Assalamualaikum bu-ibu dan calon
ibu profesional,
Gimana shaum hari ke-7 nya? Semoga
masih lancar yaa J
Sedikit cerita, hari ini saya
pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung, sebut saja Pasar Baru
:p jadi ceritanya saya pergi untuk beli bahan kue di toko langganan mamah saya.
(eh udah pada tahu kan ya kalo saya jualan cookies/kue kering lebaran). Ini adalah
kali ke-2 saya berbelanja bahan kue untuk produksi cookies lebaran nanti setelah
dua minggu lalu belanja dan bahannya habis karena pesanan yang banyak
(Alhamdulillah). Kali ini saya belanja ditemani pak suami, Kia dan mamah.
Singkat cerita, posisi toko bahan kue ada di jalan pasar baru barat (alias belakang
pasar baru) yang gak ada lahan parkirnya, hanya bisa dilewati kendaraan saja
tapi tidak bisa berhenti. Jadi, mau tidak mau suami yang gak tahu posisi toko
bahan kue nya parkir di dalam gedung pasar baru setelah saya yang menggendong
Kia dan mamah turun di jalan samping dan berjalan kaki menuju toko bahan kue.
Sejam berlalu, pak suami telah selesai melaksanakan solat Jum’at dan saya
beserta Kia dan mamah pun sudah selesai memesan bahan belanjaan. Sambil
menunggu bahan belanjaan kami disiapkan, saya dan mamah memutuskan untuk
membeli makan siang untuk Kia di food court lalu mampir ke masjid untuk solat
sambil janjian dengan pak suami. Kia sudah makan, saya dan mamah sudah solat,
kami pun memutuskan untuk kembali ke bawah mengambil barang belanjaan. Dan di sini
lah masalah terjadi,
ketika pak suami yang tidak tahu posisi toko harus membawa
mobil keluar dari pasar baru, mengambil jalan memutar yang lumayan jauh (karena
satu arah) untuk menjemput kami yang menenteng nyaris 10 lusin toples, puluhan
kilo margarine dan bahan lainnya di jalan depan toko bahan kue. Saya tidak mau
pak suami salah jalan artinya saya harus memberikan perintah/informasi yang
jelas/clear. Dan di sini lah saya mencoba mempraktekan kembali kaidah 2C dalam
berkomunikasi produtif.
Ambil nafas panjang,.
Me: “Say, sekarang aku sama mamah
ke toko bahan kue lagi buat ambil belanjaan. Papap bawa mobil, keluar Pasar
Baru terus muter ke arah stasiun, nanti setelah stasiun ada jalan kecil bla bla
bla ......”
Suami tak bergeming,
Me: “Sayang tau gak jalannya?
Suami: “tau” dengan santainya
menjawab.
Lah saya malah makin gak yakin
dan saya ulangi lagi petunjuknya pelan-pelan.
Me: “awas ya, jangan salah belok.
Nanti salah dan harus muter lagi”
Dan saya pun kembali mengulang
memberikan petunjuk.
Me: “tau kan ya? Jelas kan ya?”
Suami: “okey”
Me: “kalau nanti bingung, telfon
aja” sambil berjalan ke arah elevator meninggalkan suami.
Dan akhirnya, suami pun berhasil
menjemput saya di jalabn depan toko bahan kue.
Sambil menunggu pak suami
diperjalanan menjemput saya belajar satu hal, jika kaidah 2C dapat dilakukan oleh
hanya satu sisi saja. Dari percakapan di atas, hanya saya lah yang melakukan
clear and clarify. Padahal kemarin, kaidah 2C dilakukan saling, saya dan suami
saling memberikan informasi yang jelas dan mengklarifikasi. Jadi menurut saya
tidak apa jika hanya salah satu yang mengaplikasikan komunikasi produktif
mesipun jika kedua belah pihak bisa saling akan s lebih baik (mungkin suami
butuh banyak latihan dan saya harus lebih sering mengingatkan). Yang tidak baik
adalah jika tidak kedua-duannya tidak mengaplikasikan. Bisa dibayangkan apa
jadinya?
Di saat yang bersamaan, saya pun
mengaplikasikan point intonasi yang ramah saat mencoba membujuk Kia yang tidak
mau lepas dari gendongan saya karena merasa tidak nyaman dengan keramaian di
Pasar Baru. Bayangkan saja, Kia (2 tahun 10 bulan, 14.5 kg) sudah saya gendong
selama 30 menit lebih, dan kalau harus beberapa jam ke depan saya gendong terus pasti pegel lah
pundak dan tangan ini (gak sanggup deh,.).
Me: “Kia, jalan kaki ya?”
Kia: “gendong aja” semakin erat
memeluk saya.
Me: “Kia takut?”
Kia: “Kan banyak orang bunda”
mengadu dengan muka memelas.
Me: “Oh, Kia takut? Gak apa-apa
pegang tangan bunda, gak akan apa-apa. Kia juga kan sudah besar. Jalan yaaa”
Kia masih gak mau turun dari
gendogan.
Kia: “Bunda aku mau baju hello
kitty” (gara-gara liat baju hello kitty dipajang)
Me: “Boleh, nanti kita cari yang
bagus dulu, nah kalo mau cari harus jalan kaki. Kia jalan ya” saya mulai
berjongkok dan perlahan melepaskan Kia dari gendongan lalu memakaikannya
sandal.
Alhamdulillah,
tanpa merengek dan menangis Kia mau berjalan kaki sendiri dengan damai melewati
7 lantai Pasar Baru dan lupa masalah baju hello kitty nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar