Assalamualaikum bu ibu dan calon
ibu profesional,.
Cuuuung yang sama-sama ikutan
kelas bunda sayang Institut Ibu Profesional Batch 2 dan belum terbiasa dengan
tantangan 10 hari yang bikin kaya ditagihin utang tiap hari?
Dulu zaman ikut kelas matriks,
Cuma dikasih PeEr (NHW) mingguan, jadi bisa dikerjain pas weekend. (amaaan
terkendali) Nah, skr di kelas bunda sayang harus “nulis” day by day, means
setiap hari harus menyisihkan waktu setidaknya sejam buat nulis. Untuk saya ibu
rumah tangga yang bekerja, rasanya perjuangan banget menyisihkan waktu sejam
untuk “menulis” yang artinya harus mengurangi porsi waktu kegiatan lainnya (eh
jadi curhaat., *maap kan). Tau sih belum bisa karena tidak terbiasa, jadi
mareee kita biasakan *fighting.
Hari ini Sabtu, tanggal 3 Juni,
qodratullah ada undangan meeting dadakan dengan kerjaan darurat yang mau gak
mau harus saya selesaikan hari itu juga. Jadilah dari pagi sampai magrib saya
meeting di salah satu hotel di daerah Pasteur. Sebelum pergi meeting pukul 9,
saya mampir ke pasar tradisional untuk beli daging dan kentang karena besok
minggu harus bikin pesenan PO gepuk suir dan Keriting Bundski. Yaaa, bisa
dibayangkan saya dengan pakaian rapih (nyaris formal) berdandan , turun dari
mobil lalu masuk pasar. Bukan masalah bagi saya sebenernya untuk masuk pasar
karena saya dari kecil suka sekali berbelanja ke pasar. Yang jadi masalah
adalah tatapan orang-orang ke pada saya karena terlihat seperti orang saltum
(salah kostum). Akhirnya saya pakai jaket untuk menutupi pakaian saya. Singkat
cerita, selesai belanja dengan ditemani suami yang bertugas sebagai kuli
panggul.
Sampai di parkiran, masuk mobil.
Triiinggggg,. Suara sms masuk.
Mamah: “Tolong beliin cengek
(cabe rawit) dan ayam filet ½ kg,
Me: “mamah titip beli cengek sama
filet ayam” seru saya ke pada suami yang nyaris mau keluar parkiran.
Tiba-tiba muncul
di benak saya,
Me: “Say, mau
nggak balik lagi, sayang aja yang turun tapinya. Beliin titipan mamah.”
(tadinya ngetes doang, eh doi nyanggupin). Nah otomatis parno takut salah belanja,
karena selama ini suami ke pasar cuma nemenin aja, langsung saya keluarkan
jurus 2C.
Me: “Tolong
beliin cengek ¼ kg dan ayam filet ½ kg. Ini uangnya”.
Suami: “Okey”
(matiin mobil, siap keluar)
Me: “Cengeknya
cngek merah ya”
Suami langusng
nyaut “bukan cengek ijo”, saya langsung jawab “bukan, beliin cengek domba yang
merah”.
Suami: “Oh,
okey”
5 menit
berikutnya, suami kembali bawa belanjaan.
(Alhamdulillah, gak salah).
Dari kejadian
di atas bisa dilihat bahwa lagi-lagi suami saya masih belum terbiasa dengan
kaidah 2C, selalu okay jawabnya meskipun informasi yang diberikan belum
lengkap. Pantas saja selama ini sering miskom yang berdampak saya lebih suka
melakukan apa-apa pekerjaan dapur sendiri ketimbang minta bantuan suami tapi
salah. Dan ternyata saya juga masih belum sempurna memberikan
informasi/perintah secara clear dalam satu kali waktu karena selama ini beranggapan,
apa yang saya fikirkan sama dengan yang suami fikirkan seperti contoh di atas,
ketika saya berkata cengek yang ada dalam fikiran saya adalah cabe rawit merah.
11 jam berlalu, adzan magrib berkumandang, saya telah menyelesaikan pekerjaan saya dan menunggu
dijemput suami dan Kia di hotel. Sesampainya suami di basement hotel, saya
lihat Kia sudah tertidur di bangku depan. Karena suami belum sempat makan
setelah buka puasa, kami pun memutuskan untuk makan di salah satu restorant
yang menyajikan wagyu steak terbaik (menurut saya).
Sesampainya di
tempat tujuan, Kia bangun dari tidurnya dengan muka masih mengantuk ia minta
digendong. Seharian ini saya belum sempat berkomunikasi dengan Kia karena
ketika pergi Kia masih tidur. Saya pun akhirnya memutuskan untuk meminta maaf
pada Kia karena harus bekerja di waktu libur yang sejatinya 24 hours I am her’s.
Saya ingin permintaan maaf saya sampai ke hati nya, oleh karena itu saya pun
harus meminta maaf dari hati. Bagaimana caranya? Saya coba mengaplikasikan nya
dengan suara yang lembut dan intonasi yang ramah.
Me: “ Kia,
maafin bunda ya nak. Hari ini bunda kerja sampai malem. Kia mau maafin nggak?”
Dengan wajah
membujuk, mata sayapun menatap langsung ke matanya.
Saya ulangi
lagi “Maafin bunda ya nak, kia mau maafin bunda?”
Kia: “Ia”
sambil mengangguk.
Me: “Bunda
kangen sama kia, mau big hug dong sambil goyang-goyang”.
Kia langsung
memeluk saya kemudian menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan disambut dengan
tawanya,.
Alhamdulillahm,
diamaafin sama anak ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar