Assalamualaikum bu-Ibu dan calon ibu
profesioanal,.
Apa kabarnya
minggu ini? Alhamdulillah di minggu kemarin saya dikasih bonus sakit radang
tenggorokan yang bikin badan demam, hidung meler, dan keleyengan, maka gagalah
semua jadwal kegiatan yang sudah disusun termasuk jadwal membuat dan
mengumpulkan NHW7. Udah telat nih ceritanya, tapi lebih baik telat ketimbang
gak dikerjain kan ya? Hehe,. (maapkan bu-Ibu).
Seperti biasa saya
akan menuliskan poin-poin penting dari materi MIIP. Jadi ceritanya di minggu
ke-7 ini saya mendapatkan ilmu baru mengenai Menjadi Ibu Produktif. Di bawah
ini adalah 7 point penting menurut saya.
1.
Sebagai ibu
produktif kita dituntut untuk senantiasa menjalani proses menemukan “MISI
PENCIPTAAN” diri di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat
mata “BERBINAR-BINAR", yaitu melakukan aktivitas yang mampu menyenangkan
hati dan membangunkan gairah/passion.
2.
Ibu produktif
memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki. Dengan
prinsip “Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan
pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya, demi
mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar”. Untuk itu
Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki,
tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga.
3.
Karena REJEKI
itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI, maka pilihlah aktifitas sebagai ibu
di dunia produktif yang meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga.
4.
Tugas kita
sebagai Ibu produktif adalah bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga,
melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap
karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita. Maka, Ibu produktif di Ibu
Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan
rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan
hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi
banyak orang.
5.
Menjadi Bunda
Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan
kita. Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang
hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.
6.
Seorang ibu
yang produktif itu agar bisa, menambah syukur,
menegakkan taat, dan berbagi manfaat.
7.
Menjadi
produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya.
Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.
Sumber:
Tim Matrikulasi
Ibu Profesional, Minggu ke-7.
Intinya, menurut
saya menjadi Ibu Bekerja atau Full time momy, semua ibu harus produktif dengan
berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus
meninggalkan amanah utamanya yaitu
anak dan keluarga.
Bagimana cara
menjadi produktif?
Salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah dengan menemukan bakat diri.
Bagaimana cara
menemukan bakadiri?
Cobalah mengikuti
salah satu tes bakat di di sini
And here the
results of mine,
![]() |
Hasil Temu Bakat |
Katanya ANGGI
REGIANA AGUSTIN, saya adalah orang yang suka dengan angka dan data , kurang
yakin akan sesuatu yang sifatnya intuitif kecuali kalau saya juga punya bakat
lainnya yang intuitif , suka sekali mengatur penempatan atau penugasan orang ,
berani menghadapi orang secara empat mata,keras kepala, berani mengambil alih
tanggung jawab , banyak ideanya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran
lateralnya , selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan
orang , analitis , teliti & suka mengumpulkan informasi , senang menghayal
tentang apa yang mungkin terjadi jauh kemasa depan.
Hemmm, betul gak
yah itu saya? Tapi membaca hasilnya seperti berkaca dari cermin karena 70% dari apa yang disimpulkan adalah saya adanya.
Jadi, kalau ditanya seperti apa seorang Anggi Regiana Agustin? Seperti itulah.
Saya orang yang sangat analitis, terencana, berani dan tegas, serta berfikir
jauh ke depan. Logika saya lebih dominan dari perasaan (keseringan) sehingga
saya menjadi orang yang tidak memerhatikan orang lain (terutama orang yang
tidak saya kenal). Membicarakan atau menggosipkan orang lain menjadi hal yang
tidak menarik bagi saya (sayang gak peduli) sehingga sering kali saya hanya menjadi pendengar saja.
Have a good command,
berani bertanggung jawab menjadikan diri saya yang suka mengatur (tidak heran
selalu menjadi orang yang dominan dalam kelompok kerja/belajar) ketika saya
sekolah dulu. Dengan tingkat perfectionist yang tinggi seringkali membuat saya
tidak percaya pada hasil pekerjaan teman dan membuat saya mengerjakan pekerjaan
tim sendiri (one man show). Dengan
empati yang kurang seringkali saya tidak mampu memahami perasaan anggota
kelompok, kaku dan to the point (bukan intepreter yang baik). Yang
mengakibatkan stample “ketua galak, ngatur, disiplin” tertempel di dahi saya. Apa
jadinya? Saya menjadi ketua yang ditakuti bukan disegani.
Tahun demi tahun
saya lewati seperti itu tanpa perubahan yang berarti hingga pertemuan saya
dengan seseorang akhirnya sedikit-demi sedikit saya mulai menurunkan ego,
mencoba meredam keperfectionist-an saya ketika bekerja secara tim. Saya mulai
lebih banyak mendengar dari pada berbicara, tidak masalah dengan memperlihatkan
sisi lemah saya dari pada dominan atas kelebihan saya agar orang-orang di
sekitar merasa berarti dan dibutuhkan. Saya juga mulai membuat standar sesuai
dengan kemampuan teman-teman tim bukan kemampuan saya dan memberikan reward
atas hasil yang dikerjakan. Selain itu pengalaman, didikkan, dan kebaikan dari guru-guru
selama saya menempuh pendidikan S2 banyak menjadi inspirasi yang membenuk pola
ajar saya ke pada murid-murid saya sekarang.
Hasilnya?
Sekarang ketika saya
menjadi seorang pendidik, senangnya ketika tidak ada cap/stample “dosen galak”
dari dosen senior, dikata tidak pernah marah-marah pada siswa, disebut dosen
rajin dan baik oleh rekan kerja, serta akrab dengan siswa. Meskipun kadang saya
harus mengelus dada ketika ujian itu datang dari tingkah mahasiswa yang “menyenagkan”.
Kini saya lebih mampu menempatkan posisi sebagaimana orang-orang disekeliling
saya. Dan saya masih terus berjuang untuk lebih baik setiap harinya.
Hei teman,.
MAAFKAN AKU YANG DULU! J
Lets move,.
Sekarang untuk
menemukan bakat/passion diri adalah dengan membuat kuadran aktivitas seperti
dibawah ini.
![]() |
Kuadran Aktivitas |
Kalau ditanya aktivitas
yang paling membuat berbinar-binar jawabannya adalah memasak. Sedari kecil saya
senang bereksperiment di dapur. Sayangnya tidak mendapat fasilitas dan dukungan
sehigga menjadi hobi yang hbi-bobian bukan hobi yang menghasilkan sampai saat
ini (tapi lagi rintis usaha makanan yang homemade, semoga kedepannya
menghasilkan). Kini kesenangan saya bereksperiment di dapur menjadi kesenangan
bereksperiment di laboraturium (lumayan lah ya senggol-senggolan dikit, hehe).
Hal yang tidak
disukai tapi bisa yang paling juara adalah mencuci dan menyetrika baju (maka
mendelegasikan hal ini adalah hal yang akan saya lakukan pertama jika memiliki
asisten nanti). Bahkan selama tinggal serumah bersama suami (sebelum memiliki
anak dan sebelum LDRan) kami masih menggunakan jasa laundry (hehehehe).
Hal-hal yang
disukai namun tidak bisa adalah segala hal yang berhuungan dengan seni seperti
menggambar, designing, memotret dll. Pengen banget kursus singkat kalo ada yang
murmer.
Hal yang tidak
disukai dan tidak bisa yaitu menjahit, jadi mustahil saya menjahit baju
sendiri. Biarlah orang-orang yang pandai jahit yang melakukan pekerjaannya
untuk saya (padahal saya lagi rintis bisnis produksi pakaian/fashion).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar