Sekali lagi saya memperkenalkan
diri. Saya bukanlah seseorang yang tumbuh sebagai seorang muslimah yang taat. Terlahir
di lingkungan utara kota Bandung menjadikan saya seorang anak yang menjalani
kehidupan layaknya anak kota masa kini yang pernah mengalami masa pacaran,
putus dan pacaran lagi. Tak menyalahkan siapa pun, apalagi orang tua yang
memang bukan dari keluarga ustad ataupun terlahir di lingkungan pesantren. Saya
tumbuh secara demokratis, dimana pemahaman dasar-dasar agama hanya saya
pelajari semasa TK Al-qur’an, dan sisanya saya pelajari di bangku sekolah
hingga perguruan tinggi. Yupz, melalui mata pelajaran Pendidikkan Agama Islam. Dasar-dasar
norma yang orang tua ajarkan hanyalah norma adat sosial dan kewajiban dasar sebagai
seorang muslim yaitu shalat dan puasa. Bersyukurnya, saat kecil saya sudah dikenal
sebagai anak yang cerdas, sehingga membaca qur’an dengan tajwidnya telah dapat
saya lakukan sejak dibangku sekolah dasar.
Tanpa mengetahui ajaran
agama islam yang lebih luas, saya tumbuh seperti sekarang. Berpacaran pernah
saya lakukanan bahkan tidak hanya sekali. Sejak SMA kelas satu saya mulai
tertarik dengan lawa jenis dan menjalani hubungan tidak sah yang disebut
pacaran. Bahkan sampai tahun lalu, saya masih menjalani hubungan yang disebut
pacaran. Jilbab yang saya gunakan sejak beberapa tahun lalu pun belum sempurna
saya gunakan.
Tapi, Sang Maha Pencinta
begitu menyayangi diri ini yang amat jauh dari baik. Akhir tahun 2010 Ia
mempertemukan saya dengan seorang laki-laki yang mulai merubah pandangan hidup
saya. Saya sadari, ia pun bukanlah seorang laki-laki yang sempurna karena yang
sempurana hanya lah milik Sang Pencipta . Yang terpenting ia mau terus berusaha
mendekati kesempurnaan dengan mendekati Sang Maha sempurna. Dan saya yakin, ia
adalah laki-laki yang mau berusaha menjadi lebih baik setiap harinya. Lantas, apakah saya tidak berpacaran? Ya,
bersamanya saya tidak pernah ada acara tembak menembak yang anak muda kenal
dengan kata jadian. Tapi kegiatan yang kami lakukan sebenarnya masih saja
seperti orang yang berstatus pacaran. Hingga bulan Oktober tahun 2012 Sang
Pencipta mendesain hidup saya untuk mengenal beberapa inspirator dan muslimah super
lewat dunia maya twitter. Kehidupan saya pun mulai berubah, pengetahuan tentang
kehidupan yang berdasarkan Al-qur’an dan sunnah Nabi sedikit demi sedikit saya
ketahui.
Ada sebuah ayat Al-qur’an tentang jodoh yang paling saya favoritkan dimana
isinya menjelaskan “bahwa jodoh itu cerminan diri, yang baik untuk yang baik,
yang buruk untuk yang buruk”. Lewat dunia maya itu pula saya mengetahui hukum
dari berpacaran. Ada seorang ustad yang mengatakan “putuskan atau nikahi!”.
Kalimat itu terus teringat
dan membuat kami sepakat untuk putus di awal November. Ya, putus dari hubungan
yang tak memiliki tujuan yang jelas. Selama beberpa minggu kami berjauhan. Diantara
waktu kami berjauhan bahkan meminimalkan komunikasi, masing-masing dari kami
merenungkan setiap kesalahan sembari memperbaiki diri. Hingga akhirnya sebuah
keputusan besar kami buat. Kami memutuskan untuk melangkah menuju hubungan yang
Allah ridoi yaitu pernikahan.
23-03-13 tepat pukul 19.23
ia melamar saya kepada kedua orang tua dan keluarga. Menyampaikan niatnya untuk
memuliakan saya. Menjadikan saya sebagai pilihannya.
Seperti lirik dalam sebuah
lagu favoritnya:
Mau
kah kau tuk menjadi pilihanku,
Menjadi
yang terakhir dalam hidupku,
Mau
kah kau tuk menjadi yang pertama,
Yang
selalu ada di saat pagi ku membuka mata
Oh,.
Ijinkan
aku memilikimu,
Mengasihimu,
Menjagamu,
Menyayangimu,
Memberi
cinta,
Memberi
semua yang engkau inginkan
Selama
akau mampu, aku akan berusaha
Mewujudkan
semua impian dan harapan tuk menjadi kenyataan.
Kini kami terus memperbaik
diri, mencoba untuk menjalankan semua aktifitas kehidupan sesuai yang Allah
sukai. Saya pun terus berusaha untuk menjadi seorang muslimah yang ta’at,
muslimah yang kelak akan menjadi seorang istri yang shaleh dan menjadi seorang
ibu dari anak-anak yang cerdas dan shaleh/shalehah.
Untuk siapa pun yang
membaca ini, ambilah hikmah positif dari pengalaman saya. Bersyukurlah para
jomblowan/jomblowati. Karena sesungguhnya pacaran itu adalah salah satu hal
yang tak Allah ridoi. Saya menyarankan untuk tidak berpacaran. Dan untuk
pasangan yang sedang mempersiapakn pernikahan (*yang udah lamaran yahhh, klo
belum lamaran sama aja kaya pacaran :D) semoga setiap langkah dalam menuju
hubungan yang Allah ridoi dimudahan dan dilancarkan.
Salam
aku jadi terhuurraaa deehhh hihiihihiii
BalasHapusthis's special for u neng cantiq, yang request ttng lamaran kemaren. *pelukiss*
BalasHapusjadi pingiiiiiiiinnnnnn........... hhhhiiiiii. #ga bosen2 baca blo teh agie, enak dibaca
BalasHapus