Assalamualaikum
bu-ibu matrikulasi IIP Batch 3,.
Sampai ke materi
minggu ke 3 rasanya pontang panting untuk dapat menyelesaikan NHW_3 program matrikulasi IIP ini. Dimulai
dari tugas membuat surat cinta untuk suami tersayang sampai susah payah
mengilhami kehendakNya atas kehadiran keluarga kita di muka bumi.
With limited
time that I have, let me write and answer the questions from NHW_3.
a. Jatuh cintalah kembali kepada
suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki “alasan kuat”
bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan
lihatlah respon dari suami.
Pertama baca tugas ini tanggapannya
langsung, What? Surat cinta?
Meskipun bagi saya ini bukan hal yang asing
karena sedari dulu saya biasa menulis surat ke pada suami (meskipun by email)
ketimbang ngomong langsung untuk mengungkapkan hal-hal yang penting karena bagi
saya kata-kata yang sulit diungkapkan dapat dengan mudah dituliskan. Bedanya
kali ini saya membutuhkan waktu 3 jam untuk menulis selembar surat cinta yang
saat muda dulu hanya membutuhkan 15 menit saja (harap maklum ye, sudah buntut
satu, otak tidak secemerlang masa muda). So, check this link for the letter,.
Dan apakah responnya?
He wrote this: “I love the way when you
said lets make new page for our family with full of love”. Making you happy is
lovely one and when you feel happy is the greatest one.
Berhubung kita LDR an antar kota yang ketemu
setiap jum’at malam dan kembali berpisah minggu malam atau bahkan 2 minggu
sekali. Minggu ini suami yang tadinya berencana untuk tidak pulang ke Bandung
karena ada urusan pekerjaan tiba-tiba memberi kabar akan pulang ke bandung
semalam setelah mendapat surat tersebut. He said “actually, I want to give a surprise,
tapi gak bisa bohong jadi ya bilang aja” (hadeuuuhh, dasarnya memang ga
romantis).
b.
Lihatlah anak-anak anda,
tuliskan potensi diri mereka masing-masing.
Rumah adalah
taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran
peradabannya. Rumah sebagai pondasi sebuah bangunan peradaban dengan orang yang
berperan sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak nya. Maka
tugas utama orang tua adalah mendidik
anak-anak sesuai kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Kini, tugas saya
dan suami sebagai orang tua adalah memahami kehendakNya atas anak-anak kita . Is
it easy? Absolutely, not.
Selama 2,5 tahun
kami dititipi seorang putri yang cantik dan sangat energetic. Pada 18 bulan
pertama pertumbuhan Kia, kami sebagai orang tua melihat Kia adalah anak dengan tipe
belajar kinestetetik dominan motorik kasar yang aktif, kritis dan suka belajar
dengan praktik. Kegiatan yang megolah tubuh seperti memanjat dan melompat
menjadi aktifitas yang Kia suka sekalipun ia seorang anak perempuan. Sampai
saat ini kegiatan outdoor activities menjadi aktifitas yang paling disukai. Beranjak dewasa,
kami menyadari kemampuan verbal dan daya ingat Kia sangatlah kuat. Mampu berjalan
di usia 10 bulan dan berbicara di usia 11 bulan membuat Kia telah hafal seluruh
flash card (animals, fruits and vegetables, bahkan jenis kendaraan dan
perkakas) di usia sebelum 18 bulan dan pandai bernyanyi di usia yang belum
genap 2 tahun. Kini di umur 2,5 tahun Kia telah tumbuh menjadi anak yang pandai
sekali mendebat orang tua nya (alias jago ngeles). Kami sebagai orang tua
berharap kelak Kia mampu menggunakan setiap kemampuan yang telah Alloh
karuniakan kepadanya untuk sebanyak-banyaknya manfaat bagi ligkungan. Bahkan saya
dan suami berfikir sepertinya Kia akan cocok kuliah di jurusan hukum international kemudian
bekerja sebagai diplomat bahkan kami berdoa agar kelak ia mapu menjadi seorang
menteri luar negeri yang hafal al-qur’an, aamiin Ya Alloh. Tapi tapi tentunya kembali ke pada anaknya yang
menentukan,.
c. Lihatlah diri anda, silahkan
cari keukuatan potensi diri anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami,
silahkan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirakan di tengah-tengah
keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yang anda miliki.
Saya dan Suami adalah contoh pasangan yang
saling melengkapi dengan kekuatan kami masing-masing. Dengan karakter yang
dominan otak kiri saya menjadi seseorang yang sangat kuat dalam perencanaan dan
analisa, detail dan perfectionist menjadi karakter yang menempel pada diri
saya. Karakter ini pula yang secara tidak langsung mempengaruhi style mengajar
saya sebagai dosen teknik. Bertolak belakang, suami adalah orang dengan
karakter dominan otak kanan yang imaginative dan komunikatif yang
mengantarkannya menjadi seorang engineer yang mudah menggerakan bawahannya dan
cekat dalam menyelesaikan masalah dalam keadaan tertekan sekalipun. Berkompeten
dalam bidang ilmu yang sama yaitu teknik kimia menjadikan kami pasangan yang
biasa untuk bertukar fikiran dan saling membantu dalam pekerjaan. Selain itu, kami
memiliki passion yang sama yaitu memajukan keluarga dengan berwirausaha. Dengan
kemampuan perencaan dan analisa yang baik didukung suami yang willing to do
(senang bekerja di lapangan), sejak 3 tahun yang lalu kami mulai belajar untuk
berjualan online, tanpa modal kami membuka sebuah toko sepatu online yang
mengantarkan kami pada komunitas pembisnis muda serta menjadi jalan bagi kami
memperoleh ilmu jual-beli dan entrepreneurship. Menyadari jika berdagang adalah
profesi umat islam yang telah nabi contohkan dengan ilmu dan semangat yang kami
punya, kami mulai menebarkan semangat berwirausaha kepada saudara dan kerabat
dekat.
d. Lihat lingkungan dimana anda
tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? Adakah anda
menangkap maksud Alloh, mengapa keluarga anda di hadirkan di sini?
Tumbuh di era milenia dan teknologi,
menjadikan kami memiliki pola berpikir dan cara pandang yang berbeda dari orang
tua kami termasuk cara pandang mengenai berwirausaha. Kami menyadari beberapa pemikiran
kolot sanak saudara yang memandang berwirausaha/berdagang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki modal (uang/barang) dan tempat
usaha. Bertolak belakang dengan kami yang kekinian dan menganut paham bahwa berwirausaha
dapat dilakukan tanpa modal dan tempat usaha (we proved it), we want to change
their mindset and help them how to do it although we are not an ideal role
model for them but we can show to them how others who are successful running the business without
capital (modal).
Dikelilingi kerabat
dan lingkungan yang menganggap jika bersekolah tinggi hanya diperuntukan untuk
mereka yang memiliki uang, saya dan suami coba membuka mindset orang-orang di
sekitar bahwa dengan kemauan dan kerja keras, mencicipi bangku sekolah tinggi
bahkan di luar negeri dapat dirasakan secara gratis. Bukan hanya teori atau
kata-kata, tapi saya sendiri lah contoh nyata yang merasakan pendidikan strata
satu dan strata dua dengan beasiswa. Concern di bidang pendidikan tinggi, saya
mencoba menebarkan semangat untuk bersekolah, membagikan sebanyak-banyaknya
pengalaman yang saya miliki, membantu sebanyak mungkin mereka yang memiliki
kemauan untuk merasakan sensasi bersekolah di luar negeri dengan beasiswa.
Bagi kami impian
itu sangat penting karena impianlah yang mengantarkan sejauh mana kami akan
melangkah. Melihat keadaan sekitar, kami merasa perlu menyebarkan virus positif
untuk keluarga agar memiliki kemauan yang keras dalam mencapai impian. So, in
the end of this session we realize that Allah send us to live here is to share positive energy for others, menjadi pioner
(contoh) dan penggerak perubahan bagi lingkungan kami.
Alyamani family (Kia-Bunda Anggi-Papap Hasni) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar