Assalamualaikum bu-ibu dan calon
ibu profesional,.
Sebelum posting afwan nih 4 hari
gak setoran, bukan karena gak nulis tapi gak sempet posting.💏✌
08 Juni 2017. Hari ini sudah
masuk tantangan ke 8, saya menghabiskan banyak waktu di ranag publik karena ada
deadline pekerjaan yang harus saya selesaikan dan juga beruntun meeting ke
meeting yang harus saya hadiri sampai harus berbuka puasa di luar. Merasakan “rasa
bersalah” ketika lebih banyak waktu di ranah publik masih/mungkin tidak akan
pernah hilang dari dalam diri saya meskipun dengan penuh kesadaran saya tahu
bahwa melakukan pekerjaan sebagai dosen adalah taggung jawab yang harus saya
emban dengan segala resikonya yang sudah saya ambil dan jalani beberapa tahun
ini.
Lantai bagaimana dengan pekerjaan
domestik saya?
Untuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan anak saya berusaha untuk selalu menciptkan quality time
karena quantity yang tidak selalu saya miliki. Begitupula dengan hubungan
antara saya dan suami. Sejak menikah sampai dengan sekarang, jarak menjadi
warna dalam hubugan sehinggan waktu bersama harus menjadi berkualitas. Beruntungnya kami, membina
hubungan jarak jauh ketika teknologi mampu mendekatkan yang jauh. Tatap muka
via video call menjadi rutinitan harian layaknya minum obat. Bukan tanpa maksud
tapi itu lah cara kami agar rindu tak membucah, agar rasa terjaga, agar percaya
teruji. Namun, seringkali komunikasi via telfon yang sering kali tidak jelas
(clear) dan kami yang tidak melakukan proses clarify menjadikan kerikil kecil
dalam hari-hari.
Seperti apa yang terjadi hari ini
ketika saya tidak cukup jelas memberkan informasi mengenai apa yang saya
lakukan seharian ini. Saya tidak memberitahukan bahwa saya sedang repot dalam
rangka mempersiapkan proposal pengabdian masyarakat yang membuat saya harus
pergi ke pemerintah Kota Cimahi, saya tidak menjelaskan jika saya memiliki
jadwal meeting sore. Jadi ketika suami bertanya vis sms “sudah di rumah belum?”
padahal saya masih sibuk meeting, saya merasa jika suami tidak teliti terhadap
apa yang telah saya sampaikan sejak pagi, padahal saya hanya mengatakan “sepertinya
hari ini akan pulang sore”. Saya tidak menejelaskan rincinya apa-apa yang akan
saya lakukan hari ini, suami pun tidak bertanya hal lainnya. Akhirnya saya
memutuskan untuk tidak berpanjag berkomunikasi di situasi seperti itu hingga
waktu malam di rumah ketika semua pekerjaan hari ini telah saya selesaikan
barulah saya mengajak suami untuk sharing apa-apa yang telah saya lakukan
seharian ini. Hasilnya? Diables dengan pertanyaan “sayang mau dibeliin netbook
yang mana?” aaahhh kesemsem deh kan,. :p
Lain cerita dengan #10haritantangan
bersama dengan Kia, saya mulai terbiasa berkomunikasi dengan suara yang pelan dan
intonasi yang ramah walau sesekali tidak sengaja berteriak yang disusul dengan
perasaan menyesal dan langusng meminta maaf pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar