Sabtu, 28 Januari 2017

#NHW1 Adab Menuntut Ilmu

Apa sih IIP (Institut Ibu Profesional)?
Waaaah, ada institut model begitu?
Itu kuliah atau apa sih kegiatannya?
Susah gak?
Menguras waktu ga?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebagian pertanyaan yang terlahir dari rasa penasaran saya ketika membaca beberapa postingan teman yang sedang mengikuti program matrikulsi IIP Batch 2. Beberapa hari kemudian bermodalkan internet di telfon genggam, saya akhirnya memutuskan untuk berselancar di dunia maya, niat nya mau tanya mbah google tentang program IIP tapi akhirnya malah asik buka facebook. Tapi, atas ijin Allah saat itu mata saya ditujukan pada sebuah postingan teman yang baru saja lulus dari program matrikulasi IIP batch 2 yang dari nya pula saya mendapat informasi tentang pembukaan program matrikulasi IIP batch 3. Tanpa tau banyak tentang IIP saya meminta izin pada suami untuk mengikuti program matrikulasi dengan menjelaskan alasannya. Alhamdulillah, suami pun mengijinakan, segera saya mendaftar dan menyelesaikan semua tahapan administrasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Seminggu berlangsung,.

Saya belum mendapatan informasi apapun mengenai program matrikulsi IIP batch 3 Kota Bandung termasuk tidak ada satupun undangan grup program matrikulasi IIP selain email dari Ibu Septi Wulandani seminggu sebelumnya. Saat itu saya masih berfikir, mungkin saya akan diudang dekat dengan hari pertama kuliah 23 Januari.

Tangggal 23 Januari

Tidak ada tanda-tanda undangan grup, saya masih mencoba khusnudzon (mungkin besok). Sampai tanggal 25 masih saja tidak ada tanda-tanda, akhirnya saya menguhubungi teman yang pernah bergabung di program matrikulasi batch 2, menjelaskan keadaan saya dan meminta bantuannya. Alhamdulillah, tanggal 26 Januari 2017 secara resmi saya bergabung di kelas matrikulasi IIP batch 3 kota Bandung 2 dengan status ketinggalan kereta (*kok kereta sih? Kelas maksud nya).
So, Saya Anggi Regaian Agustin, SST, M.Sc si mahmud abas (re: mamah muda anak baru satu) yang sekarang katanya dosen teknik kimia, hanya bermodalkan nol untuk ikut kelas ini.
Nol pengetahuan tentang IIP, nol pengetahuan tentang ilmu parenting. Really? Yes, I am. 3.5 tahun berumah tangga, 2.5 tahun menjadi seorang ibu sejujurnya hanya sedikit sekali saya membaca dan mencari ilmu tentang parenting ketimbang ilmu teknik kimia. But, It was one of my reasons why I joined this programe. Bismillah, semoga saja ini tidak terlalu terlambat bagi saya walau katanya tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

Ok, It is too long for prologue.
Now, let me to answer the questions of my first nice home work (NHW).

1.      Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini!

J: Menjadi profesioanal di bidang (pekerjaan) nya adalah harapan  kebanyakan orang dewasa. Karena menjadi profesional artinya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan. Seseorang yang dikatakan profesional akan (biasanya) memiliki value yang jelas. Sehingga lingkungan sekitarnya akan (biasanya) lebih mudah untuk mengidentifikasi. Sesuatu yang mudah diidentifikasi biasanya: pertama adalah umum (sama dengan kebanyakan), yang ke dua adalah unik (beda dari kebanyakan). If I have a choice, I wanna be the unique one. Berhubung, menjadi ibu adalah pekerjaan utama saya 24/7. Although I work as a lecturer and should leave the home for several hours,  I never leave my job as a mom. Gak ada kan tuh si jabatan sebagai ibu dilepas dulu pas lagi kerja keluar rumah. So, I wanna be a profesional mom in addition to be a profesional lecturer. Profesional di bidang apa? Jika hanya boleh memilih satu maka saya ingin menjadi sesorang ibu yang profesional dalam memberdayakan anak. So, saya pilih jurusan: Ilmu Pemberdayaan Anak.

2.      Apa alasan terkuat yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut?

J : Pemberdayaan memiliki arti proses pembangunan. Jadi saya artikan sendiri bahwa jurusan ilmu pemberdayaan anak adalah jurusan yang mempelajari penggalian dan pengembangan potensi anak. Kartasasmita ( 1996) mengatakan bahwa : “setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya “. Di sadur dari laman ini
Harapannya setelah saya lulus dari jurusan ini, saya mampu menggali dan membantu anak dalam mengembangkan potensi yang dimilikinnya sehingga kelak anak mampu menjadi versi terbaik dirinya sesuai bakat/talenta/jati diri yang Allah berikan untuknya, Insha Allah, aamiin. Selain itu saya meyakini jika anak adalah titipan, orang tua tidak memiliki kuasa apapun atas hidup anak sehingga orang tua harus mampu mengelola egonya untuk tidak berkuasa atas kebebasan anak dalam memilih dan memutuskan. It sounds easy, practicaly quite hard, hopefully can get the knowlede how to manage the emotions in parenting di jurusan ilmu pemberdayaan anak. Mejadi orang tua yang demokratis (sesuai syariat tentunya dengan berpegang pada pedoman keluarga, al-qur’an dan hadist) juga menjadi salah satu yang ingin saya pelajari. Sebagaimana presiden dan perdana menteri di negara demokrasi, mereka memiliki hak prerogratif untuk membuat ketetapan/keputusan atas masyarakatnya dengan cara yang baik dan juga menghasilkan keputusan yang baik, Maka ketika menjadi orang tua yang demokratis, saya pun ingin melakukannya dengan baik untuk menghasilkan sesuatu yang baik pula. I believe, also can get this knowledge di jurusan ilmu pemberdayaan anak.

3.      Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?

J: PDCA (Plan, Do, Check, Act)
Saya meyakini jika formula PDCA salah satu metode yang efektif dalam metode belajar.
Plan/Merencanakan. Agar punya tujuan jelas, jalan yang terarah, I believe everything must be planned. Saya merencanakan apa yang akan saya lakukan based on apa yang saya, anak-anak, dan keluraga butuhkan. Dengan demikian, saya bisa lebih fokus karena telah menentukan prioritas dalam menuntut ilmu.
Do/melakukan. Mengikuti kelas, menghadiri seminar, membaca buku dan artikel, mendengarkan pengalaman orang adalah banyak cara untuk menuntut ilmu yang dapat dipilih sesuai dengan kemampuan. Tentunya dalam melakukan pencarian ilmu ini harus mengikuti rencana sesuai priorotas yang telah ditentukan agar tujuannya tercapai.
Check/mengevaluasi. Penilaian terhadap usaha yang telah dilakukan dalam menuntut ilmu menjadi bagian penting agar diketahui seberapa jauh kita telah berkomitmen dalam menuntut ilmu sehingga diketahui pencapaian yang harus diperthannkan dan kekurangan yang harus diperbaiki.
Act/Perbaikan. Tidak ada yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Dalam menuntut ilmu yang dapat dilakukan adalah memperbaiki terus menerus. Tidak berpuas pada hasil melainkan melakukan proses berkelanjutan sehingga semangat akan terus terjaga. Karena yang biasanya memadamkan semangat dalam menuntut ilmu adalah ketika kita sudah merasa cukup/puas dengan hasil. Semoga saya mampu melakukan PDCA yang teorinya nampak mudah namun begitu sulit dilakukan. Fighting! Bismillah,.

4.    Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?

J: Saya sadar jika adab lebih utama dari menuntut ilmu itu sendiri. Untuk itu saya berupaya untuk merubah beberapa sikap yang selama ini sering kali tidak saya sadari sebgai penghambat masukknya ilmu ke dalam diri saya. Diantaranya:
Ikhlas menerima ilmu yang diberikan.
Tidak merasa sudah lebihtahu dan lebih paham.
Tidak mudah percaya/menerima informasi sebelum paham sumber ilmunya.

In the end of this sesion, saya megucapkan terimakasih untuk teman-teman program matrikulasi IIP batch 3 yang telah membantu saya yang ketinggalan kereta ini, terimakasih untuk teteh fasilitator  dan juga untuk sumber inspirasi saya Ibu Septi Wulandani atas kebaikannya dalam mendirikan IIP. Semoga kebaikan teman-teman sekalian Allah balas satu per satu.

Bandung, 29.01.17

Bundanya Shakira Alyamani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar