Minggu, 04 Juni 2017

#Day3_Tantangan 10 Hari Kominikasi Produktif

Assalamualaikum bu ibu dan calon ibu profesional,.

Cuuuung yang sama-sama ikutan kelas bunda sayang Institut Ibu Profesional Batch 2 dan belum terbiasa dengan tantangan 10 hari yang bikin kaya ditagihin utang tiap hari?

Dulu zaman ikut kelas matriks, Cuma dikasih PeEr (NHW) mingguan, jadi bisa dikerjain pas weekend. (amaaan terkendali) Nah, skr di kelas bunda sayang harus “nulis” day by day, means setiap hari harus menyisihkan waktu setidaknya sejam buat nulis. Untuk saya ibu rumah tangga yang bekerja, rasanya perjuangan banget menyisihkan waktu sejam untuk “menulis” yang artinya harus mengurangi porsi waktu kegiatan lainnya (eh jadi curhaat., *maap kan). Tau sih belum bisa karena tidak terbiasa, jadi mareee kita biasakan *fighting.

Hari ini Sabtu, tanggal 3 Juni, qodratullah ada undangan meeting dadakan dengan kerjaan darurat yang mau gak mau harus saya selesaikan hari itu juga. Jadilah dari pagi sampai magrib saya meeting di salah satu hotel di daerah Pasteur. Sebelum pergi meeting pukul 9, saya mampir ke pasar tradisional untuk beli daging dan kentang karena besok minggu harus bikin pesenan PO gepuk suir dan Keriting Bundski. Yaaa, bisa dibayangkan saya dengan pakaian rapih (nyaris formal) berdandan , turun dari mobil lalu masuk pasar. Bukan masalah bagi saya sebenernya untuk masuk pasar karena saya dari kecil suka sekali berbelanja ke pasar. Yang jadi masalah adalah tatapan orang-orang ke pada saya karena terlihat seperti orang saltum (salah kostum). Akhirnya saya pakai jaket untuk menutupi pakaian saya. Singkat cerita, selesai belanja dengan ditemani suami yang bertugas sebagai kuli panggul.

Sampai di parkiran, masuk mobil. Triiinggggg,. Suara sms masuk.

Mamah: “Tolong beliin cengek (cabe rawit) dan ayam filet ½ kg,
Me: “mamah titip beli cengek sama filet ayam” seru saya ke pada suami yang nyaris mau keluar parkiran.

Tiba-tiba muncul di benak saya,

Me: “Say, mau nggak balik lagi, sayang aja yang turun tapinya. Beliin titipan mamah.” (tadinya ngetes doang, eh doi nyanggupin). Nah otomatis parno takut salah belanja, karena selama ini suami ke pasar cuma nemenin aja, langsung saya keluarkan jurus 2C.
Me: “Tolong beliin cengek ¼ kg dan ayam filet ½ kg. Ini uangnya”.
Suami: “Okey” (matiin mobil, siap keluar)
Me: “Cengeknya cngek merah ya”
Suami langusng nyaut “bukan cengek ijo”, saya langsung jawab “bukan, beliin cengek domba yang merah”.
Suami: “Oh, okey”

5 menit berikutnya, suami kembali bawa belanjaan.  (Alhamdulillah, gak salah).

Dari kejadian di atas bisa dilihat bahwa lagi-lagi suami saya masih belum terbiasa dengan kaidah 2C, selalu okay jawabnya meskipun informasi yang diberikan belum lengkap. Pantas saja selama ini sering miskom yang berdampak saya lebih suka melakukan apa-apa pekerjaan dapur sendiri ketimbang minta bantuan suami tapi salah. Dan ternyata saya juga masih belum sempurna memberikan informasi/perintah secara clear dalam satu kali waktu karena selama ini beranggapan, apa yang saya fikirkan sama dengan yang suami fikirkan seperti contoh di atas, ketika saya berkata cengek yang ada dalam fikiran saya adalah cabe rawit merah.

11 jam berlalu, adzan magrib berkumandang, saya telah menyelesaikan pekerjaan saya dan menunggu dijemput suami dan Kia di hotel. Sesampainya suami di basement hotel, saya lihat Kia sudah tertidur di bangku depan. Karena suami belum sempat makan setelah buka puasa, kami pun memutuskan untuk makan di salah satu restorant yang menyajikan wagyu steak terbaik (menurut saya).

Sesampainya di tempat tujuan, Kia bangun dari tidurnya dengan muka masih mengantuk ia minta digendong. Seharian ini saya belum sempat berkomunikasi dengan Kia karena ketika pergi Kia masih tidur. Saya pun akhirnya memutuskan untuk meminta maaf pada Kia karena harus bekerja di waktu libur yang sejatinya 24 hours I am her’s. Saya ingin permintaan maaf saya sampai ke hati nya, oleh karena itu saya pun harus meminta maaf dari hati. Bagaimana caranya? Saya coba mengaplikasikan nya dengan suara yang lembut dan intonasi yang ramah.

Me: “ Kia, maafin bunda ya nak. Hari ini bunda kerja sampai malem. Kia mau maafin nggak?”
Dengan wajah membujuk, mata sayapun menatap langsung ke matanya.
Saya ulangi lagi “Maafin bunda ya nak, kia mau maafin bunda?”
Kia: “Ia” sambil mengangguk.
Me: “Bunda kangen sama kia, mau big hug dong sambil goyang-goyang”.
Kia langsung memeluk saya kemudian menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan disambut dengan tawanya,.

Alhamdulillahm, diamaafin sama anak ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar