Sabtu, 11 Februari 2017

#NHW3_Membangun Peradaban dari dalam Rumah

Assalamualaikum bu-ibu matrikulasi IIP Batch 3,.
Sampai ke materi minggu ke 3 rasanya pontang panting untuk dapat menyelesaikan NHW_3 program matrikulasi IIP ini. Dimulai dari tugas membuat surat cinta untuk suami tersayang sampai susah payah mengilhami kehendakNya atas kehadiran keluarga kita di muka bumi.
With limited time that I have, let me write and answer the questions from NHW_3.

a.     Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki “alasan kuat” bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Pertama baca tugas ini tanggapannya langsung, What? Surat cinta?
Meskipun bagi saya ini bukan hal yang asing karena sedari dulu saya biasa menulis surat ke pada suami (meskipun by email) ketimbang ngomong langsung untuk mengungkapkan hal-hal yang penting karena bagi saya kata-kata yang sulit diungkapkan dapat dengan mudah dituliskan. Bedanya kali ini saya membutuhkan waktu 3 jam untuk menulis selembar surat cinta yang saat muda dulu hanya membutuhkan 15 menit saja (harap maklum ye, sudah buntut satu, otak tidak secemerlang masa muda).  So, check this link for the letter,.
Dan apakah responnya?


He wrote this: “I love the way when you said lets make new page for our family with full of love”. Making you happy is lovely one and when you feel happy is the greatest one.

Berhubung kita LDR an antar kota yang ketemu setiap jum’at malam dan kembali berpisah minggu malam atau bahkan 2 minggu sekali. Minggu ini suami yang tadinya berencana untuk tidak pulang ke Bandung karena ada urusan pekerjaan tiba-tiba memberi kabar akan pulang ke bandung semalam setelah mendapat surat tersebut. He said “actually, I want to give a surprise, tapi gak bisa bohong jadi ya bilang aja” (hadeuuuhh, dasarnya memang ga romantis).

b.      Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi diri mereka masing-masing.

Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya. Rumah sebagai pondasi sebuah bangunan peradaban dengan orang yang berperan sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak nya. Maka tugas utama orang tua adalah mendidik anak-anak sesuai kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Kini, tugas saya dan suami sebagai orang tua adalah memahami kehendakNya atas anak-anak kita . Is it easy? Absolutely, not.
Selama 2,5 tahun kami dititipi seorang putri yang cantik dan sangat energetic. Pada 18 bulan pertama pertumbuhan Kia, kami sebagai orang tua melihat Kia adalah anak dengan tipe belajar kinestetetik dominan motorik kasar yang aktif, kritis dan suka belajar dengan praktik. Kegiatan yang megolah tubuh seperti memanjat dan melompat menjadi aktifitas yang Kia suka sekalipun ia seorang anak perempuan. Sampai saat ini kegiatan outdoor activities menjadi aktifitas yang paling disukai. Beranjak dewasa, kami menyadari kemampuan verbal dan daya ingat Kia sangatlah kuat. Mampu berjalan di usia 10 bulan dan berbicara di usia 11 bulan membuat Kia telah hafal seluruh flash card (animals, fruits and vegetables, bahkan jenis kendaraan dan perkakas) di usia sebelum 18 bulan dan pandai bernyanyi di usia yang belum genap 2 tahun. Kini di umur 2,5 tahun Kia telah tumbuh menjadi anak yang pandai sekali mendebat orang tua nya (alias jago ngeles). Kami sebagai orang tua berharap kelak Kia mampu menggunakan setiap kemampuan yang telah Alloh karuniakan kepadanya untuk sebanyak-banyaknya manfaat bagi ligkungan. Bahkan saya dan suami berfikir sepertinya Kia akan cocok kuliah di jurusan hukum international kemudian bekerja sebagai diplomat bahkan kami berdoa agar kelak ia mapu menjadi seorang menteri luar negeri yang hafal al-qur’an, aamiin Ya Alloh. Tapi tapi tentunya kembali ke pada anaknya yang menentukan,.

c.    Lihatlah diri anda, silahkan cari keukuatan potensi diri anda. Kemudian tengok kembali anak dan suami, silahkan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirakan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yang anda miliki.

Saya dan Suami adalah contoh pasangan yang saling melengkapi dengan kekuatan kami masing-masing. Dengan karakter yang dominan otak kiri saya menjadi seseorang yang sangat kuat dalam perencanaan dan analisa, detail dan perfectionist menjadi karakter yang menempel pada diri saya. Karakter ini pula yang secara tidak langsung mempengaruhi style mengajar saya sebagai dosen teknik. Bertolak belakang, suami adalah orang dengan karakter dominan otak kanan yang imaginative dan komunikatif yang mengantarkannya menjadi seorang engineer yang mudah menggerakan bawahannya dan cekat dalam menyelesaikan masalah dalam keadaan tertekan sekalipun. Berkompeten dalam bidang ilmu yang sama yaitu teknik kimia menjadikan kami pasangan yang biasa untuk bertukar fikiran dan saling membantu dalam pekerjaan. Selain itu, kami memiliki passion yang sama yaitu memajukan keluarga dengan berwirausaha. Dengan kemampuan perencaan dan analisa yang baik didukung suami yang willing to do (senang bekerja di lapangan), sejak 3 tahun yang lalu kami mulai belajar untuk berjualan online, tanpa modal kami membuka sebuah toko sepatu online yang mengantarkan kami pada komunitas pembisnis muda serta menjadi jalan bagi kami memperoleh ilmu jual-beli dan entrepreneurship. Menyadari jika berdagang adalah profesi umat islam yang telah nabi contohkan dengan ilmu dan semangat yang kami punya, kami mulai menebarkan semangat berwirausaha kepada saudara dan kerabat dekat. 

d.    Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? Adakah anda menangkap maksud Alloh, mengapa keluarga anda di hadirkan di sini?

Tumbuh di era milenia dan teknologi, menjadikan kami memiliki pola berpikir dan cara pandang yang berbeda dari orang tua kami termasuk cara pandang mengenai berwirausaha. Kami menyadari beberapa pemikiran kolot sanak saudara yang memandang  berwirausaha/berdagang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki modal (uang/barang) dan tempat usaha. Bertolak belakang dengan kami yang kekinian dan menganut paham bahwa berwirausaha dapat dilakukan tanpa modal dan tempat usaha (we proved it), we want to change their mindset and help them how to do it although we are not an ideal role model for them but we can show to them how others who are successful running the business without capital (modal).
Dikelilingi kerabat dan lingkungan yang menganggap jika bersekolah tinggi hanya diperuntukan untuk mereka yang memiliki uang, saya dan suami coba membuka mindset orang-orang di sekitar bahwa dengan kemauan dan kerja keras, mencicipi bangku sekolah tinggi bahkan di luar negeri dapat dirasakan secara gratis. Bukan hanya teori atau kata-kata, tapi saya sendiri lah contoh nyata yang merasakan pendidikan strata satu dan strata dua dengan beasiswa. Concern di bidang pendidikan tinggi, saya mencoba menebarkan semangat untuk bersekolah, membagikan sebanyak-banyaknya pengalaman yang saya miliki, membantu sebanyak mungkin mereka yang memiliki kemauan untuk merasakan sensasi bersekolah di luar negeri dengan beasiswa.
Bagi kami impian itu sangat penting karena impianlah yang mengantarkan sejauh mana kami akan melangkah. Melihat keadaan sekitar, kami merasa perlu menyebarkan virus positif untuk keluarga agar memiliki kemauan yang keras dalam mencapai impian. So, in the end of this session we realize that Allah send us to live here is to share positive energy for others, menjadi pioner (contoh) dan penggerak perubahan bagi lingkungan kami.

Alyamani family (Kia-Bunda Anggi-Papap Hasni)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar