Sabtu, 06 April 2013

One Step Closer

Pertama-tama saya persembahkan tulisan ini untuk pembaca setia “Regiana Dreams Blog” yang secara khusus meminta saya menuliskan satu bagian dari perjalanan hidup saya. Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benak untuk menuliskan kisah perjalanan kehidupan pribadi saya awalnya. Namun, dorongan hati untuk berbagi dan menginspirasi membulatkan tekad saya menuliskannya di sini.


Sekali lagi saya memperkenalkan diri. Saya bukanlah seseorang yang tumbuh sebagai seorang muslimah yang taat. Terlahir di lingkungan utara kota Bandung menjadikan saya seorang anak yang menjalani kehidupan layaknya anak kota masa kini yang pernah mengalami masa pacaran, putus dan pacaran lagi. Tak menyalahkan siapa pun, apalagi orang tua yang memang bukan dari keluarga ustad ataupun terlahir di lingkungan pesantren. Saya tumbuh secara demokratis, dimana pemahaman dasar-dasar agama hanya saya pelajari semasa TK Al-qur’an, dan sisanya saya pelajari di bangku sekolah hingga perguruan tinggi. Yupz, melalui mata pelajaran Pendidikkan Agama Islam. Dasar-dasar norma yang orang tua ajarkan hanyalah norma adat sosial dan kewajiban dasar sebagai seorang muslim yaitu shalat dan puasa. Bersyukurnya, saat kecil saya sudah dikenal sebagai anak yang cerdas, sehingga membaca qur’an dengan tajwidnya telah dapat saya lakukan sejak dibangku sekolah dasar.
Tanpa mengetahui ajaran agama islam yang lebih luas, saya tumbuh seperti sekarang. Berpacaran pernah saya lakukanan bahkan tidak hanya sekali. Sejak SMA kelas satu saya mulai tertarik dengan lawa jenis dan menjalani hubungan tidak sah yang disebut pacaran. Bahkan sampai tahun lalu, saya masih menjalani hubungan yang disebut pacaran. Jilbab yang saya gunakan sejak beberapa tahun lalu pun belum sempurna saya gunakan.
Tapi, Sang Maha Pencinta begitu menyayangi diri ini yang amat jauh dari baik. Akhir tahun 2010 Ia mempertemukan saya dengan seorang laki-laki yang mulai merubah pandangan hidup saya. Saya sadari, ia pun bukanlah seorang laki-laki yang sempurna karena yang sempurana hanya lah milik Sang Pencipta . Yang terpenting ia mau terus berusaha mendekati kesempurnaan dengan mendekati Sang Maha sempurna. Dan saya yakin, ia adalah laki-laki yang mau berusaha menjadi lebih baik setiap harinya.  Lantas, apakah saya tidak berpacaran? Ya, bersamanya saya tidak pernah ada acara tembak menembak yang anak muda kenal dengan kata jadian. Tapi kegiatan yang kami lakukan sebenarnya masih saja seperti orang yang berstatus pacaran. Hingga bulan Oktober tahun 2012 Sang Pencipta mendesain hidup saya untuk mengenal beberapa inspirator dan muslimah super lewat dunia maya twitter. Kehidupan saya pun mulai berubah, pengetahuan tentang kehidupan yang berdasarkan Al-qur’an dan sunnah Nabi sedikit demi sedikit saya ketahui.
Ada sebuah ayat Al-qur’an  tentang jodoh yang paling saya favoritkan dimana isinya menjelaskan “bahwa jodoh itu cerminan diri, yang baik untuk yang baik, yang buruk untuk yang buruk”. Lewat dunia maya itu pula saya mengetahui hukum dari berpacaran. Ada seorang ustad yang mengatakan “putuskan atau nikahi!”.
Kalimat itu terus teringat dan membuat kami sepakat untuk putus di awal November. Ya, putus dari hubungan yang tak memiliki tujuan yang jelas. Selama beberpa minggu kami berjauhan. Diantara waktu kami berjauhan bahkan meminimalkan komunikasi, masing-masing dari kami merenungkan setiap kesalahan sembari memperbaiki diri. Hingga akhirnya sebuah keputusan besar kami buat. Kami memutuskan untuk melangkah menuju hubungan yang Allah ridoi yaitu pernikahan.
23-03-13 tepat pukul 19.23 ia melamar saya kepada kedua orang tua dan keluarga. Menyampaikan niatnya untuk memuliakan saya. Menjadikan saya sebagai pilihannya.
Seperti lirik dalam sebuah lagu favoritnya:
Mau kah kau tuk menjadi pilihanku,
Menjadi yang terakhir dalam hidupku,
Mau kah kau tuk menjadi yang pertama,
Yang selalu ada di saat pagi ku membuka mata
Oh,.
Ijinkan aku memilikimu,
Mengasihimu,
Menjagamu,
Menyayangimu,
Memberi cinta,
Memberi semua yang engkau inginkan
Selama akau mampu, aku akan berusaha
Mewujudkan semua impian dan harapan tuk menjadi kenyataan.
foto atas: pasang cincinn
foto bawah: Mamah and Mom


Kini kami terus memperbaik diri, mencoba untuk menjalankan semua aktifitas kehidupan sesuai yang Allah sukai. Saya pun terus berusaha untuk menjadi seorang muslimah yang ta’at, muslimah yang kelak akan menjadi seorang istri yang shaleh dan menjadi seorang ibu dari anak-anak yang cerdas dan shaleh/shalehah.
Untuk siapa pun yang membaca ini, ambilah hikmah positif dari pengalaman saya. Bersyukurlah para jomblowan/jomblowati. Karena sesungguhnya pacaran itu adalah salah satu hal yang tak Allah ridoi. Saya menyarankan untuk tidak berpacaran. Dan untuk pasangan yang sedang mempersiapakn pernikahan (*yang udah lamaran yahhh, klo belum lamaran sama aja kaya pacaran :D) semoga setiap langkah dalam menuju hubungan yang Allah ridoi dimudahan dan dilancarkan.
Salam

3 komentar:

  1. aku jadi terhuurraaa deehhh hihiihihiii

    BalasHapus
  2. this's special for u neng cantiq, yang request ttng lamaran kemaren. *pelukiss*

    BalasHapus
  3. jadi pingiiiiiiiinnnnnn........... hhhhiiiiii. #ga bosen2 baca blo teh agie, enak dibaca

    BalasHapus