Tahukah
sukses itu ada formulanya? Banyak sekali formula sukses di dunia ini. Tapi,
saya telah menemukan formula sukses ala saya. Formula itu adalah:
SUKSES
= Kesempatan + Kesiapan
Saya
ibaratkan kesuksesan adalah tempat tujuan. Untuk sampai ke tempat tujuan kita
membutuhkan alat transportasi/kendaraan. Betul? (makanya sukses itu gak akan mendatangi
kita tapi kita yang mendatangi).
Pernahkah
anda berada di pinggir jalan menunggu kendaraan (bus/angkot/taksi) sebagai
transportasi agar anda dapat sampai ke tempat tujuan? (Kalo gak pernah
ter-la-lu,. :p)
Lalu
saat anda menunggu kendaraan tersebut apakah anda tahu dengan pasti kapan
kendaraan itu datang dan menghampiri anda? Tahukah anda berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menunggu? Semuanya tak pasti bukan. Tapi anda tahu bahwa
kendaraan yang anda butuhkan pasti akan datang dan menghampiiri.
Disaat
yang lain, pernahkan anda saat akan pergi ke suatu tempat kemudian kendaraan
yang dapat mengantar anda ke tempat tujuan datang lebih cepat. Saat itu anda
belum siap untuk naik karena harus menyebrang jalan dahulu. Jadi anda lewatkan
kendaraan tersebut.
Hal
yang mirip tapi beda (nah looh). Pernahkah anda saat akan pergi ke suatu tempat
dan anda telah siap menunggu kendaraan di pinggir jalan, tak lama kendaraan
yang ditunggu datang. Tapi anda memilih untuk tidak menaiki kendaraan tersebut
dan malah menunggu kendaraan selanjutnya.
Tadi
saya mengibaratkan sukses itu seperti tempat tujuan. Untuk sampai ke tempat
tujuan membutuhkan alat transportasi/kendaraan. Kendarran yang saya ceritakan
diatas adalah kesempatan. Kesempatan tak dapat kita ramalkan kapan datangnya,
berapa lama waktu yang dibutuhlkan agar datang pada kita. Tapi, kita yakin
bahwa kesempatan itu tidak hanya satu dan akan datang pada kita sejalan dengan
usaha kita. Pertanyaannya, saat kesempatan itu datang apakah kita sudah siap? Terkadang
Allah memberikan kesempatan pada kita, Allah memberikan petunjuk dan
pertolangan pada kita tapi kita tidak siap untuk menerima sehingga kesempatan
itu kita lewatkan begitu saja.
Membahas
masalah kesiapan, saya sendiri membagi
kesiapan menjadi dua. Pertama adalah kesiapan alami dan kedua adalah kesiapan
sintetik. Kesiapan alami adalah kesiapan yang terbentuk dengan sendirinya
melalui beberapa proses yang panjang. Contohnya, kita bersekolah selama 6 tahun
di Sekolahh Dasar, kemudian di kelas 6 kita siap menghadapi UAN. Mengapa demikian?
Karena memang kesiapan itu terbentuk secara alami dengan proses yang panjang
seperti mengikutu les, pemantapan, dll. Kesiapan sintetik atau kesiapan buatan
adalah kesiapan yang terbentuk karena ada suatu faktor x tanpa membutuhkan
proses yang panjang. Contoh kesiapan sintetik adalah the power of kepepet. Kepepet
merupakan faktor x. Saat anda dikejar anjing lalu di depan anda ada saluran air
selebar 1 m apakah anda akan berfikir berkali-kali untuk loncat? Secara langsung
kondisi tersebut membentuk kesiapan anda. Jadi sekali lagi, sukses itu adalah
kesempatan yang mampu kita ambil, lalu diolah dan dimanfaatkan karena kita siap.
Tinggal kita memilih mau menggunakan kesiapan alami yang membutuhkan proses
yang lama atau kesiapan sintetik dengan menghadirkan “the power of kepepet”
dalam hidup kita.
Tapi
tahukah kenapa orang sukses di dunia ini adalah kaum minoritas padahal manusia
diciptakan sama oleh Allah. Jawabannya karena begitu banyak manusia yang diberi
kesempatan dan memiliki kesiapan tapi melewatkannya begitu saja. Ada banyak
alasan kenapa melewatknnya, mulai dari kemalasan, tidak percaya diri, dll. Contohnya,
saat ada pemilihan ketua kelas berapa banyak yang mencalonkan diri? Saya yakin
tidak lebih dari 5%. Kemudian ketika ada beberapa yang dicalonkan berapa banyak
yang menolak? Saya yakin hanya 2 dari 10 yang dicalonkan itu bersedia. Padahal sangat
jelas sekali setiap anggota kelas memiliki kesempatan dan kesiapan tapi karena
malas, tidak percaya diri, dll. Mereka lebih memilih untuk tidak menjadi
apa-apa. Jadi semuanya kembali lagi pada pilihan kita, mau SUKSES apa tidak?
*cerita
nyata*
Saat
duduk di kelas 3 seklolah menengah kejuruan saya bukanlah siswa juara umum. Ada
banyak orang pintar di sekeliling saya. Tanpa diduga saya mendapatkan tawaran
dari guru untuk mengikuti lomba yang nantinya akan dilombakan di Makasar. Ternyata
tidak hanya saya yang ditawari tapi semua perwakilan juara 1 dari tiap kelas. Jujur
saja, saat itu saya minder dan sudah kalah sebelum berperang. Namun karena cemoohan
orang-orang yang tidak percaya pada kemampuan saya, justru membuat saya merasa
tertantang untuk membuktikan bahwa saya memiliki kemampuan yang sama dengan yang lain. Akhirnya saya mengikuti seleksi pemilihan
siswa perwakilan sekolah. Hasil seleksi ini menjadikan saya dan teman saya
sebagai perwakilan sekolah. Persiapan demi persiapan kami lewati hingga tiba
waktu lomba tingkat kota. Sejam sebelum perlombaan kami mengikuti briefing dan
hasil briefing menyebutkan bahwa perlombaan ini dilakukan perorangan tidak per
regu seperti sebelumnya. Keringat dingin pun bercucuran di dahi saya, teman
saya, dan juga guru kami. Dalam waktu 10 menit guru memberi kami waktu untuk
mendiskusikan siapa yang akan maju mewakili sekolah. Saya yang saat itu bersiap
mundur dan mendukung penuh teman saya tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan bahwa
teman saya mundur lebih dulu. Apa mau dibuat? Nama baik sekolah yang menyandang
gelar sekolah kejuruan analis kimia terbaik di Kota Bandung ada di pundak saya.
Dengan tarikan nafas panjang dan ucapan bismillah saya memaksakan diri untuk
maju (menghadirkan the power of kepepet). Inilah awal cerita prestasi saya mendapatkan
juara satu olimpiade kimia antar SMK se-Bandung, lalu juara satu se-Jabar, dan
menjadi kontingen untuk jabar diajang nasional dan membawa medali perak.
“Jangan
tunggu kesempatan datang baru mempersiapakn diri, tapi persiapkan diri sebelum
kesempatan datang agar kesuksesan lebih cepat kita temui” -Anggi Regiana-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar