Mendapatkan
banyak email (setidaknya lebih dari 20 email) karena sebuah postingan yang
mungkin mengispirasi satu atau dua dari mereka yang memiliki mimpi yang mirip
dengan saya seperti ekstra oksisgen yang dihembuskan ke bara api yang hampir
padam, semangat kemabali membara karena setidaknya anak kemarin sore ini
sedikit bermanfaat bagi sesama. Banyak yang bertanya dan ingin berbincang
bagaimana caranya agar bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa? Bagaimana
cara mendapatkan beasiswa? Apa saja persyaratannya? Saya telah berulang kali
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk mereka yang bertanya. Hingga
akhirnya saya berfikir lebih baik saya menuliskannya agar tak lelah mengulang
jawaban.
Cerita yang telah terlewati atas apa yang Tuhan takdirkan | Love | Dreams | Family | Traveling | Story and Inspiration
Kamis, 18 Desember 2014
Sabtu, 29 November 2014
Panggung Sandiwara
Dunia panggung sandiwara, mungkin itu lah mengapa begitu
banyak muka bertopeng bertebaran di dunia yang sejatinya hanyalah senda gurau.
Aneka tokoh berjalan menghampiri, sejenak menemani, lalu pergi, atau tetap
tinggal hingga waktu yang tak seorang lakon pun tahu karena Dia sang script
writer kehidupan menjadikannya misteri agar cerita selalu menarik bagi para
pelakonnya. Seperti apakah topeng mu? Merah, hitam, putih, berpadu dengan ragam
warna lainnya adalah tanda yang kau buat sendiri. Menjadi baik, angkuh, polos,
atau dua muka sekalipun adalah kebebasan yang Sang Sutradara berikan untuk mu.
Tak ada casting untuk menjadi tokoh yang kau mau karena panggung itu sejatinya
milik dirimu sendiri.
Satu muka kembali membukakan mata, bahwa sejatinya sebuah
ketulusan itu amatlah langka di atas panggung. Bahwa lakon tak selamanya
mengikuti naskah dalam cerita yang biasanya. Siapa teman dan siapa lawan
kalanya hanya dibatasi dengan sehelai benang yang rapuh. Itulah mengapa Tuhan
memeritahkan umatnya untuk tak berharap dan bergantung selain pada Nya. Mana
wajah, mana topeng faktanya sulit untuk dibedakan, itu lah mengapa orang bijak
tidak lantas menilai sesuatu hanya dari kemasannya.
Sabtu, 25 Oktober 2014
Hualien Vacation
Sambil menyelam minum air adalah
peribahasa yang pas untuk apa yang saya lakukan selama kuliah di Taiwan. Kuliah
dan menjalani kegiatan harian di kampus adalah kewajiban utama sebagai pelajar,
namun tak ada salahnya kan jika saya sedikit berkeliling di negeri formosa ini.
Satu minggu lalu, saya mengikuti acara trip yang diadakan oleh salah satu
proffesor departement dan murid-murid lokal. Tujuan wisata kali ini adalah
Hualien. Jika kalian penasaran seperti apa, silahkan cari informasinya via mbah
Gogle. Secara garis besar Hualien adalah kabupaten terbesar di Taiwan yang
terletak di pantai timur pegunungan Taiwan. Hualien terkenal dengan objek
pariwisatanya. Adapun beberapa tempat wisata yang terkenal adalah Taman
Nasional Taroko, Yushan National Park, Danau Liyu dan beberapa spot untuk
meliahat samudra Pasifik dari atas tebing. Jika berngkat dari kota Taipei akan
membutuhkan waktu selama 4 jam menggunakan jalur darat transportasi bis. Ada
hal yang menarik jika memilih menggunakan jalur darat bukan kereta, di lebih
dari 1/3 perjalanan mata akan takjub melihat luasnya samudra Pasifik di satu
sisi dan tebing tinggi berbatu disisi lainnya. Sesekali bis akan melewati
terowongan hasil bobokan bukit batu dan saat melipir dari bibir jurang, bis
akan memutar melewati bukit batu dengan sungai berair biru di dasar tebing.
Rabu, 22 Oktober 2014
Di Penghujung Musim Gugur
Di penghujung musim gugur ini
angin mulai tak bersahabat, ia melaju ke arah barat yang sesekali berbelok ke barat
daya bersama rintik hujan yang membersamai sejak di samudra pasifik. Ia membelai
lembut bulu tangan dan meninggalkan dingin di seluruh permukaan kulit. Tak ada
ruangan yang lebih nyaman selain kamar sendiri di musim yang mulai tak menentu.
Duduk di kusri dan menghabiskan berjam-jam di muka monitor menjadi kebiasaan
baru. Menatap sesekali ke arah rak lemari, ku lihat senyuman mereka yang ku
cintai dari bingkai tak bernyawa. Palsu namun terasa nyata mereka ada di depan
ku seraya berkata “semangat sayang, berjuang lah, kami di sini mendoakan dan
sabar menunggu”. Kata-kata itu terngiang terus menerus, mendekap hati yang
merindu, menghangatkan sekujur tubuh, dan menguapkan sedikit jenuh.
![]() |
My lovely family |
Senin, 22 September 2014
My Autobiography
Note: If you want to take master degree abroad, I am sure that you have to make autobiography as university requirements. If you never write any autobiography, maybe my autobiography can be a sample. I hope this autobiography can give you inspiration and help you to write your autobiography.
Anggi's Autobiography
My name is Anggi Regiana Agustin. I was born in
Bandung, West Java Province, Indonesia on August 25, 1990. I’m a second child
and have 2 siblings from an ordinary family. My father’s name is Nurhayat and my mother’s name is Siti Jenab. At the age of 6 years old, precisely in 1996,
I went to elementary school namely SDPN Setiabudhi Bandung that the distance is
not too far from my house. 6 years later I went to junior high school for 3
years from 2002 – 2005. After graduated from junior high school I have decided
to continue my study in vocational high school majoring in chemistry analyst
because I interested learning chemistry.
Sabtu, 20 September 2014
Bunda pergi sekolah nak, bukan meninggalkan kamu.
Hari ini tepat 2 minggu saya meninggalkan
negeri tercinta Indonesia, bersamaan dengan hari Taiwan dilanda badai Taifun. Konon
di provinsi Taiwan Selatan atau di kota Kaoshiung badai sudah terjadi sejak
malam hari, angin kencang disertai hujan deras membuat mereka tak berani untuk
melangkahkan kaki ke luar gedung asrama tempat mereka tinggal. Berhubung ini
hari minggu dan seluruh warga dihimbau untuk tidak bepergian jauh, saya
memutuskan untuk berhibernasi setelah solat subuh pagi tadi, mengistirahat
badan ini setelah seminggu kemarin melewati beberapa kegiatan yang cukup
menguras tenaga.
Bersama sinar matahari yang mulai
masuk melewati sela-sela gorden kemudian membias di langit-langit kamar, saya
beranjak dari tempat tidur dan duduk di sebuah kursi. Tak ada tempat lagi bagi
saya untuk berdiam di dalam kamar selain kursi ini dan tempat tidur. Duduk dan
kemudian sedikit melamun, mengingat hari di 2 minggu lalu. Saat saat sebelum
saya pergi untuk menimba ilmu.
Jangan Tanyakan Yang Satu Ini !!!
Bagi seorang ibu
anak adalah titipan yang paling berharga dalam hidupnya. Bagi seorang istri,
suami adalah tempat berlabuh ternyaman yang ada di dunia ini. Maka jangan lah
tanyakan apa perasaanku saat aku harus meninggalkan anakku dan tinggal jauh
dari suamiku.
Minggu, 14 September 2014
Aku Tidak Sepintar yang Mereka Kira
D4-POLBAN graduation |
Berita tentang keperagianku menuntut ilmu di luar negeri sudah sampai telinga para tetangga dan keluarga jauh sebelum hari keberangkatan ku ke Taiwan. Tidak hanya itu saja, mereka pun tahu bahwa aku mendapatkan beasiswa plus akan menjadi dosen setelah kelulusanku nanti. Aku senang saja mereka tahu dari obrolan mulut ke mulut para saudara dan tetangga. Bukan senang untuk pamer, tapi karena mereka semua memberikan do'a gratis untuk ku. Ingat obrolan antara mama dan ibu bidan sebulan yang lalu saat membawa anak ku Shaki. Ibu bidan berkata pada mama, "anaknya pasti pinter banget ya bu, kuliah S2 di luar negeri dari beasiswa dan akan jadi dosen". Lalu mama menjawab, " anak saya tidak pintar bu, masih banyak teman temannya yang lebih pintar".
Selasa, 09 September 2014
Mimpi Buruk Bagi Kami Karyasiswa NTUST
Senin, 08 September 2014, pukul
10.00 waktu Taiwan adalah momen yang akan menjadi sejarah bagi kami karyasiswa
DIKTI yang akan melanjutkan kuliah jenjang S2 di National Taiwan University of Science
and Technology. Bagaimana tidak begitu, karena ini adalah hari yang kami tunggu
setelah sekian lama berjuang untuk mendapatkan beasiswa. Haru dan sedih bercampur
menjadi satu di rona pipi yang memerah karena cuaca panas akhir summer. Berselang
2 jam setelah landing dan pengurusan imigrasi, kami yang menjuluki diri sahabat
NTUST sampai di “rumah baru” yang lebih dikenal Taiwan Tech dengan bantuan
saudara-saudara NTUST-ISA (Indonesia Student Association).
Pertama menginjakkan kaki di
rumah baru, kami merasa menjadi karyasiswa (mahasiswa penerima beasiswa) kaya
karena dikti memberikan uang saku US$ 700/bulan yang setara dengan NT$ 21000,
sedangkan karya siswa lainnya hanya memperoleh uang saku NT$ 10000 atau separuh
dari yang kami terima. Berbekal US$ 1400 atau NT$ 40000 dari Indonesia, kami
merasa sangat cukup untuk kehidupan sebulan ke depan bahkan masih berlebih dan
dapat kami gunakan untuk berkeliling kota Taipei. Namun, mimpi indah itu remuk
seketika setelah tidur nyeyak kami semalam.
Thanks to my lil princess Shakira
![]() |
Nak, terimakasih sudah menjadi anak yang soleh buat bunda dan papap. Terimakasih karena sejak di dalam kandungan usia 7minggu shaki udah temenin bunda pelatihan, tinggal jauh sama papap sampai usia kandungan 8bulan. Terimakasih nak, sudah mengerti bunda sejak dini sekali. Bunda sangat haru menanti setiap detik kelahiranmu. Terimakasih nak, karna selalu sabar ikut bunda pelatihan dr pagi sampai sore, shaki gak rewel dlm kandungan, shaki gak bikin bunda rasain mual-mual hebat dan ngidam aneh-aneh saat jauh dari papap, shaki juga kuat selama bunda urusin berkas2 Depok-Jakarta-Depok, Bandung-Depok, Cilegon-Depok, mulai dr naik kereta, busway, angkot, bis, travel, sampe disupirin papap. Terimaksih juga nak udah bisa bunda ajak kerjasama, setiap bunda ujian shaki bobo nyenyak di dalam kandungan sampe bunda ngerasa bunda gak lagi hamil. Gak lupa, terimakasih yang amat besar karena shaki udah bantu bunda melahirkan proses normal tanpa mules2 yg lama, 5jam dr pembukaan awal sampe lahiran, kehitung cepet kata orang-orang. Sekarang shaki udah umur 8hari, shaki ngerti bunda kecapean dan sempet gak enak badan karena kurang tidur, sekarang shaki gak bikin bunda begadang lg. Shaki bobo teratur, nangis tiap 2jam klo mau mimi, jd sama2 bobo bareng. Makasih sayangku Shakira Siti Humaira Alyamani. Cepat besar dan tumbuh sehat ya nak, klo sudah usia 6bulan, bunda bakal usahain bawa shaki tinggal sama bunda di Taiwan, temenin bunda kuliah S2. Nanti klo bunda dapet beasiwa buat S3 pas umur shaki udah 3th, bunda janji akan tanya shaki mau tinggal di negara mana. Inggris, ky maunya papap? Jerman kaya maunya bunda? Atau mau liat liberti di Amerika? Shaki bebas pilih dan bunda akan perjuangkan karna nanti shaki harus temenin bunda dari awal. Do'akan bunda ya sayang,. Bunda dan papap sayang shaki,.
Senin, 04 Agustus 2014
6 Bulan Berakhir Haru
Masih ingat jelas, hari itu Senin
tanggal 16 Desember 2013 saya diantar suami datang ke gedung X FIB, Universitas
Indonesia untuk mendapati kejelasan mengenai program beasiswa BPP-LN Calon
Dosen Vokasi dan pelatihan bahasa dari DIKTI. 30 menit setelah memasuki salah
satu ruangan di lantai 2 bukan kejelasan yang saya dapatkan melainkan placement
test IELTS yang terbagi menjadi 4 bagian (listening, reading, writing, dan
speaking). Syoook dong, karena saya tidak memiliki persiapan apapun dan ini
adalah tes IELTS pertama saya. Dengan berakhirnya tes ini pula, maka absensi
pelatihan pun dimulai. Sehari dua hari saya lewati masih dengan rasa berat,
karena saya mendapatkan tempat pelatihan di Depok yang artinya harus tinggal terpisah
dari suami, tinggal di kosan, melalui masa hamil trimester pertama di kota
asing dan menghadapi banyak hal asing lainnya. Namun, hari-hari berikutnya
semua terasa lebih baik karena saya temukan teman baru yang kini seperi
keluarga sendiri. Walau hari-hari kehamilan saya jauh dari suami tapi Allah
ganti dengan puluhan teman laki-laki dan perempuan yang senantiasa menjaga,
mengingatkan, menemani dan membantu saya melewati masa-masa mual dan rawan.
Perlu diketahui, saya adalah
seseorang yang sangat tidak menyukai mata pelajaran bahasa Inggris sejak masa
sekolah dasar. Karena ketidak sukaan inilah menjadikan saya tidak memiliki
minat dan kemampuan bahasa Inggris yang baik. Bagi saya mengikuti pelatihan ini
seperti karma dan peringatan. Tapi apa mau dikata, inilah proses yang harus
saya lalui sampai akhir dan saya perjuangkan. Beruntungnya, saya memiliki suami
dan teman-teman yang selalu membantu
sehingga beban terasa lebih ringan.
For my beloved, ku pilih Taiwan
Mengenyam pendidikan di Germany
atau salah satu negara di Eropa masih menjadi mimpi saya sampai saat ini dan
akan terus seperi itu, tak akan saya rubah sampai kapan pun meski mimpi itu
kini harus tertunda. 2 bulan adalah bukan waktu yang singkat saat saya harus
mantap memutuskan akan dibawa kemana jalan kehidupan saya untuk 2 tahun ke
depan. Setengah proses pencarian universitas dan pendaftaran untuk program
master di Germany telah saya lakukan, namun ada begitu banyak keadaan dan
kesulitan yang memaksa saya harus mengorbankan suami dan anak saya kelak jika
saya bersih kearas memperjuangkan mimpi ini untuk saat ini. Sungguh egois
rasanya, jika saya harus meninggalkan suami dan anak saya di negeri ini untuk
waktu lama hanya demi mengenyam pendidikan di benua biru itu karena beasiswa yang saya dapatkan tak
menanggung biaya keluarga. Dimana tanggung jawab saya sebagai istri dan ibu
jika itu terjadi nanti? Sungguh munafik tetap memaksakan diri mencari
universitas di negara impian itu, saat saya sadar saya akan melahirkan diwaktu
yang bersamaan dengan pelatihan bahasa Germany dan tak mungkin untuk
mengikutinya. Terlalu berharga jika harus mengorbankan orang-orang yang sangat
saya sayangi dan sungguh akan menyakitkan nantinya.
Only 3 and limited
“Sesungguhnya kami termasuk
orang-orang yang masih beruntung”
mungkin kalimat ini dapat mewakili status saya dan teman-teman sebagai penerima
beasiwa dari DIKTI. Walupun pada kenyataannya ada beberapa kekecewaan yang kami
rasakan mengenai kejelasan negara dan universitas tujuan yang DIKTI berikan
untuk kami pilih. Pada awalnya kami mengira dapat bebas memilih negara dan
universitas tujuan. Masih ingat saat pertemuan pertama di kelas, hampir semua
teman-teman memiliki negara dan universitas tujuan yang berbeda-beda. Saat itu
hanya saya dan seorang teman yang memilih Germany sebagai negara tujuan,
sedangkan yang lainnya memilih Inggris, Belanda, Amerika, Australia, Jepang,
Malaysia, Singapore, dll. Sampai 3 bulan masa pelatihan telah kita lewati dan
DIKTI memastikan jika kita hanya diperbolehkan memilih universitas di 3 negara
saja yaitu Germany, Austria, dan Taiwan
dengan ketentuan universitas tujuan untuk negara Germany dan Austria harus
bersifat vokasi atau dikenal dengan nama University of applied Science,
sedangkan di Taiwan hanya ada 7 universitas yang dapat dipilih.
Ketentuan ini jelas merupakan
suatu kendala, karena semakin sedikit pilihan bagi kami artinya semakin kecil
kesempatan kami untuk diterima/mendapat LoA dari univ negara tujuan. Tapi, lagi
lagi tapi, kita hanya bisa menerima semua ketentuan yang sudah ditetapkan.
Sekal lagi, kesulitan ini harus mampu kita lewati. SEMANGAT kawan-kawan!
What is BPP-LN Calon Dosen Vokasi?
Melalui halaman ini saya coba
menjawab beberapa pertanyaan teman-teman dan adik kelas mengenai beasiswa yang
saya dapatkan dari Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi. Nama program beasiswa
ini adalah BPP-LN Calon Dosen Vokasi yang merupakan singkatan dari Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana Luar Negeri Calon Dosen di bidang vokasi atau bisa
dikatakan politeknik. Mungkin program ini terdengar asing karena memang program
ini baru diluncurkan tahun 2014. Umumnya DIKTI setiap tahun memberikan beasiswa
bagi para dosen tetap dalam program BPP-LN dan BPP-DN. Namun, dikarenakan
ketidakseimbangan rasio jumlah dosen di perguruan tinggi vokasi/politeknik
dengan jumlah mahasiswa yang ada, akhirnya DIKTI mengeluarkan program beasiswa
ini.
Berasarkan pedoman, BPP-LN Calon
Dosen ditawarkan kepada seluruh calon dosen pada perguruan tinggi di lingkungan
Kemdikbud. Penawaran tersebut disertai dengan ketentuan, syarat-syarat,
borang-borang yang harus diisi oleh pelamar, batas waktu penawaran, prosedur
melamar, proses seleksi, jumlah beasiswa yang tersedia, dan
persyaratan-persyaratan lain sesuai ketentuan yang diberlakukan oleh Ditjen
Dikti. Adapun persyaratan secara umum bagi pelamar adalah sebagai berikut:
Minggu, 13 April 2014
Tak Ada yang Terlambat, Resolusi 2014
Lama jari-jari ini tak menari di
atas papan huruf membuat aku rindu mengekspresikan kata. Masih terekam dalam
ingatan kondisi saat terakhir kali aku mengisi halaman “Regiana Dreams Blog”. Saat
itu, aku seorang mahasiswa tingka akhir, single, dan tinggal bersama orang tua
di Bandung. 6 bulan telah berlalu, kini aku seorang sarjana dan calon dosen
yang sedang mengikuti proses panjang untuk melanjutkan pendidikan S2 di negara
impianku, Jerman. Selain itu, kini aku sudah menjadi istri sah dari seorang
laki-laki yang aku sayangi, sedang menngandung buah hati kami, dan tak lagi
tinggal bersama orang tua.
Me n Hubby, 201013 |
![]() |
my graduation day 210913 |
Seiring rupa bumi yang menua bersama waktu, begitu
pula kehidupanku. Masih tersimpan rapih catatan “proposal hidup” dan “resolusi
2013” di blog ini. Mengejutkan, saat ku baca kembali, hampir semua resolusi di
tahun 2013 telah tercapai dan kini jalanku ada pada jalun proposal hidup yang
telah ku tuliskan dulu. Sungguh baik Sang Maha Kuasa pada ku, membantu ku
melewati setiap jalan kehidupan di masa lalu. Walau pergantian tahun telah lama
berlalu, namun tak ada kata terlambat bagi ku untuk menuliskan resolusi 2014.
Bismillahirrahmanirrahim,.
Januari-April 2014 : menyelesaikan program IELTS dikti dan
melebihi nilai requirment.
Mei-Juni 2014: mengikuti pelatihan bahasa Jerman sampai
sertifikat A2 sambil melengkapi persyaratan dan mendaftar ke univ tujuan.
(Muenster University of Applied Science).
Juni-Juli 2014: Mempersiapkan kelahiran buah hati tercinta,
InshaAllah melahirkan di akhir bulan Juli dengan selamat, sehat, sempurna untuk
bunda dan baby.
Juli-Agustus 2014: Sudah mengantongi LOA, vissa, dan dana
keberangkatan.
September 2014: Berangat ke
Jerman dengan tenang,.
*semoga Allah senantiasa
meridoi resolusi ini, memudahkan dan memberikan kelancaran pada setiap langkah.
Aamiin,.
Langganan:
Postingan (Atom)