Selasa, 14 Maret 2017

#NHW7_Menuju Bunda Produktif

Assalamualaikum bu-Ibu dan calon ibu profesioanal,.

Apa kabarnya minggu ini? Alhamdulillah di minggu kemarin saya dikasih bonus sakit radang tenggorokan yang bikin badan demam, hidung meler, dan keleyengan, maka gagalah semua jadwal kegiatan yang sudah disusun termasuk jadwal membuat dan mengumpulkan NHW7. Udah telat nih ceritanya, tapi lebih baik telat ketimbang gak dikerjain kan ya? Hehe,. (maapkan bu-Ibu).
Seperti biasa saya akan menuliskan poin-poin penting dari materi MIIP. Jadi ceritanya di minggu ke-7 ini saya mendapatkan ilmu baru mengenai Menjadi Ibu Produktif. Di bawah ini adalah 7 point penting menurut saya.

1.       Sebagai ibu produktif kita dituntut untuk senantiasa menjalani proses menemukan “MISI PENCIPTAAN” diri di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat mata “BERBINAR-BINAR", yaitu melakukan aktivitas yang mampu menyenangkan hati dan membangunkan gairah/passion.

2.       Ibu produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki. Dengan prinsip “Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya,  demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar”. Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah  bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga.

3.       Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI, maka pilihlah aktifitas sebagai ibu di dunia produktif yang meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga.

4.       Tugas kita sebagai Ibu produktif adalah bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita. Maka, Ibu produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang.

5.       Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita. Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.

6.       Seorang ibu yang produktif itu agar bisa, menambah syukur,  menegakkan taat, dan berbagi manfaat.

7.       Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya. Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.

Sumber:
Tim Matrikulasi Ibu Profesional, Minggu ke-7.

Intinya, menurut saya menjadi Ibu Bekerja atau Full time momy, semua ibu harus produktif dengan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga.

Bagimana cara menjadi produktif?
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menemukan bakat diri.
Bagaimana cara menemukan bakadiri?
Cobalah mengikuti salah satu tes bakat di di sini


And here the results of mine,
Hasil Temu Bakat

Katanya ANGGI REGIANA AGUSTIN, saya adalah orang yang suka dengan angka dan data , kurang yakin akan sesuatu yang sifatnya intuitif kecuali kalau saya juga punya bakat lainnya yang intuitif , suka sekali mengatur penempatan atau penugasan orang , berani menghadapi orang secara empat mata,keras kepala, berani mengambil alih tanggung jawab , banyak ideanya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran lateralnya , selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang , analitis , teliti & suka mengumpulkan informasi , senang menghayal tentang apa yang mungkin terjadi jauh kemasa depan.

Hemmm, betul gak yah itu saya? Tapi membaca hasilnya seperti berkaca dari cermin karena 70%  dari apa yang disimpulkan adalah saya adanya. Jadi, kalau ditanya seperti apa seorang Anggi Regiana Agustin? Seperti itulah. Saya orang yang sangat analitis, terencana, berani dan tegas, serta berfikir jauh ke depan. Logika saya lebih dominan dari perasaan (keseringan) sehingga saya menjadi orang yang tidak memerhatikan orang lain (terutama orang yang tidak saya kenal). Membicarakan atau menggosipkan orang lain menjadi hal yang tidak menarik bagi saya (sayang gak peduli) sehingga sering kali saya hanya menjadi pendengar saja.

Have a good command, berani bertanggung jawab menjadikan diri saya yang suka mengatur (tidak heran selalu menjadi orang yang dominan dalam kelompok kerja/belajar) ketika saya sekolah dulu. Dengan tingkat perfectionist yang tinggi seringkali membuat saya tidak percaya pada hasil pekerjaan teman dan membuat saya mengerjakan pekerjaan tim sendiri (one man show).  Dengan empati yang kurang seringkali saya tidak mampu memahami perasaan anggota kelompok, kaku dan to the point (bukan intepreter yang baik).  Yang mengakibatkan stample “ketua galak, ngatur, disiplin” tertempel di dahi saya. Apa jadinya? Saya menjadi ketua yang ditakuti bukan disegani.

Tahun demi tahun saya lewati seperti itu tanpa perubahan yang berarti hingga pertemuan saya dengan seseorang akhirnya sedikit-demi sedikit saya mulai menurunkan ego, mencoba meredam keperfectionist-an saya ketika bekerja secara tim. Saya mulai lebih banyak mendengar dari pada berbicara, tidak masalah dengan memperlihatkan sisi lemah saya dari pada dominan atas kelebihan saya agar orang-orang di sekitar merasa berarti dan dibutuhkan. Saya juga mulai membuat standar sesuai dengan kemampuan teman-teman tim bukan kemampuan saya dan memberikan reward atas hasil yang dikerjakan. Selain itu pengalaman, didikkan, dan kebaikan dari guru-guru selama saya menempuh pendidikan S2 banyak menjadi inspirasi yang membenuk pola ajar saya ke pada murid-murid saya sekarang.

Hasilnya?

Sekarang ketika saya menjadi seorang pendidik, senangnya ketika tidak ada cap/stample “dosen galak” dari dosen senior, dikata tidak pernah marah-marah pada siswa, disebut dosen rajin dan baik oleh rekan kerja, serta akrab dengan siswa. Meskipun kadang saya harus mengelus dada ketika ujian itu datang dari tingkah mahasiswa yang “menyenagkan”. Kini saya lebih mampu menempatkan posisi sebagaimana orang-orang disekeliling saya. Dan saya masih terus berjuang untuk lebih baik setiap harinya.

Hei teman,. MAAFKAN AKU YANG DULU! J

Lets move,.
Sekarang untuk menemukan bakat/passion diri adalah dengan membuat kuadran aktivitas seperti dibawah ini.
Kuadran Aktivitas

Kalau ditanya aktivitas yang paling membuat berbinar-binar jawabannya adalah memasak. Sedari kecil saya senang bereksperiment di dapur. Sayangnya tidak mendapat fasilitas dan dukungan sehigga menjadi hobi yang hbi-bobian bukan hobi yang menghasilkan sampai saat ini (tapi lagi rintis usaha makanan yang homemade, semoga kedepannya menghasilkan). Kini kesenangan saya bereksperiment di dapur menjadi kesenangan bereksperiment di laboraturium (lumayan lah ya senggol-senggolan dikit, hehe).

Hal yang tidak disukai tapi bisa yang paling juara adalah mencuci dan menyetrika baju (maka mendelegasikan hal ini adalah hal yang akan saya lakukan pertama jika memiliki asisten nanti). Bahkan selama tinggal serumah bersama suami (sebelum memiliki anak dan sebelum LDRan) kami masih menggunakan jasa laundry (hehehehe).

Hal-hal yang disukai namun tidak bisa adalah segala hal yang berhuungan dengan seni seperti menggambar, designing, memotret dll. Pengen banget kursus singkat kalo ada yang murmer.

Hal yang tidak disukai dan tidak bisa yaitu menjahit, jadi mustahil saya menjahit baju sendiri. Biarlah orang-orang yang pandai jahit yang melakukan pekerjaannya untuk saya (padahal saya lagi rintis bisnis produksi pakaian/fashion).

Kesimpulannya, kalau diminta pilih profesi jadi dosen atau juru masak maka saya akan memilih jadi dosen yang jago masak. hehe,.

Semoga rekan-rekan yang membaca ini mendapatkan angin segar bagaimana cara menemukan bakatnya,.

Salam Ibu Profesional!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar