(Sebelumya
saya ijin menulis Yogya jadi Jogja yaaa).
Siapa
yang belum pernah ke JOGJA??? Mau liburan, tapi bingung nentuin tempat tujuan.
Jangan hawatir, banyak tempat yang bisa kalian kunjungi di negeri ini. Salah
satunya adalah YOGJAKARTA. Sampai dengan umur saya 20th, saya belum pernah menginjakkan
kaki saya di kota Jogja. Dulu waktu jaman SMP ada acara liburan sekolah ke
Jogja, tapi saya tidak diijinkan karena kata orang tua “mahaaaal, gak ada
uang”. Hanya satu kalimat itu yang orang tua saya keluarkan. Saya tau,
sekalipun saya merengek dan merayu saya tetap tidak akan dijinkan, toh gak ada
uang buat bayar paketnya, mau saya sampe nagis darah juga gak bakalan bikin ada
uang dadakan. Saya sedari kecil sudah diajarkan orang tua saya untuk hidup
sederhana alias perihatin (inget: saya dari keluarga yang serba pas, ke tiga
anaknya skr kuliah juga serba pas. Hehe) walaupun orangtua saya saat itu bisa
mengusahakan agar saya ikut tapi saya memilih untuk mengerti keadaan. Sehingga
sejak saya kecil, saya tidak pernah belajar menuntut pada orang tua.
Back
to topic.
Yogjakarta
disingkat Jogja adalah ibukota dari profinsi DIY. Banyak turis lokal maupun
mancanegara yang datang setiap tahun. Selain dikenal sebagai kota wisata, Jogja
dikenal sebagai kota pendidikan dan kota budaya Jawa. Tau kan, ada banyak universitas
dan perguruan tinggi terkenal di Jogja? Dan pastinya udah pada tau juga kalo Jogja
punya keraton yang sampe saat ini masih lestari dan memegang teguh budaya jawa.
Nah,
untuk pergi ke Jogja kalian dapat menggunakan berbagai macam alat transportasi
dari mobil pribadi, bus, travel, kereta, pesawat, bahkan bemo atau motor kalau
kalian mau bawa (hehehe). Saya ceritakan pengalaman saya saja yah, siapa tau
mengispirasi.
Untuk
pertama kalinya saya ke Jogja, saya memilih pergi dari Bandung menggunakan kereta
(berhubung saya belum pernah naik kereta untuk pergi jauh). Kalian dapat menggunakan
berbagi macam tujuan kereta yang melewati Jogja. Saat itu, saya memilih kereta
Argo Wilis Tujuan Solo yang berangkat jam8 pagi (ada dua keberangkatan pagi dan
sore) sehingga akan sampai di stasiun Tuju Jogja jam4 sore. Saya memilih kereta
bisnis, maklum namanya juga mahasiswa. Tapi buat kalian yang benar-benar ingin
merasakan liburan ala ransel kalian bisa memilih kereta ekonomi tentunya dengan
harga tiket yang jauh lebih murah. Sekedar info tambahan, harga tiket bisnis
normal sekitar 120rb, ekekutif 240rb-an, ekonomi lebih murah tentunya (ehehe
:p). Ada hal penting lainnya yang perlu kalian ingat, belilah tiket kereta
minimal beberapa hari sebelum jadwal keberangkatan (jangan kaya saya yang niat
beli tiket pas hari-H, untung ada yang ngasi kejutan beliin tiket sehari
sebelumnya dan itu adalah tiket bisnis terakhir, makanya saya dapet di gerbong
agak belakang deket dapur. Hehehe say: thank you for u :*)
Stasiun Bandung |
Tiket (hadiah dari dia) |
Pukul
4.10 waktu Jogja kereta yang saya tumpangi sampai di Stasiun Tugu Kota
Jogjakarta. Bersama dengan teman saya, saya langkahkan kaki ini menuruni
gerbong kereta. Alhamdulillah, sampai juga setelah kurang lebih 8jam
perjalanan. Berhubung saya tidak tahu menahu dengan kota ini, saya minta
bantuan seorang teman yang kebetulan kulian di Jogja. Sayangnya, teman saya ini
tertinggal kereta sehingga harus mengenakan bus sore untuk pergi ke Jogja.
Padahal kami telah sama-sama membeli tiket. Rasa hawatir pun menghinggapi saya
dan kawan saya yang satu lagi, tapi untungnya saya punya mantan yang sekarang
kerja di Jogja. Alhasil saya dijemput di stasiun (selamet selamet *dalam
hati*). Tempat pertama yang saya tuju adalah penginapan. Perjalanan yang
panjang dan suhu Jogja yang lumayan panas memaksa saya untuk segera mandi.
Stasiun Tugu |
Ada
banyak penginapan di Jogja, mulai dari hotel berbintang hingga losmen yang
harganya cuma 70rb semalem. Selesai mandi dan berganti pakaian saya pun lekas
meminta teman saya untuk mengantar saya jalan-jalan. Tempat yang saya ingin
kunjungi pertama adalah Malioboro. Saya pun diajak untuk menyusuru Malioboro di
malam hari, kemudian pergi ke alun-alun kidul. Malioboro adalah sebuah jalan
yang di sisi kanan dan kiri berjejer toko-tpko dan warung kaki lima. Mulai dari
yang berjualan baju sampai jualan makanan. Alun-alun kidul adalah sebuah taman
yang berada di kawasan keraton Jogja, di sana terdapat dua pohon beringin yang
mitosnya jika kita mampu berjalan melewati kedua pohon itu dengan mata tertutup
maka apa yang kita inginkan saat kita berjalan akan terkabul. Saya tidak
percaya dengan mitos itu, hanya sekedar iseng saya pun mencoba karena tidak semua orang mampu
melewatinya. Teman saya berkata pada saya, “orang yang dapat melewati pohon ini
hanyalah orang yang berhati bersih”. Dengan segera saya menyewa syal yang
banyak di sewakan untuk menutup mata para pengunjung yang penasaran.
Saat
itu kedua mata saya tertutup, lau badan saya diputar-putar sampai pusing.
Setelah itu saya dibiarkan berjalan sendiri. Untuk pertama kali saya tidak
menyelesaikan perjalanan karena diganggu teman. Kemudian saya mencoba untuk
kedua kalinya, saya benar-benar tidak didampingi dan berjalan dengan mata
tertutup. Entah kenapa saya hanya mencoba berjalan lurus saja. Sampai setelah
beberapa lama saya berjalan, seorang bapak memberi tahu saya “sudah sampai,
buka saja syalnya”. Saya pun membuka syal yang menutupi mata saya, dan saya
sudah berada di belakang tepat kedua pohon beringin itu berdidri kokoh. Teman
saya berkata,”kamu hebat, berarti apa yang kamu minta tadi akan terlaksana”.
Saya pun menjawab dengan senyuman dan kata Aamiin. Lalu teman saya berkata,
“tadi itu kamu tidak jalan lurus, tapi nyerong ke kiri sampai kahirnya kamu
jalan lurus lahi dan sampai”. (ahhahaha, sudahlah yaaaa).
Tidak
hanya itu saja, ketika malam hari alun-alun kidul dipenuhi dengan penyewaan
sepedah hias. Banyak sepeda yang dihiasi lampu dengan aneka motif, terlihat
nampak lebih indah di malam hari. Saya pun tak mau penasaran, kami menjajal
sepeda 3 rangkai dan berjalan-jalan memutari alun-alun. Hari semakin larut dan
badan semakin lelah. Kami memutuskan untuk pergi mencari makan dan nongkrong di
warung angkringan. Angkringan menyediakan beberapa makanan dan minuman. Minuman
yang terkenal adalah kopi jooss (kopi yang dimasukan bara/arang panas
kedalamnya sehingga timbul bunyi jooos) lucu yah? Selain itu kalian bisa
memesan susu, jahe, atau teh manis. Makan yang terkenal adalah nasi kucing
(nasi yang dibungkus daun tapi porsinya sangat sedikit, kaya nagai maan buat
kucing. ehehe) yang dimakan bersama aneka macam sate (sate telur,sate
kerang,sate ati ample,sate-satean).
Sepedahan di alun-alun kidul |
![]() |
Tugu Jogja |
Hari
kedua, saya berjanjian dengan teman saya yang ketinggalan kereta kemarin. Dia adalah
orang purwerejo, yang tinggal di Bontang-Kaltim dan sekarang kuliah di Jogja. Hari
masi pagi, jalanan belum ramai tapi semangat kami telah membara seperto
matahari (*agak lebay). Hari ini kami memutuskan untuk mengunjungi situs budaya
terkenal di Jogja yaitu Candi Prambanan. Berhubung mantan saya hari ini kerja,
jadi untuk sementara tidak bisa mengantar kami berkeliling Jogja. Kami memutuskan
untuk menggunakan transportasi umum yang tersedia (biar kerasa backpackeran
nya). Jogja memiliki fasilitas layaknya busway di Jakarta sehingga memudahkan
masyarakat Jogja untuk beraktifitas. Ada beberapa hal yang unik di Jogja dan
saya suka. Pertama, hanya ada sedikit trayek angkutan kota itupun jam
operasinya tidak 24jam, sehingga Jogja aman dari kemacetan karena kebanyakan
angkot. Kedua, Jogja memiliki Ring Rute
yaitu jalan yang memutari kota yang membuat jalanan Jogja lancar (kata teman,
kalo di Jogja ga akan nyasar karena pasti ketemu Ring Rute sebelum keluar kota).
Biaya
untuk naik busway atau trans mega bus atau apa ya lupa namanya kurang lebih 3rb,
sekarang sudah naik kali yah. Hanya butuh waktu 25 menit, dari UPN Jogja menuju
Prambanan (gak ada macet). Kami menuruni bus, dan berjalan kaki untuk sampai di
gerbang Taman Wisata Candi Prambanan. Berhubung masih pagi, kami putuskan untuk
mengisi perut dengan nasi soto yang terkenal di daerah Prambanan. Nasi soto ayam
harganya cuma 4rb atau 5rb pokoknya murah. Setelah sarapan kami bergegas
membeli tiket masuk yang harganya 35rb per orang. Dengan tiket ini kalian bisa
memasuki musium dan arena candi.
Setelah
kalian puas berfotoria untuk keluar arena wisata kalian akan melewati pasar
oleh-oleh. Ada beragam kerajinan yang dijual mulai dari harga seribu per barang
sampai yang ratusan ribu bahkan jutaan.
![]() |
Prambanan |
Hari
masih siang, kami memutuskan untuk mengunjungi Monumen Jogja Kembali. Tapi sangat
disayangkan karena hari ini monumen tutup dan saya hanya bisa melihat dari
luar. Perut mulai keroncongan, kami memutuskan untuk makan gudeg di jalan
Malioboro. Tak lama setelah kami makan siang, hujan turun membasahi seisi kota
Jogja (sepertinya Jogja pengertian, tau saya kepanasan). Karena ini hari
terakhir saya di Jogja, maka saya memutuskan untuk membeli beberapa oleh-oleh. Memasuki
pasar tradisional untuk mencari batik, tapi akhirnya beli di butik-butikan
(ehehehe). Tak lupa membeli kaos dagadu (yang nitip maunya dagadu asli) dan tak
ketinggalan beli bakpia 25 di pabriknya langsung.
![]() |
Monumen Yogja Kembali |
Tak
terasa hari sudah sore dengan baju yang basah kuyup karena kehujanan. Kami
memutuskan segera pulang ke kostan teman saya setelah semua oleh-oleh
dikantongi karena mantan saya janji akan menjemput saya setelah magrib untuk
membawa saya berkunjung ke rumahnya di Wonosobo. Sebenarnya saya masih mau di
Jogja, mengunjungi banyak tempat. Tapi berhubung teman saya meminta pulang
besok karena ada acara di kampus kami memutuskan untuk ikut ke Wonosobo,
menumpang tidur dan pulang ke Bandung menggunakan bis malam dari Wonosobo esok
harinya. Untuk sampai di Wonosobo dengan mobil kecepatan 80km/jam kalian hanya
membutuhkan waktu 1,5 sampai 2jam. Sesampainya di Wonosobo, saya memutuskan
untuk segera tidur.
Dinginnya
angin yang masuk ke kamar membangunkan saya dari tidur (Wonosobo, dingiiiiiiiin
berrrrrr). Hari ini saya meminta untuk diantar ke tempat wisata yang terkenal
di Wonosobo, tak lain dan tak bukan Dieng. Saat kalian mengunjungi Wonosobo
kalian akan melihat dua gunung yang besar yaitu Gunung Sundoro dan Sumbing. Tak
terasa waktu berjalan cepat dan saya harus pulang. Dengan bis malam saya pulang
menuju bandung, dengan kenangan, cerita, plus oleh-oleh. 3 hari yang begitu
singkat dan saya ingin kembali menjelajahi Jogja dan kota-kota lainnya.
![]() |
Gunung Sundoro |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar