Sungguh
tak ada yang tak pantas untuk saya syukuri, begitu sempurna dan detail Ia
menciptakan saya dengan anugrah yang bergitu besar salah satunya rupa yang
menarik. Bukan karena PD atau sombong justru menyadari anugrah yang telah Allah
berikan itu penting agar kita selalu mensyukurinya.
Tumbuh
dan berkembang dari seorang anak kecil yang sering digodai oleh para mahasiswa
semasa di sekolah dasar (maklum SD saya berada di dalam sebuah universitas),
kini telah berwujud sesosok wanita. Lingkungan keluarga dimana saya tumbuh
berkembang termasuk ke dalam lingkungan kota yang modern sehingga keluargapun
menjadikan pacaran semasa remaja adalah hal lumrah. Hanya nasihat-nasihat umum
orang tua saja yang disampaikan saat saya beranjak remaja.
Bagi
saya untuk disukai oleh seorang lawan jenis bukanlah hal sulit, sekali lagi
saya dianugrahi paras yang menarik oleh Sang Maha. Sejak jaman cinta monyet di
SD sudah ada beberapa teman dan kakak kelas yang mengutarakan perasaanya pada
saya, tapi semasa SD saya hanya menjalani suka-sukaan tidak sampai berpacaran
(*ceritanya dulu masih takut dekat dengan laki-laki).
Meninggalkan
masa sekolah dasar saya memasuki masa sekolah menengah di sekolah yang terkenal
dan dapat dikatakan yang terbaik untuk di daerah saya tinggal. Di masa ini saya
mengalami yang namanya ditaksir kakak kelas pemain basket, sampai ditaksir
teman sekelas. Bahkan karena ditaksir kakak kelas yang ditaksir teman
seangkatannya membuat saya dibenci kakak kelas dan pernah dilabrak loh (jaman
saya SMP namanya digencet). Nah, jaman SMP lah pertama kalinya saya mengenal
pacaran. Awalnya saya masih takut untuk berpacaran sehingga ada beberapa kawan
dan kakak kelas yang saya tolak cintanya saat itu. Tapi meihat teman-teman yang
berpacaran membuat saya sedikit berani untuk mengetahui apa itu pacaran.
Masih
ingat dalam benak, saya memiliki kualifikasi/list untuk lelaki yang mau jadi
pacar saya. Dia harus tampan, pintar, berkulit putih, baik, dll. Dan list
inilah yang membuat saya untuk menolak atau menerima pernyataan cinta seorang
lelaki pada saya. Melewati masa pacaran pertama dengan teman sekelas saat saya
SMP kelas 2 yang hanya beberap bulan saja bertahan itupun selama pacaran tidak
pernah jalan berdua, tidak pernah bergandengan, tidak pernah kencan. Yang kami
lakukan hanyalah telpon-telponan membicarakan tugas dan kerja kelompok.
Setaun
berikutnya saya kembali berpacaran dan kali ini dengan mahasiswa tingkat satu. Saya
ingat saat pacar saya menjemput saya dengan mobil/motor banyak teman wanita
saya membicarakan saya (agak bangga juga sih, dibilang punya pacar ganteng dan
mahasiswa pula. Ahahaa). Sama halnya dengan yang pertama inipun tidak berjalan
mulus dan kamipun putus.
Memasuki
jaman sekolah atas sayapun tidak kapok untuk berpacaran lagi. Namun kali ini
tidak ada list yang saya buat, karena saya sudah pandai memilih. Kali ini saya
berpacaran dengan kakak kelas saya, saya fikir kali ini kami akan langeng
ternyata 2 tahun lebih kami berpacaran akhirnya putus juga. Berselang beberapa
bulan kemudian saya pun berpacaran kembali dengan teman seangkatan dan hanya 4
bulan saja hubungan ini berakhir pula.
Memasuki
jaman perkuliahan saya pun tidak kapok untuk berpacaran tapi setahun lebih
berhubungan saya pun putus kembali. Dalam setiap berhubungan saya selalu
berharap inilah yang terakhir, saya ingin serius, tapi tetap saja berkahir
dengan kata putus. Pacaran, putus, pacaran lagi adalah sistem yang pernah saya
alami dulu. Masa-masa jomblo pun pernah saya alami dan selama masa jomblo itu
saya alami pula didekati oleh beberapa pria dan laki-laki (Pria adalah sebutan
saya untuk laki-laki yang telah dewasa).
Tapi
kali ini saya tidak akan menceritakan lebih detail tentang masa-masa saya
pacaran. Saya tahu dan saya sadari saya selalu ada pihak yang tersakiti dalam
berpacaran maupun setelahnya, selalu ada pihak yang berharap dan mungkin ada pihak
yang setia menanti dan terus berjuang untuk kembali atau mendapatkan hati saya.
Untuk itu saya ingin katakan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada
siapapun yang merasa pernah tersakiti. Dan tulisan ini saya persembahkan untuk
kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu (*wuzzzz mantan-mantan) serta kamu, kamu, kamu
(ada juga yang belum jadi mantan karena cintanya ditolak duluan. *tepok jidat*).
Ayolah “Move On”.
Sekali
lagi saya katakan, “come on guys, move on, move on” kepada siapapun yang masih
mengharapkan masa lalunya. Hidup bukan lah perihal kisah cinta saja dan masa
lalu. Cukuplah untuk terpuruk di masa lalu karena sesungguhnya kalian akan
merugi. Seperti kata bijak yang sering orang katakan “hidup itu untuk hari ini
dan masa depan”. Jadikanlah masa lalu yang buruk pahit sebagai guru dan
pelajaran terbaik dalam kehidupan sehingga tidak terulang lagi di masa yang
akan datang. Mengapa saya putuskan untuk menulis hal ini? Karena saya tidak
ingin orang-orang yang pernah saya sayangi di masa lalu tetap bertahan dalam
harapan kosong menanti bahwa masa lalu akan kembali di masa depan. Sungguh menyakitkan
dan menyiksa saya ketika mengetahui itu.
Hei,
kamu, kamu, kamu, dan kamu dengan apapun alasan yang kalian miliki saya
menginginkan yang terbaik untuk kalian. Saya ingin melihat kesuksesan pada diri
kalian semua. Saya tahu, perasaan adalah anugrah dan tak dapat dipungkiri. Tapi
bukankah perihal jodoh Sang Maha sudah menentukan? Saya pun tak tahu jodoh
saya. Kini saya hanya berusaha tidak mengalami sistem pacaran, putus, pacaran
kembali. Saya hanya akan berikhtiar untuk memantaskan diri bagi jodoh saya
kelak. Saya sedang berusaha memohon ampunan pada Sang Pencipta atas perbuatan
di masa laulu saya. Saya sedang berjuang untuk mewujudakan keinginan saya
menikah di akhir tahun depan bersama dia, dia yang tidak mengatakan ingin
menjadi kekasih saya, dia yang tidak pernah meminta saya untuk berpacaran. Saya
hanya sedang berusaha membangun kepercayaan dengan dia yang telah mengungkapkan
akan meminang saya secepatnya tentu atas restu orang tua dan ridha ALLAH SWT. Saya
hanya sedang berusaha untuk menjadi wanita shaleh seperti dia yang sedang
berusaha untuk menjadi seorang imam yang bertanggung jawab. Bukan, bukan saya
yang memilih dia daripada kalian. Tapi Allah lah yang telah mengirimkannya pada
saya di waktu yang tak saya kira namun tepat menurut-Nya, tidak lah saya
memilih yang terbaik karena saya yakin yang Ia pilihkan untuk saya tentu yang
terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar