Rabu, 13 Maret 2013

Kunci Sukses


Perjalanan ke kota Tasik bulan lalu membawa saya bertemu dengan seorang guru kehidupan. Guru yang tak akan saya temukan di kampus. Sesuai dengan apa yang saya yakini bahwa di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Saya yakin pertemuan ini pun bukan kebetulan, melainkan atas desain yang telah Allah buat untuk saya. Kami berada dalam satu mobil bersama 3 orang lainnya (termasuk kakang). Begitu banyak hal yang kami bahas selama perjalanan Bandung-Tasik. Tapi yang benar-benar merasuk ke dalam hati dan pikiran saya adalah sebuah topik tentang “Kunci Sukses”. Beliau berkata “Kunci sukses dalam segala bidang hanyalah satu yaitu IKHLAS”. Lalu beliau bertanya “Apakah IKLHAS itu?” sebelum saya sempat menjawab, beliau langsung menimpali “Melakukan segala sesuatu hanya, untuk, dan karena Allah SWT semata”.
Sudahkah kita melakukan segala aktifitas hanya, untuk, dan karena Allah? Atau segala yang kita lakukan selama ini hanyalah nafsu? Dan tahukah nafsu itu datangnya dari mana? Nafsu itu datangnya dari syaiton.
Mari kita audit apakah kita termasuk orang yang sudah ikhlas atau kita hanya manusia yang menjalani hidup ini dengan nafsu?
Apakah alasan kita mengenyam pendidikan sampai ke bangku kuliah S1/S2/S3?
Jika alasan kita masih untuk mencari selembar ijasah, atau demi setrata sosial yang tinggi, atau karena mengikuti keinginan orang tua dan alasan duniawi lainnya. Itu adalah nafsu,.
Begitu banyak bukti terpampang nyata di hadapan kita, begitu banyak orang berlomba-lomba menjadi profesor, doktor, dengan maksud agar dipandang orang, lalu menarik simpati, selajutnya mencalonkan diri jadi wakil rakyat dan setelah duduk dikursi perwakilan, berlomba-lomba memperkaya diri.
Berhati-hati lah dalam berniat, bisa jadi niat kita adalah nafsu sehingga apa yang kita lakukan kedepannya dengan penuh perjuangan menjadi tidak ikhlas.
Contoh lainnya,
Apakah alasan kita menyukai seseorang? Apakah karena dia tampan/cantik, pintar, baik, kaya, dan sebagainya. Lalu ketika hal yang kita sukai semuanya berubah, mengapa kita menjadi tidak menyukainya lagi?
Tahukan bahwa suka itu nafsu, tidak suka pun nafsu. Maka kita sebagai manusia jangan terlalu menyukai sesuatu ataupaun terlalu membenci sesuatu. Karena sifat itu datangnya dari syaiton. Dan hal penting yang harus diingat dan dilaksanakan adalah jangan terlalu mencitai sesuatu apapun lebih dari kita mencintai Sang Penciptanya. Sering kali kita tak menyadari bahwa kita terlalu mencintai uang, popularitas, nama baik, jabatan, pasangan, tapi lupa pada siapa Sang Pemilik sesungguhnya.
Mari selalu merenungkan dan berinstropeksi diri atas apa yng selama ini dilakukan. Teruslah bertanya pada diri sendiri apakah segala seustu yang kita lakukan itu sudah ikhlas atau hanya nafsu?
Jika kita telah mampu melakukan segala sesuatu dengan ikhlas percaya lah pada janji Nya. Allah akan mempermudah jalan kita layaknya orang tua yang selalu menolong anaknya, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan layaknya bayi yang semua kebutuhannya dipenuhi oleh orang tuanya, Allah akan menghadiahkan hal terbaik untuk kita layaknya anak baik yang selalu mendapat hadiah dan kejutan dari orang tuanya. Maka jadilah seperti bayi yang suci, jauh dari dosa, maka Allah akan begitu dekat dengan kita.
Salam,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar