Rabu, 19 Juni 2013

Menjadi Ibu Rumah Tangga Adalah Hal Terbaik Bagi Wanita

Bagi saya yang berambisi kuat dan memiliki impian besar, menjadi ibu rumah tangga (full time mother) bukanlah mimpi saya sejak kecil. Bergelar Phd, Master, memiliki konsultan lingkungan ternama dan usaha kuliner adalah impian-impian diawal kedewasaan saya. Sampai sekarang apa yang saya lakukan dan perjuangkan masih ada pada jalur untuk mencapai impian-impian itu.
Saya yang termasuk orang berwatak koleris (dominan otak kanan, bicara, bertindak, jalan lebih cepat dibanding rata-rata, to the point, intonasi menekan, tatapan mata tajam), melankolis (sempurna, teliti, tertata) cukup mempengaruhi cara pandang dan kehidupan saya. Mungkin karena watak ini pula, secara tidak langsung lingkungan disekitar saya sering memposisikan saya sebagai pemimpin baik dalam kelompok besar atau kecil (bisa jadi, karena teman-teman tidak mau repot untuk mengatur segala kegiatan/keperluan acara dan saya adalah korbannya *miris*).
Ternyata tidak hanya itu, ambisi saya untuk menjadi seorang wanita karir yang saya sebut wonder woman menjadikan saya sedikit parno tentang pernikahan. Beranjak usia 20an yang diwarnai berita dan undangan pernikahan teman-teman membuat saya sedikit takut saat membayangkan menjadi seorang istri, kemudian hamil dan memiliki anak. Bukan takut karena tidak ingin menjalaninya tapi takut akan ketidak mampuan saya menjadi seorang istri yang soleh dan seorang ibu yang baik. Hal ini lah yang membuat saya menargetkan usia pernikahan cukup jauh saat itu.
Usia saya pun terus bertambah seiring pertumbuhan kedewasaan saya. Sedikit demi sedikit pola pikir berubah kearah yang lebih baik. Tak ada yang salah dengan wanita karir, ibu pekerja, atau wanita-wanita yang berprestasi dalam pekerjaan di luar rumah. Tapi ada yang lebih baik lagi dari sekedar itu semua, yang sudah Allah tuliskan dalam Al-qur’an untuk kaum seperti saya. Apakah itu? Menjadi ibu rumah tangga adalah hal paling mulia dan teristimewa bagi wanita. Allah menjanjikan pahala yang berlimpah, Allah menjanjikan tempat terhormat di syurga bagi para istri solehah dan ibu yang melahirkan serta menciptakan generasi muda (anak) yang saleh/salehan serta berbakti. Tak ada kewajiban bagi seorang istri untuk menafkahi anak dan keluarganya karena itu adalah kewajiban suami. Seorang istri memiliki dua tugas darar yaitu melayani suami dan mendidik anak.
Pada walanya saya masih salah kaprah tentang pernyataan “untuk apa seorang wanita sekolah tinggi-tinggi kalau ujungnya hanya di dapur dan mengusrus anak di rumah?”. Tapi, ada sebuah pepatah mengatakan “Ibu adalah madrasah pertama bagi anak”. Ya, tempat pertama anak belajar adalah pada ibunya. Jadi seorang wanita haruslah memiliki kemampuan untuk mendidik. Karena wanita bertanggung jawab menciptakan generasi yang hebat dan tangguh, itulah mengapa seorang wanita harus pintar,cerdas, dan berpendidikkan tinggi.
Banyak membaca, banyak belajar, dan banyak berkaca sedikit demi sedikit mengubah impian-impian saya. Walau impian itu tak 100% saya rubah. Kini impian terbesar saya bukan lagi mendapat gelar Master dan melanjutkan pendidikian di luar negeri. Kini saya ingin secepatnya menjadi seorang istri dari laki-laki shaleh dan bertanggung jawab, agar janji Allah bagi para istri salehah segera saya dapatkan. Kini, saya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga (full time mother) yang melahirkan dan menciptakan anak-anak super hebat, shaleh/shaleha, pintar, dan bermanfaat bagi banyak umat. Dan sisa waktu saya dari menjadi seorang ibu rumah tangga akan saya gunakan untuk memperjuangkan impain saya yang lain tentu atas ijin Nya, suami, dan anak-anak kelak.

“betapa bahagia sore ini, ketika saya asyik berbelanja di super market membeli beberapa buah, sayuran dan daging. Lalu mampir ke baby shop dan membayangkan menjadi seorang ibu rumah tangga yang memiliki waktu bebas, setiap sore menunggu suami pulang sambil mengasuh anak dan berjalan-jalan tanpa memikirkan urusah kantor/perusahaan bos”

2 komentar: