Minggu, 25 November 2012

MOVE ON





Sungguh tak ada yang tak pantas untuk saya syukuri, begitu sempurna dan detail Ia menciptakan saya dengan anugrah yang bergitu besar salah satunya rupa yang menarik. Bukan karena PD atau sombong justru menyadari anugrah yang telah Allah berikan itu penting agar kita selalu mensyukurinya.
Tumbuh dan berkembang dari seorang anak kecil yang sering digodai oleh para mahasiswa semasa di sekolah dasar (maklum SD saya berada di dalam sebuah universitas), kini telah berwujud sesosok wanita. Lingkungan keluarga dimana saya tumbuh berkembang termasuk ke dalam lingkungan kota yang modern sehingga keluargapun menjadikan pacaran semasa remaja adalah hal lumrah. Hanya nasihat-nasihat umum orang tua saja yang disampaikan saat saya beranjak remaja.
Bagi saya untuk disukai oleh seorang lawan jenis bukanlah hal sulit, sekali lagi saya dianugrahi paras yang menarik oleh Sang Maha. Sejak jaman cinta monyet di SD sudah ada beberapa teman dan kakak kelas yang mengutarakan perasaanya pada saya, tapi semasa SD saya hanya menjalani suka-sukaan tidak sampai berpacaran (*ceritanya dulu masih takut dekat dengan laki-laki).
Meninggalkan masa sekolah dasar saya memasuki masa sekolah menengah di sekolah yang terkenal dan dapat dikatakan yang terbaik untuk di daerah saya tinggal. Di masa ini saya mengalami yang namanya ditaksir kakak kelas pemain basket, sampai ditaksir teman sekelas. Bahkan karena ditaksir kakak kelas yang ditaksir teman seangkatannya membuat saya dibenci kakak kelas dan pernah dilabrak loh (jaman saya SMP namanya digencet). Nah, jaman SMP lah pertama kalinya saya mengenal pacaran. Awalnya saya masih takut untuk berpacaran sehingga ada beberapa kawan dan kakak kelas yang saya tolak cintanya saat itu. Tapi meihat teman-teman yang berpacaran membuat saya sedikit berani untuk mengetahui apa itu pacaran.
Masih ingat dalam benak, saya memiliki kualifikasi/list untuk lelaki yang mau jadi pacar saya. Dia harus tampan, pintar, berkulit putih, baik, dll. Dan list inilah yang membuat saya untuk menolak atau menerima pernyataan cinta seorang lelaki pada saya. Melewati masa pacaran pertama dengan teman sekelas saat saya SMP kelas 2 yang hanya beberap bulan saja bertahan itupun selama pacaran tidak pernah jalan berdua, tidak pernah bergandengan, tidak pernah kencan. Yang kami lakukan hanyalah telpon-telponan membicarakan tugas dan kerja kelompok.
Setaun berikutnya saya kembali berpacaran dan kali ini dengan mahasiswa tingkat satu. Saya ingat saat pacar saya menjemput saya dengan mobil/motor banyak teman wanita saya membicarakan saya (agak bangga juga sih, dibilang punya pacar ganteng dan mahasiswa pula. Ahahaa). Sama halnya dengan yang pertama inipun tidak berjalan mulus dan kamipun putus.
Memasuki jaman sekolah atas sayapun tidak kapok untuk berpacaran lagi. Namun kali ini tidak ada list yang saya buat, karena saya sudah pandai memilih. Kali ini saya berpacaran dengan kakak kelas saya, saya fikir kali ini kami akan langeng ternyata 2 tahun lebih kami berpacaran akhirnya putus juga. Berselang beberapa bulan kemudian saya pun berpacaran kembali dengan teman seangkatan dan hanya 4 bulan saja hubungan ini berakhir pula.
Memasuki jaman perkuliahan saya pun tidak kapok untuk berpacaran tapi setahun lebih berhubungan saya pun putus kembali. Dalam setiap berhubungan saya selalu berharap inilah yang terakhir, saya ingin serius, tapi tetap saja berkahir dengan kata putus. Pacaran, putus, pacaran lagi adalah sistem yang pernah saya alami dulu. Masa-masa jomblo pun pernah saya alami dan selama masa jomblo itu saya alami pula didekati oleh beberapa pria dan laki-laki (Pria adalah sebutan saya untuk laki-laki yang telah dewasa).
Tapi kali ini saya tidak akan menceritakan lebih detail tentang masa-masa saya pacaran. Saya tahu dan saya sadari saya selalu ada pihak yang tersakiti dalam berpacaran maupun setelahnya, selalu ada pihak yang berharap dan mungkin ada pihak yang setia menanti dan terus berjuang untuk kembali atau mendapatkan hati saya. Untuk itu saya ingin katakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada siapapun yang merasa pernah tersakiti. Dan tulisan ini saya persembahkan untuk kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu (*wuzzzz mantan-mantan) serta kamu, kamu, kamu (ada juga yang belum jadi mantan karena cintanya ditolak duluan. *tepok jidat*). Ayolah “Move On”.
Sekali lagi saya katakan, “come on guys, move on, move on” kepada siapapun yang masih mengharapkan masa lalunya. Hidup bukan lah perihal kisah cinta saja dan masa lalu. Cukuplah untuk terpuruk di masa lalu karena sesungguhnya kalian akan merugi. Seperti kata bijak yang sering orang katakan “hidup itu untuk hari ini dan masa depan”. Jadikanlah masa lalu yang buruk pahit sebagai guru dan pelajaran terbaik dalam kehidupan sehingga tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Mengapa saya putuskan untuk menulis hal ini? Karena saya tidak ingin orang-orang yang pernah saya sayangi di masa lalu tetap bertahan dalam harapan kosong menanti bahwa masa lalu akan kembali di masa depan. Sungguh menyakitkan dan menyiksa saya ketika mengetahui itu.
Hei, kamu, kamu, kamu, dan kamu dengan apapun alasan yang kalian miliki saya menginginkan yang terbaik untuk kalian. Saya ingin melihat kesuksesan pada diri kalian semua. Saya tahu, perasaan adalah anugrah dan tak dapat dipungkiri. Tapi bukankah perihal jodoh Sang Maha sudah menentukan? Saya pun tak tahu jodoh saya. Kini saya hanya berusaha tidak mengalami sistem pacaran, putus, pacaran kembali. Saya hanya akan berikhtiar untuk memantaskan diri bagi jodoh saya kelak. Saya sedang berusaha memohon ampunan pada Sang Pencipta atas perbuatan di masa laulu saya. Saya sedang berjuang untuk mewujudakan keinginan saya menikah di akhir tahun depan bersama dia, dia yang tidak mengatakan ingin menjadi kekasih saya, dia yang tidak pernah meminta saya untuk berpacaran. Saya hanya sedang berusaha membangun kepercayaan dengan dia yang telah mengungkapkan akan meminang saya secepatnya tentu atas restu orang tua dan ridha ALLAH SWT. Saya hanya sedang berusaha untuk menjadi wanita shaleh seperti dia yang sedang berusaha untuk menjadi seorang imam yang bertanggung jawab. Bukan, bukan saya yang memilih dia daripada kalian. Tapi Allah lah yang telah mengirimkannya pada saya di waktu yang tak saya kira namun tepat menurut-Nya, tidak lah saya memilih yang terbaik karena saya yakin yang Ia pilihkan untuk saya tentu yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar