Jumat, 15 Februari 2013

Formula SUKSES ala Agie


Tahukah sukses itu ada formulanya? Banyak sekali formula sukses di dunia ini. Tapi, saya telah menemukan formula sukses ala saya. Formula itu adalah:
SUKSES = Kesempatan + Kesiapan
Saya ibaratkan kesuksesan adalah tempat tujuan. Untuk sampai ke tempat tujuan kita membutuhkan alat transportasi/kendaraan. Betul? (makanya sukses itu gak akan mendatangi kita tapi kita yang mendatangi).
Pernahkah anda berada di pinggir jalan menunggu kendaraan (bus/angkot/taksi) sebagai transportasi agar anda dapat sampai ke tempat tujuan? (Kalo gak pernah ter-la-lu,. :p)
Lalu saat anda menunggu kendaraan tersebut apakah anda tahu dengan pasti kapan kendaraan itu datang dan menghampiri anda? Tahukah anda berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menunggu? Semuanya tak pasti bukan. Tapi anda tahu bahwa kendaraan yang anda butuhkan pasti akan datang dan menghampiiri.
Disaat yang lain, pernahkan anda saat akan pergi ke suatu tempat kemudian kendaraan yang dapat mengantar anda ke tempat tujuan datang lebih cepat. Saat itu anda belum siap untuk naik karena harus menyebrang jalan dahulu. Jadi anda lewatkan kendaraan tersebut.
Hal yang mirip tapi beda (nah looh). Pernahkah anda saat akan pergi ke suatu tempat dan anda telah siap menunggu kendaraan di pinggir jalan, tak lama kendaraan yang ditunggu datang. Tapi anda memilih untuk tidak menaiki kendaraan tersebut dan malah menunggu kendaraan selanjutnya.
Tadi saya mengibaratkan sukses itu seperti tempat tujuan. Untuk sampai ke tempat tujuan membutuhkan alat transportasi/kendaraan. Kendarran yang saya ceritakan diatas adalah kesempatan. Kesempatan tak dapat kita ramalkan kapan datangnya, berapa lama waktu yang dibutuhlkan agar datang pada kita. Tapi, kita yakin bahwa kesempatan itu tidak hanya satu dan akan datang pada kita sejalan dengan usaha kita. Pertanyaannya, saat kesempatan itu datang apakah kita sudah siap? Terkadang Allah memberikan kesempatan pada kita, Allah memberikan petunjuk dan pertolangan pada kita tapi kita tidak siap untuk menerima sehingga kesempatan itu kita lewatkan begitu saja.
Membahas  masalah kesiapan, saya sendiri membagi kesiapan menjadi dua. Pertama adalah kesiapan alami dan kedua adalah kesiapan sintetik. Kesiapan alami adalah kesiapan yang terbentuk dengan sendirinya melalui beberapa proses yang panjang. Contohnya, kita bersekolah selama 6 tahun di Sekolahh Dasar, kemudian di kelas 6 kita siap menghadapi UAN. Mengapa demikian? Karena memang kesiapan itu terbentuk secara alami dengan proses yang panjang seperti mengikutu les, pemantapan, dll. Kesiapan sintetik atau kesiapan buatan adalah kesiapan yang terbentuk karena ada suatu faktor x tanpa membutuhkan proses yang panjang. Contoh kesiapan sintetik adalah the power of kepepet. Kepepet merupakan faktor x. Saat anda dikejar anjing lalu di depan anda ada saluran air selebar 1 m apakah anda akan berfikir berkali-kali untuk loncat? Secara langsung kondisi tersebut membentuk kesiapan anda. Jadi sekali lagi, sukses itu adalah kesempatan yang mampu kita ambil, lalu diolah dan dimanfaatkan karena kita siap. Tinggal kita memilih mau menggunakan kesiapan alami yang membutuhkan proses yang lama atau kesiapan sintetik dengan menghadirkan “the power of kepepet” dalam hidup kita.
Tapi tahukah kenapa orang sukses di dunia ini adalah kaum minoritas padahal manusia diciptakan sama oleh Allah. Jawabannya karena begitu banyak manusia yang diberi kesempatan dan memiliki kesiapan tapi melewatkannya begitu saja. Ada banyak alasan kenapa melewatknnya, mulai dari kemalasan, tidak percaya diri, dll. Contohnya, saat ada pemilihan ketua kelas berapa banyak yang mencalonkan diri? Saya yakin tidak lebih dari 5%. Kemudian ketika ada beberapa yang dicalonkan berapa banyak yang menolak? Saya yakin hanya 2 dari 10 yang dicalonkan itu bersedia. Padahal sangat jelas sekali setiap anggota kelas memiliki kesempatan dan kesiapan tapi karena malas, tidak percaya diri, dll. Mereka lebih memilih untuk tidak menjadi apa-apa. Jadi semuanya kembali lagi pada pilihan kita, mau SUKSES apa tidak?
*cerita nyata*
Saat duduk di kelas 3 seklolah menengah kejuruan saya bukanlah siswa juara umum. Ada banyak orang pintar di sekeliling saya. Tanpa diduga saya mendapatkan tawaran dari guru untuk mengikuti lomba yang nantinya akan dilombakan di Makasar. Ternyata tidak hanya saya yang ditawari tapi semua perwakilan juara 1 dari tiap kelas. Jujur saja, saat itu saya minder dan sudah kalah sebelum berperang. Namun karena cemoohan orang-orang yang tidak percaya pada kemampuan saya, justru membuat saya merasa tertantang untuk membuktikan bahwa saya memiliki kemampuan  yang sama dengan yang lain.  Akhirnya saya mengikuti seleksi pemilihan siswa perwakilan sekolah. Hasil seleksi ini menjadikan saya dan teman saya sebagai perwakilan sekolah. Persiapan demi persiapan kami lewati hingga tiba waktu lomba tingkat kota. Sejam sebelum perlombaan kami mengikuti briefing dan hasil briefing menyebutkan bahwa perlombaan ini dilakukan perorangan tidak per regu seperti sebelumnya. Keringat dingin pun bercucuran di dahi saya, teman saya, dan juga guru kami. Dalam waktu 10 menit guru memberi kami waktu untuk mendiskusikan siapa yang akan maju mewakili sekolah. Saya yang saat itu bersiap mundur dan mendukung penuh teman saya tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan bahwa teman saya mundur lebih dulu. Apa mau dibuat? Nama baik sekolah yang menyandang gelar sekolah kejuruan analis kimia terbaik di Kota Bandung ada di pundak saya. Dengan tarikan nafas panjang dan ucapan bismillah saya memaksakan diri untuk maju (menghadirkan the power of kepepet). Inilah awal cerita prestasi saya mendapatkan juara satu olimpiade kimia antar SMK se-Bandung, lalu juara satu se-Jabar, dan menjadi kontingen untuk jabar diajang nasional dan membawa medali perak.
“Jangan tunggu kesempatan datang baru mempersiapakn diri, tapi persiapkan diri sebelum kesempatan datang agar kesuksesan lebih cepat kita temui” -Anggi Regiana-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar