semua dibuat berpasangan begitu pulu rasa dalam hidup. Ada manis, asin, pait, tawar, pedes yang jika digabungkan berasa nano-nano (jadi enak kan?). itulah hidup saya rasanya nano-nano.
Tak banyak prestasi yang saya raih di 2012:
-IP 4 belum saya raih, tapi saya mendapatkan IP 3,9.
-IPK diatas 3,5 telah saya raih, (Alhamdulillah)
-Beasiswa kembali saya raih , (Alhamdulillah)
-2012 menjadi titik tolak hadirnya blog ini kembali (setidaknya memaksa saya untuk membudayakan budaya menulis)
-2012 membawa saya mengenal inspirator2 hebat via twitter kek Jamil Azzaini, Ust Yusuf Mansur, ust Felix siauw, @pewski, Rendi saputra,dll. Mereka semua adalah yang memberikan “kuliah hidup” selama satu semester kebelakang via twitter.
-2012 membawa saya “hijrah” bagaimana saya harus menjadi manusia yang lebih baik, lebih berkualitas, dan lebih mencintai Nya dibandingkan siapapun.
-2012 mengenalkan saya pada AIESEC dan seperti apa melewati proses seleksi dan interview,
Dari sedikit prestasi tersebut sudah sangat jelas, begitu banyak waktu terbuang di 2012 yang tidak saya manfaatkan terbukti saya hanya mengikuti 2 training di luar kampus, saya hanya membaca 2 buku di luar buku kuliah yaitu buku karya Ippho Santosa (awalnya alasan karena saya gak hobbi baca, tapi itu salah banget. Saran saya semua orang jangan jadikan membaca adalah hobi tapi jadikanlah kebutuhan karena istilah “buku adalah jendela dunia” itu bener banget).
Lantas apa kegagalan yang saya raih?TIDAK ada. Bagi saya tidak ada kegagalan yang ada adalah kesuksesan yang tertunda. Tapi begitu banyak kelalaian yang telah saya lakukan. Saya sadari saya sempat jauh dari Nya, saya jarang bertemu dengan Nya di sepertiga malam, saya jarang menemui Nya di waktu dhuha, saya suka malas puasa senin-kamis dengan alasan capek kuliah, saya hanya mampu menghatamkan qur’an selama 2tahun lebih. Selama setahun ini saya hanya bersedekah dengan nilai yang tak lebih dari uang saku saya selama sebulan. Ini yang membuat saya malu, saya sedih, saya risau. Tapi saya bersyukur, saya menyadarinya dan mulai memperbaikinya sebelum bulan terakhir di tahun 2012 berakhir.
So, this is my resolusion  2013.
1.Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berkualias dan lebih disayang Nya.

-      Kembali mendisiplinkan jadwal tidur 23.00-03.00
-      Membiasakan solat tahajud dan solat dhuha (seminimalnya seminggu sekali)
-      Tidak tidur setelah solat subuh (dimanfaatkan untuk belajar dan mengaji)
-      Membiasakan solat-solat sunat
-      Kembali membiasakan puasa sunat senin-kamis (sekalian diet juga, hahahay)

2.Menjadi salah satu lulusan terbaik Tekinik Kimia Produksi Bersih 2009

-      Culmloade
-      TA terbaik
-      IP 4 di semester 7 dan 8
-      Dapet beasiswa lagi untuk tahun 2013

3.Change single satus to married (lebih cepat lebih baik)
-      Menjadi seorang istri yang baik dan solehah bagi suami (belajar memantaskan diri)
-      Menjadi menantu idaman (hehehe boleh dong)
-      Menjadi adik ipar,kakak iparrr dan saudara yang diterima bagi keluarga suami

4.Menjadi contoh dan inspirsi bagi keluarga dan orang terdekat.
-      Berprestasi
-      Mendapatkan pekerjaan yang layak, di tempat yang baik dengan gaji besar
-      Membanggakan dan membahagiakan orangtua

5.Memulai bisnis yang telah direncanakan setelah lulus kuliah besama suami.
-      Menambah ilmu bisnis dan agama dengan membeli buku minimal 1 setiap bulan atau mengikuti training2 yang menunjang.
Ya Allah Ya Rabb inilah resolusi ku di tahun 2013, yang akan menjadi panduan ku dikala aku bingung, yang akan menjadi pengingat ku dikala aku salah melangkah, yang akan menjadi penyemangat ku dikala aku lelah. Mudahkan dan lancarkan setiap usaha yang hamba lakukan. Bimbinglah hamba dalam setiap melangkah. Ridoilah apa yang hamba rencanakan. Berilah hamba kesahatan untuk selalu memperbaiki diri. Sungguh hamba menyadari segala khilaf yang telah dilakukan, ampunilah segala khilaf hamba di masa lalu. Hanya pada Mu hamba memohon dan memasrahkan diri.

"Ibu" renungan untuk siapa pun.


Disini saya akan menuliskan kisah, bisa jadi ini adalah kisah nyata atau hanya bagian dari imajinasi saya (hehehe). Tapi sadar tak disadari saya yakin apa yang saya kisahkan ini terjadi dibelahan dunia sana.
1.     Aku samakan ibu seperti pembantu
Di suatu kota yang dikenal “kota kembang” hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, seorang anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga ini bisa dikatakan keluarga yang hidup cukup. Ayah yang menjadi kepala keluarga sudah beberapa tahun tidak bekerja. Ibu yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa tanpa penghasilan. Anak sulung laki-laki yang bernama Tara sedang menempuh pendidikan tingkat akhir di sebuah universitas teknologi negeri terkemuka di Bandung dan adik perempuan yang bernama Tira sedang duduk di bangku SMP.
Selama sang ayah tak bekerja, keluarga ini hidup dengan mengandalkan penghasilan dari beberapa kamar kontrakan yang mereka miliki. Tahun demi tahun hidup berjalan, Tara pun lulus dengan gelar sarjana teknik. Tak membutuhkan waktu lama, anak sulungnya mendapatkan pekerjaan. Tak lama dari itu Tara meminta untuk segera dinikahkan dengan wanita yang telah ia pilih. Singkat cerita mereka menikah. Semenjak bekerja Tara selalu memberikan sebagian gajinya kepada ibunya untuk membantu ibunya membiaya sekolah adiknya Tira.
2 tahun berselang pernikahan Tara dikaruniai seorang putra. Tara dan istri yang bekerja di kota Jakarta telah memiliki sebuah apartement kecil satu kamar dengan biaya pinjaman sana-sini. Selama masa cuti melahirkan istri Tara tinggal di rumah orang tua Tara di Bandung, sedari lahir hingga masa cuti habis anaknya selalu diasuh oleh ibunya. Setelah masa cuti berakhir istri Tara yang bekerja di Jakarta harus kembali ke Jakarta membawa anaknya bersama dengan ibu mertuanya yang menemani. Masud sang ibu menemani adalah untuk memngasuh cucunya sementara selagi mengajarkan istri Tara cara mengasuh anak dan menunggu datangnya seorang pembantu.
Seminggu berselang, pembantu tak kunjung datang, sebulan dua bulan tak kunjung datang pula. Ibu Tara setiap harinya hanya menghabiskan waktu untuk mengasuh anak Tara di apartement kecil, menunggu anak dan menantunya pulang bekerja, mencuci, memasak dan beres-beres rumah layaknya pembantu. Selama di apartement ibu Tara tidur di depan kompor, rak bumbu, cucian baju layaknya dapur dengan alas tidur kasur gulung karena Tara hanya memiliki satu kamar yang diisi oleh anak dan istrinya sementara Tara tidur di ruangTV.
Sementara Tira adik perempuannya bersama bapaknya tinggal berdua di Bandung. Demi Tara ibunya rela meninggalkan anak perempuannya bersama suaminya. Ibu Tara diijinkan pulang ke Bandung pada weekend untuk menengok Tira dan suaminya setiap beberapa minggu sekali dengan antar jemput travel.
Ibu Tara tak pernah mengeluh di depan anaknya. Ia tetap bertahan walau ia merasakan bosan, lelah, dan rasa campur aduk karena harus meninggalkan anak perempuan dan suaminya. Ibu Tara yang biasa beraktifitas dengan ibu-ibu pengajian di Bandung kini semenjak di Jakarta hanya mengahabiskan waktu di apartement. Ibu tara yang biasa tidur di kamar besar dan rumah yang luas kini hanya tidur di dapur dan ruangan kecil.
Suatu ketika ayah Tara mengungkapkan untuk membawa anak Tara tinggal di Bandung agar bisa diasuh oleh ibunya bersama dengan adiknya. Tapi istri Tara keberatan dengan usulan ini dan karena tidak ingin anaknya dibawa ke Bandung. Tara pun berkata pada sang ibu, “ibu boleh saja pulang ke bandung, tidak mengasuh anak saya tapi maaf saja mulai saat ini uang bulanan yang biasa saya kasih untuk ibu dan adik akan saya hentikan. Kini uangnya akan saya pakai untuk membayar pembantu karena ibu tidak mau mengasuh anak saya”. END,.
Kawan, apa yang kalian rasakan?
Ketika saya mendengar kisah ini saya menangis sejadi-jadinya, marah semarah-marahnya. Kenapa saya menangis untuk hal yang tidak dialami ibu saya? Karena saya begitu mencintai  ibu saya dan sosok seorang ibu. Saya merasa sakit hati lebih sakit dari teriris pisau. Kenapa saya marah? Saya marah karena saya benci sifat anak yang tak tahu diri, tak tahu berterimakasih, tak tahu berbakti pada ibu yang telah mengandung, membesarkan bahkan sampai mengasuh cucunya.
Tak sadarkah Tara siapa yang berjasa atas hadirnya dia di dunia? Tanpa ibunya ia takan ada di dunia. Siapakah yang tak lelah membawanya kemana-mana selama 24 jam selama 9 bulan ia berwujud janin? Siapakah yang merawatnya, membesarkannya, mengajarkan ia banyak hal? Begitu banyak pengorbanan orang tua untuk seorang anak. Tak ingatkan ia siapa yang membiayai pendidikan ia dari TK hingga sarjana? Tak ingatkan siapa yang menikahkan ia dan membuatkan pesta pernikahan? Atau tak sadarkah ia telah memperlakukan ibu selayaknya pembantu? Menyamakan ibu seprti pembantu yang dibayar tiap bulan atas kerjanya.
Adakah diantara kalian yang seperti Tara? Naudzubillah,. Jangan kawan!
Ibu adalah orang yang dimuliakan Allah tepat setelah Rasullullah Nabi Muhammad SAW. Pada kakinya lah ada surga. Atas ridonya lah ada rido Allah. Begitu banyak ayat tercantum di al-qur’an tentang berbakti dan berbuat baik pada orang tua. Lantas apa lagi yang harus kau ragukan untuk berbakti? Jika kau beragama dan beriman maka berbaktilah pada orang tua mu. Bahagiakan lah mereka, sayangilah mereka, meminta maaf lah pada mereka, ucapkan lah rasa terimakasih. Jangan sampai kau menyesal selama sisa hidup mu, saat orang tua telah pergi meninggalkan dunia ini. Saat mereka tak lagi dapat kau peluk, saat kata maaf mu tak dapat lagi mereka dengar, saat tangis mu tak mampu lagi mereka usap. Ini adalah renungan untuk kita semua kawan,.
“IBU ada untuk mengasuh kita selagi kecil, bukan untuk mengasuh anak kita. Tegaa!”
2.    Sisanya baru untuk ibu
Dikisahkan seorang anak perempuan bernama Sita yang telah menikah. Sita memiliki dua orang adik yang masih bersekolah. Ibu Sita adalah seorang ibu rumah tanngga. Bapaknya hanyalah seorang pegawai swasta. Keluarga Sita adalah keluarga pas-pasan, hidup dengan kesederhaan diatas keterbatasan. Sita menikah dengan seorang laki-laki yang telah bekerja. Kini Sita pun bekerja disebuah kantor kecil dengan gaji UMR sebagai lulusan D3.
Sita dan suaminya kini tinggal dirumah orang tua Sita bersama adik-adiknya. Orang tua Sita tinggal di rumah yang tak jauh dari rumah yang ia tinggali. selama bkerja Sita tak pernah memberikan sebagaian gaji nya untuk ibu nya, dan selama menikah pun begitu. Biaya listrk rumah yang Sita tinggali pun masih dibayar oleh orang tuanya, setiap bulan Sita masih meminta beras kepada ibunya. Sang ibu tidak pernah meminta atau menuntut apapun. Sang ibu hanya menganggap anak dan mantunya belum mampu untuk memberi tapi dilain hal Sita dan suami masih bisa untuk berbelanja, shopping, jalan-jalan, jajan sana sini, dan membeli handphone mahal. Sebenarnya gaji Sita dan suaminya bisa dikatakan cukup jika mereka mau hidup berhemat bahkan masih cukup jika mereka mau memberi pada orang tua. Tapi mereka memiih untuk menggunakan semua gaji mereka untuk keperluan mereka. Tiap-tiap Sita hanya mengeluh “aku gak punya duit” entah itu awal bulan, tengah bulan atau akhir bulan. Anehnya saat ia berkata “tak punya duit” ia masih bisa shopping dan jajan diluar.
Suatu hari adik Sita mengingatkan Sita bahwa ia tak seharusnya bersikap seperti sekarang, seharusnya Sita mampu memberi pada sang ibu yang tak pernah menuntut sebagai bentuk balas budi atas segala pengorbbanan ibu, seharusnya Sita mampu memberi sedikit kebahagian dengan baktinya sebagai anak. Tapi apa yang terjadi? Sita tidak menerima, Sita malah salah sangka, Sita malah ingin pergi dari rumah dan tinggal di rumah kontrakan? Sita malah marah pada sang Ibu, pada sang adik. Sita enggan untuk membalas sms sang Ibu, sita tak pernah lagi muncul di rumah sang Ibu, Sita memulai perang dinginnya hingga kini. END,.
Adakah kalian yang seperti Sita?
Astagfirullah, ampuni siapun yang seperti Sita ya Allah. Bukalah mata hati nya, berikan lah pintu hidayah Mu, sadarkan lah ya Rabb,.
Tak sadar kah Sita atas dosa nya pada sang ibu? Atau ia tak tahu cara berbakti? Tak adakah rasa sayang pada dirinya untuk sang ibu yang telah banyak berkorban? Tak ingatkah ia siapa yang membiayai pendidikan ia dari TK hingga sarjana? Tak tahu kah ia bagaimana perjuangan ibunya membesarkan ia? Tak tahukah setiap malam ibu menangis dalam solatnya mendo’akan anak-anaknya? Tak ingatkah siapa yang menikahkan ia dan membuatkan pesta pernikahan? Tak ingatkah ia saat ibu rela menemani ia saat ia sakit? Tak menyesalkah jika ia pulang kerumah sang Ibu telah terbujur kaku dan tertidur untuk selamanya sementara ia belum meminta maaf dan berterimakasih?
Ingat kawan, ibu adalah pahlawan dalam hidup mu yang begitu layak untuk kau hargai, kau hormati, kau jaga, kau sayangi, kau cintai. Ingat kawan, untuk berbagi dan memberi tak perlu menunggu kau kaya. Bahagiakanlah ibu mu saat ia masih ada satu dunia dengan kita.
Sekali lagi, renungan untuk kita semua,.