Jumat, 08 Februari 2013

Inti Kehidupan


Ketika ditanya, apa sih tujuan hidup mu?
Maka saya akan menjawab, untuk mencari ridha Nya dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan akherat nanti.
Kemudian akan kemana kamu setelah kehidupan ini?
Maka saya akan menjawab, saya akan kembali pada Sang Pemilik Hidup.
Dengan kata lain, di dunia ini saya menunggu Sang Maha Pemilik memanggil saya pulang kepangkuan Nya.
Saya pikir, semua inti kehidupan di dunia ini adalah menunggu mati. Tapi bagaimana mengisi waktu menunggu itu agar mampu hidup dengan layak dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah dunia. Sepaham?
Ketika membahas kalimat “agar dapat hidup dengan layak” maka duniawi lah yang dibahas. Ketika membahas kalimat “mengumpulkan bekal untuk kehidupan kelak” maka akherati yang dibahas. Jelas sekali kehidupan itu harus berjalan seimbang  antara dunia dan akherat.
Semua orang berlomba-lomba untuk memperoleh kehidupan yang layak. Saya berkuliah dengan harapan setelah lulus dapat memperoleh pekerjaan yang layak dengan gaji besar. Atau membuka usaha agar memiliki penghasilan yang besar. Semua kegiatan dibumi ini memiliki prinsip UUD (ujung-unjungnya duit). Boleh kah? Tentu boleh. Manusiawikah? Tentu manusiawi. Bukankah tadi dikatakan inti kehidupan adalah agar dapat hidup dengan layak. Agar dapat hidup dengan layak, kita harus makan setiap hari, butuh pakaian dan tempat tinggal, butuh pendidikan, dll. Semua yang disebutkan memerlukan uang untuk mendapatkannya.
Namun salahnya ketika urusan duniawi memiliki porsi lebih besar dari urusan akherati maka orang hanya akan memiliki fokus “untuk aku” bukan ”untuk kita”. Orang yang berfokus “untuk aku” hanya akan memikirkan dirinya sendiri dan mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. Jadilah negeri kita ini negeri timpang. Yang kaya, kaya banget, yang miskin, kelewat miskin. Jika seseorang memiliki fokus “untuk kita” maka ia akan berfikir bagaimana dirinya dapat sukses dan mensukseskan, bagaimana dirinya dapat kaya dang mengkayakan. Ketika seseorang berfokus “untuk kita” maka bukan hanya duniawi yang dikejar tapi ada akherati yang menjadi tujuan. Orang yang berfokus “untuk kita” akan melakukan sesuatu dengan memikirkan tingkat kebermanfaatannya. Orang yang berfokus “untuk kita” akan  memilih hal yang memiliki manfaat bagi sebanyak-banyaknya lingkungan. Untuk itu marilah mulai berfokus “untuk kita”.
Bagaimana mengukur apakah kita termasuk orang yang berfokus “untuk aku” atau “untuk kita”?
Jika anda karyawan dan bekerja, cobalah hitung seberapa banyak orang yang terbantu atas rezeki yang ada miliki setiap bulan? Seberapa banyak uang yang anda bagikan atau berikan untuk membantu lingkungan sekitar?
Jika jumlah uang yang dikeluarkan masih kurang dari 10% maka anda termasuk orang yang berfokus “untuk aku”.
Di dalam kitab Al-qur’an jelas tertulis perintah menginfaqkan sebagian harta karena di dalam setiap rezeki yang kita dapatkan ada jatah orang lain di dalamnya.
Jika anda mahasiswa/i dan dapat dikatakan memiliki kemampuan lebih. Sudah berapa teman yang anda bantu dan anda bimbing dalam menyelesaikan tugas dan masalah perkuliahan? Sudah berapa banyak buku tak terpakai yang anda wariskan kepada adik kelas atau disumbangkan kepada yang membutuhkan?
Jika jawabnnya tak ada seorangpun yang anda bantu dalam menyelesaikan tugas dan masalah perkuliahan, bahkan tak ada satupun buku yang pernah anda wariskan/sumbangkan, berarti anda masih termasuk orang yang berfokus “untuk aku”.
Di dalam kitab Al-quran tertulis perintah “sampaikanlah ilmu walau satu ayat”. Jadi orang yang berfokus “untuk kita” tidak hanya akan berusaha jadi pintar tapi memintarkan lingkungannya.
Jika anda seorang pengusaha sukses, tengoklah disekitar anda apakah masih ada saudara atau tetangga yang pengangguran? Jika masih ada dan anda sadari, sudah jelas anda orang yang berfokus “untuk aku”.
Hidup adalah pilihan bukan?
Tinggal memilih, akan hidup layak di dunia saja namun di akherat tak mendapat safaat. Atau hidup layak di dunia akherat?
Tinggil pilih, mau fokus “untuk aku” atau “untuk kita”.


3 komentar:

  1. Salam....
    Menjadikan diri kita slalu menjadi lilin-lilin kehidupan, yg mampu memberikan cahaya dan warna bagi orang-orang di sekeliling kita....# Inti kehidupan
    3 M:
    Mencari, mendapatkan, Mengembalikan lagi-kepada orang yg lebih membutuhkan......Happy sunday ....Anggi

    BalasHapus
  2. Mati itu pasti tapi KITA bisa "memilih' kapan dan seperti apa mati yg kita inginkan.

    "Tinggil pilih, mau fokus “untuk aku” atau “untuk kita”.

    untuk kita pastinya!!!

    BalasHapus
  3. Thanks alot buat komentarnya,. membangun sekali. *salim*

    BalasHapus