Sabtu, 25 Februari 2017

#NHW5_Belajar Bagaimana Caranya Belajar

Assalamualaikum, buibu dan calon ibu profesional,.

Sampai di materi ke-5 dari 9 materi program matrikulasi IIP. It means saya sudah melewati mid semester, semoga bertahan sampai akhir yaa. Materi ke 5 ini adalah “Belajar Bagaimana Caranya Belajar”. Selama ini kebanyakan orang masih terpaku bahwa belajar itu duduk di kelas memperhatikan guru, duduk di meja belajar dan membaca buku. Sejatinya dengan berkembangnya teknologi, cara belajar sudah semakin beragam dan semakin banyak orang yang menyadari bagaimana caranya belajarnya. Nah, bagaimana dengan saya?

Sebelum saya menjawab pertanyaan NHW5, let me review a whole materi tentang Belajar Bagaimana Caranya Belajar dari program matrikulasi IIP.
Here, 10 point penting yang saya rangkum.

1.    Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan. Karena mempelajari sesuatu yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit. So, lakukanlah belajar dengan senang hati.

2.    Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.

3.    Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal yaitu belajar hal berbeda, cara belajar yang berbeda dan semangat belajar yang berbeda. Belajar hal berbeda yaitu belajar apa saja yang bisa: menguatkan iman, menumbuhkan karakter yang baik, menemukan passionnya (panggilan hatinya). Cara belajar berbeda yaitu  jika dulu  kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya, jika dulu kita menelan bulat-bulat apa yang disampaikan guru maka ajarilah anak kita untuk berfikir skeptik. Tanamkan semangat belajar yang berbeda yaitu tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.

4.    Terapkan  strategi belajar meninggikan gunung bukan meratakan lembah. Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin. Sebaliknya jangan meratakan lembah yaitu dengan menutupi kekurangannya,

5.    Cara membuat anak suka belajar: mengetahui apa yang anak-anak mau / minati, mengetahui tujuannya, cita-citanya, mengetahui passionnya.

6.    Good is not enough anymore we have to be different. Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).

7.    Peran kita sebagai orang tua: sebagai pemandu : usia 0-8 tahun, sebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun, sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.

8.    Cara mengetahui passion anak adalah : observation ( pengamatan),engage (terlibat), watch and listen (lihat dan dengarkan suara anak).

9.    Cara mengolah kemampuan berfikir anak dengan : melatih anak untuk belajar bertanya, belajar menuliskan hasil pengamatannya, belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya, presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapat, kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Sumber: Tim materi Matrikulasi IIP Batch 3.

Gimana buibu? Ternyata oh ternyata begitu,.

Honestly, saya sendiri bukan tipe orang yang suka belajar. Selama ini saya terpaksa belajar untuk sesuatu yang menjadi kebutuhan bukan kesenangan. Karena butuh nilai buat lulus, karena butuh nilai bagus buat beasiswa, saya jadi belajar. Tidak lebih dari 30% apa yang saya pelajari karena saya benar-benar senang terhadap pelajaran tersebut. Bahkan untuk yang benar-benar saya sukai, saya tidak mempelajarinya secara serius dan profesional. Nah loh? Pie iki? Di sisi lain saya mampu menilai kemampuan diri sendiri. Saya mampu menyadari apa yang menjadi kemampuan saya, apa yang saya bisa/ahli di dalamnya dan apa yang tidak saya kuasai. Karena hal ini lah saya mampu membagi waktu belajar sesuai porsi kebutuhannya. Saya akan menjadi mahasiswi tipe belajar SKS (sistem kebut semalam) ketika saya menilai saya telah menguasai pelajaran tersebut karena duduk dan mendengarkan guru di kelas sudah cukup untuk nilai lulus. Beda halnya dengan pelajaran yang tidak saya kuasai saya akan meluangkan waktu untuk menyusun jadwal belajar, belajar bersama teman, bertanya langsung pada dosen, menonton video, dll, sampai saya benar-benar paham. Terlihat sekali saya tipe yang berusaha meratakan lembah yaitu dengan menutupi kekurangan untuk ingin menguasai semua pelajaran tapi akhirnya tidak ada yang paling saya kuasai. Sampai saat saya mengenyam pendidikan master yang membuka pandangan bahwa untuk menjadi “sesuatu” di  satu bidang hanya perlu permukaan (cakupan) yang sempit namun perlu menggali hingga memiliki kedalaman (pemahaman yang kuat).

Menurut Profesor Howard Gardner (pakar psikologi dari Universitas Harvard) ada delapan tipe kecerdasan manusia, yaitu: Kecerdasan Linguistik,  Kecerdasan logika dan matematika, Kecerdasan musical, Kecerdasan spasial dan visual, Kecerdasan kinestetik, Kecerdasan interpersonal, Kecerdasan intrapersonal (introspektif), Kecerdasan Naturalis

Penelitian membuktikan bahwa orang yang kuat pada salah satu jenis kecerdasan tidak serta-merta kuat pada jenis kecerdasan yang lain. Walaupun tidak tertutup kemungkinan manusia memiliki lebih dari dua kecerdasan tersebut. (Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos: 2000; 121).

Jika anak saya Kia adalah anak dengan dominan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan logika, maka saya adalah seseorang dengan dominan kecerdasan logika dan kecerdasan intrapersonal. Karena itulah saya biasa menghitung segala sesuatu dengan logika yang kadang kala membuat saya lupa jika diluar dari logika manusia ada Dia yang berkehendak. Selain saya adalah tipe penyepi dan penyendiri. Karena dengan suasana yang sunyi mudah bagi saya untuk fokus dan berfikir, tidak heran saat kuliah dulu saya lebih memilih utuk belanjar sendiri terlebih dahulu dan bertanya pada teman untuk sesuatu yang tidak saya pahami saja.

In the end of this session, I wish i will be a better person, better mom, better wife after joining IIP and learn a lot about parenting dan pendidikan anak.

me on Seoul Int Conference, 2016.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar