Kamis, 18 Desember 2014

Mau kuliah di luar negeri?

Mendapatkan banyak email (setidaknya lebih dari 20 email) karena sebuah postingan yang mungkin mengispirasi satu atau dua dari mereka yang memiliki mimpi yang mirip dengan saya seperti ekstra oksisgen yang dihembuskan ke bara api yang hampir padam, semangat kemabali membara karena setidaknya anak kemarin sore ini sedikit bermanfaat bagi sesama. Banyak yang bertanya dan ingin berbincang bagaimana caranya agar bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa? Bagaimana cara mendapatkan beasiswa? Apa saja persyaratannya? Saya telah berulang kali menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama untuk mereka yang bertanya. Hingga akhirnya saya berfikir lebih baik saya menuliskannya agar tak lelah mengulang jawaban.

Sabtu, 29 November 2014

Panggung Sandiwara


Dunia panggung sandiwara, mungkin itu lah mengapa begitu banyak muka bertopeng bertebaran di dunia yang sejatinya hanyalah senda gurau. Aneka tokoh berjalan menghampiri, sejenak menemani, lalu pergi, atau tetap tinggal hingga waktu yang tak seorang lakon pun tahu karena Dia sang script writer kehidupan menjadikannya misteri agar cerita selalu menarik bagi para pelakonnya. Seperti apakah topeng mu? Merah, hitam, putih, berpadu dengan ragam warna lainnya adalah tanda yang kau buat sendiri. Menjadi baik, angkuh, polos, atau dua muka sekalipun adalah kebebasan yang Sang Sutradara berikan untuk mu. Tak ada casting untuk menjadi tokoh yang kau mau karena panggung itu sejatinya milik dirimu sendiri.

Satu muka kembali membukakan mata, bahwa sejatinya sebuah ketulusan itu amatlah langka di atas panggung. Bahwa lakon tak selamanya mengikuti naskah dalam cerita yang biasanya. Siapa teman dan siapa lawan kalanya hanya dibatasi dengan sehelai benang yang rapuh. Itulah mengapa Tuhan memeritahkan umatnya untuk tak berharap dan bergantung selain pada Nya. Mana wajah, mana topeng faktanya sulit untuk dibedakan, itu lah mengapa orang bijak tidak lantas menilai sesuatu hanya dari kemasannya.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Hualien Vacation

Sambil menyelam minum air adalah peribahasa yang pas untuk apa yang saya lakukan selama kuliah di Taiwan. Kuliah dan menjalani kegiatan harian di kampus adalah kewajiban utama sebagai pelajar, namun tak ada salahnya kan jika saya sedikit berkeliling di negeri formosa ini. Satu minggu lalu, saya mengikuti acara trip yang diadakan oleh salah satu proffesor departement dan murid-murid lokal. Tujuan wisata kali ini adalah Hualien. Jika kalian penasaran seperti apa, silahkan cari informasinya via mbah Gogle. Secara garis besar Hualien adalah kabupaten terbesar di Taiwan yang terletak di pantai timur pegunungan Taiwan. Hualien terkenal dengan objek pariwisatanya. Adapun beberapa tempat wisata yang terkenal adalah Taman Nasional Taroko, Yushan National Park, Danau Liyu dan beberapa spot untuk meliahat samudra Pasifik dari atas tebing. Jika berngkat dari kota Taipei akan membutuhkan waktu selama 4 jam menggunakan jalur darat transportasi bis. Ada hal yang menarik jika memilih menggunakan jalur darat bukan kereta, di lebih dari 1/3 perjalanan mata akan takjub melihat luasnya samudra Pasifik di satu sisi dan tebing tinggi berbatu disisi lainnya. Sesekali bis akan melewati terowongan hasil bobokan bukit batu dan saat melipir dari bibir jurang, bis akan memutar melewati bukit batu dengan sungai berair biru di dasar tebing.


Rabu, 22 Oktober 2014

Di Penghujung Musim Gugur

Di penghujung musim gugur ini angin mulai tak bersahabat, ia melaju ke arah barat yang sesekali berbelok ke barat daya bersama rintik hujan yang membersamai sejak di samudra pasifik. Ia membelai lembut bulu tangan dan meninggalkan dingin di seluruh permukaan kulit. Tak ada ruangan yang lebih nyaman selain kamar sendiri di musim yang mulai tak menentu. Duduk di kusri dan menghabiskan berjam-jam di muka monitor menjadi kebiasaan baru. Menatap sesekali ke arah rak lemari, ku lihat senyuman mereka yang ku cintai dari bingkai tak bernyawa. Palsu namun terasa nyata mereka ada di depan ku seraya berkata “semangat sayang, berjuang lah, kami di sini mendoakan dan sabar menunggu”. Kata-kata itu terngiang terus menerus, mendekap hati yang merindu, menghangatkan sekujur tubuh, dan menguapkan sedikit jenuh. 
My lovely family

Senin, 22 September 2014

My Autobiography

Note: If you want to take master degree abroad, I am sure that you have to make autobiography  as university requirements. If you never write any autobiography, maybe my autobiography can be a sample. I hope this autobiography can give you inspiration and help you to write your autobiography.

Anggi's Autobiography

My name is Anggi Regiana Agustin. I was born in Bandung, West Java Province, Indonesia on August 25, 1990. I’m a second child and have 2 siblings from an ordinary family. My father’s name is Nurhayat  and my mother’s name is Siti Jenab.  At the age of 6 years old, precisely in 1996, I went to elementary school namely SDPN Setiabudhi Bandung that the distance is not too far from my house. 6 years later I went to junior high school for 3 years from 2002 – 2005. After graduated from junior high school I have decided to continue my study in vocational high school majoring in chemistry analyst because I interested learning chemistry.

Sabtu, 20 September 2014

Bunda pergi sekolah nak, bukan meninggalkan kamu.

Hari ini tepat 2 minggu saya meninggalkan negeri tercinta Indonesia, bersamaan dengan hari Taiwan dilanda badai Taifun. Konon di provinsi Taiwan Selatan atau di kota Kaoshiung badai sudah terjadi sejak malam hari, angin kencang disertai hujan deras membuat mereka tak berani untuk melangkahkan kaki ke luar gedung asrama tempat mereka tinggal. Berhubung ini hari minggu dan seluruh warga dihimbau untuk tidak bepergian jauh, saya memutuskan untuk berhibernasi setelah solat subuh pagi tadi, mengistirahat badan ini setelah seminggu kemarin melewati beberapa kegiatan yang cukup menguras tenaga.
Bersama sinar matahari yang mulai masuk melewati sela-sela gorden kemudian membias di langit-langit kamar, saya beranjak dari tempat tidur dan duduk di sebuah kursi. Tak ada tempat lagi bagi saya untuk berdiam di dalam kamar selain kursi ini dan tempat tidur. Duduk dan kemudian sedikit melamun, mengingat hari di 2 minggu lalu. Saat saat sebelum saya pergi untuk menimba ilmu.

Jangan Tanyakan Yang Satu Ini !!!


Bagi seorang ibu anak adalah titipan yang paling berharga dalam hidupnya. Bagi seorang istri, suami adalah tempat berlabuh ternyaman yang ada di dunia ini. Maka jangan lah tanyakan apa perasaanku saat aku harus meninggalkan anakku dan tinggal jauh dari suamiku.

Minggu, 14 September 2014

Aku Tidak Sepintar yang Mereka Kira

D4-POLBAN graduation

Berita tentang keperagianku menuntut ilmu di luar negeri sudah sampai telinga para tetangga dan keluarga jauh  sebelum hari keberangkatan ku ke Taiwan. Tidak hanya itu saja, mereka pun tahu bahwa aku mendapatkan beasiswa plus akan menjadi dosen setelah kelulusanku nanti. Aku senang saja mereka tahu dari obrolan mulut ke mulut para saudara dan tetangga. Bukan senang untuk pamer, tapi karena mereka semua memberikan do'a gratis untuk ku. Ingat obrolan antara mama dan ibu bidan sebulan yang lalu saat membawa anak ku Shaki. Ibu bidan berkata pada mama, "anaknya pasti pinter banget ya bu, kuliah S2 di luar negeri dari beasiswa dan akan jadi dosen". Lalu mama menjawab, " anak saya tidak pintar bu, masih banyak teman temannya yang lebih pintar".

Selasa, 09 September 2014

Mimpi Buruk Bagi Kami Karyasiswa NTUST

Senin, 08 September 2014, pukul 10.00 waktu Taiwan adalah momen yang akan menjadi sejarah bagi kami karyasiswa DIKTI yang akan melanjutkan kuliah jenjang S2 di National Taiwan University of Science and Technology. Bagaimana tidak begitu, karena ini adalah hari yang kami tunggu setelah sekian lama berjuang untuk mendapatkan beasiswa. Haru dan sedih bercampur menjadi satu di rona pipi yang memerah karena cuaca panas akhir summer. Berselang 2 jam setelah landing dan pengurusan imigrasi, kami yang menjuluki diri sahabat NTUST sampai di “rumah baru” yang lebih dikenal Taiwan Tech dengan bantuan saudara-saudara NTUST-ISA (Indonesia Student Association).
Pertama menginjakkan kaki di rumah baru, kami merasa menjadi karyasiswa (mahasiswa penerima beasiswa) kaya karena dikti memberikan uang saku US$ 700/bulan yang setara dengan NT$ 21000, sedangkan karya siswa lainnya hanya memperoleh uang saku NT$ 10000 atau separuh dari yang kami terima. Berbekal US$ 1400 atau NT$ 40000 dari Indonesia, kami merasa sangat cukup untuk kehidupan sebulan ke depan bahkan masih berlebih dan dapat kami gunakan untuk berkeliling kota Taipei. Namun, mimpi indah itu remuk seketika setelah tidur nyeyak kami semalam.

Thanks to my lil princess Shakira


Nak, terimakasih sudah menjadi anak yang soleh buat bunda dan papap. Terimakasih karena sejak di dalam kandungan usia 7minggu shaki udah temenin bunda pelatihan, tinggal jauh sama papap sampai usia kandungan 8bulan. Terimakasih nak, sudah mengerti bunda sejak dini sekali. Bunda sangat haru menanti setiap detik kelahiranmu. Terimakasih nak, karna selalu sabar ikut bunda pelatihan dr pagi sampai sore, shaki gak rewel dlm kandungan, shaki gak bikin bunda rasain mual-mual hebat dan ngidam aneh-aneh saat jauh dari papap, shaki juga kuat selama bunda urusin berkas2 Depok-Jakarta-Depok, Bandung-Depok, Cilegon-Depok, mulai dr naik kereta, busway, angkot, bis, travel, sampe disupirin papap. Terimaksih juga nak udah bisa bunda ajak kerjasama, setiap bunda ujian shaki bobo nyenyak di dalam kandungan sampe bunda ngerasa bunda gak lagi hamil. Gak lupa, terimakasih yang amat besar karena shaki udah bantu bunda melahirkan proses normal tanpa mules2 yg lama, 5jam dr pembukaan awal sampe lahiran, kehitung cepet kata orang-orang. Sekarang shaki udah umur 8hari, shaki ngerti bunda kecapean dan sempet gak enak badan karena kurang tidur, sekarang shaki gak bikin bunda begadang lg. Shaki bobo teratur, nangis tiap 2jam klo mau mimi, jd sama2 bobo bareng. Makasih sayangku Shakira Siti Humaira Alyamani. Cepat besar dan tumbuh sehat ya nak, klo sudah usia 6bulan, bunda bakal usahain bawa shaki tinggal sama bunda di Taiwan, temenin bunda kuliah S2. Nanti klo bunda dapet beasiwa buat S3 pas umur shaki udah 3th, bunda janji akan tanya shaki mau tinggal di negara mana. Inggris, ky maunya papap? Jerman kaya maunya bunda? Atau mau liat liberti di Amerika? Shaki bebas pilih dan bunda akan perjuangkan karna nanti shaki harus temenin bunda dari awal. Do'akan bunda ya sayang,. Bunda dan papap sayang shaki,.

Senin, 04 Agustus 2014

6 Bulan Berakhir Haru

Masih ingat jelas, hari itu Senin tanggal 16 Desember 2013 saya diantar suami datang ke gedung X FIB, Universitas Indonesia untuk mendapati kejelasan mengenai program beasiswa BPP-LN Calon Dosen Vokasi dan pelatihan bahasa dari DIKTI. 30 menit setelah memasuki salah satu ruangan di lantai 2 bukan kejelasan yang saya dapatkan melainkan placement test IELTS yang terbagi menjadi 4 bagian (listening, reading, writing, dan speaking). Syoook dong, karena saya tidak memiliki persiapan apapun dan ini adalah tes IELTS pertama saya. Dengan berakhirnya tes ini pula, maka absensi pelatihan pun dimulai. Sehari dua hari saya lewati masih dengan rasa berat, karena saya mendapatkan tempat pelatihan di Depok yang artinya harus tinggal terpisah dari suami, tinggal di kosan, melalui masa hamil trimester pertama di kota asing dan menghadapi banyak hal asing lainnya. Namun, hari-hari berikutnya semua terasa lebih baik karena saya temukan teman baru yang kini seperi keluarga sendiri. Walau hari-hari kehamilan saya jauh dari suami tapi Allah ganti dengan puluhan teman laki-laki dan perempuan yang senantiasa menjaga, mengingatkan, menemani dan membantu saya melewati masa-masa mual dan rawan.
Perlu diketahui, saya adalah seseorang yang sangat tidak menyukai mata pelajaran bahasa Inggris sejak masa sekolah dasar. Karena ketidak sukaan inilah menjadikan saya tidak memiliki minat dan kemampuan bahasa Inggris yang baik. Bagi saya mengikuti pelatihan ini seperti karma dan peringatan. Tapi apa mau dikata, inilah proses yang harus saya lalui sampai akhir dan saya perjuangkan. Beruntungnya, saya memiliki suami dan teman-teman yang selalu membantu  sehingga beban terasa lebih ringan.

For my beloved, ku pilih Taiwan

Mengenyam pendidikan di Germany atau salah satu negara di Eropa masih menjadi mimpi saya sampai saat ini dan akan terus seperi itu, tak akan saya rubah sampai kapan pun meski mimpi itu kini harus tertunda. 2 bulan adalah bukan waktu yang singkat saat saya harus mantap memutuskan akan dibawa kemana jalan kehidupan saya untuk 2 tahun ke depan. Setengah proses pencarian universitas dan pendaftaran untuk program master di Germany telah saya lakukan, namun ada begitu banyak keadaan dan kesulitan yang memaksa saya harus mengorbankan suami dan anak saya kelak jika saya bersih kearas memperjuangkan mimpi ini untuk saat ini. Sungguh egois rasanya, jika saya harus meninggalkan suami dan anak saya di negeri ini untuk waktu lama hanya demi mengenyam pendidikan di benua biru  itu karena beasiswa yang saya dapatkan tak menanggung biaya keluarga. Dimana tanggung jawab saya sebagai istri dan ibu jika itu terjadi nanti? Sungguh munafik tetap memaksakan diri mencari universitas di negara impian itu, saat saya sadar saya akan melahirkan diwaktu yang bersamaan dengan pelatihan bahasa Germany dan tak mungkin untuk mengikutinya. Terlalu berharga jika harus mengorbankan orang-orang yang sangat saya sayangi dan sungguh akan menyakitkan nantinya.

Only 3 and limited

“Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang masih beruntung” mungkin kalimat ini dapat mewakili status saya dan teman-teman sebagai penerima beasiwa dari DIKTI. Walupun pada kenyataannya ada beberapa kekecewaan yang kami rasakan mengenai kejelasan negara dan universitas tujuan yang DIKTI berikan untuk kami pilih. Pada awalnya kami mengira dapat bebas memilih negara dan universitas tujuan. Masih ingat saat pertemuan pertama di kelas, hampir semua teman-teman memiliki negara dan universitas tujuan yang berbeda-beda. Saat itu hanya saya dan seorang teman yang memilih Germany sebagai negara tujuan, sedangkan yang lainnya memilih Inggris, Belanda, Amerika, Australia, Jepang, Malaysia, Singapore, dll. Sampai 3 bulan masa pelatihan telah kita lewati dan DIKTI memastikan jika kita hanya diperbolehkan memilih universitas di 3 negara saja yaitu Germany, Austria, dan Taiwan dengan ketentuan universitas tujuan untuk negara Germany dan Austria harus bersifat vokasi atau dikenal dengan nama University of applied Science, sedangkan di Taiwan hanya ada 7 universitas yang dapat dipilih.

Ketentuan ini jelas merupakan suatu kendala, karena semakin sedikit pilihan bagi kami artinya semakin kecil kesempatan kami untuk diterima/mendapat LoA dari univ negara tujuan. Tapi, lagi lagi tapi, kita hanya bisa menerima semua ketentuan yang sudah ditetapkan. Sekal lagi, kesulitan ini harus mampu kita lewati. SEMANGAT kawan-kawan!

What is BPP-LN Calon Dosen Vokasi?

Melalui halaman ini saya coba menjawab beberapa pertanyaan teman-teman dan adik kelas mengenai beasiswa yang saya dapatkan dari Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi. Nama program beasiswa ini adalah BPP-LN Calon Dosen Vokasi yang merupakan singkatan dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Luar Negeri Calon Dosen di bidang vokasi atau bisa dikatakan politeknik. Mungkin program ini terdengar asing karena memang program ini baru diluncurkan tahun 2014. Umumnya DIKTI setiap tahun memberikan beasiswa bagi para dosen tetap dalam program BPP-LN dan BPP-DN. Namun, dikarenakan ketidakseimbangan rasio jumlah dosen di perguruan tinggi vokasi/politeknik dengan jumlah mahasiswa yang ada, akhirnya DIKTI mengeluarkan program beasiswa ini.

Berasarkan pedoman, BPP-LN Calon Dosen ditawarkan kepada seluruh calon dosen pada perguruan tinggi di lingkungan Kemdikbud. Penawaran tersebut disertai dengan ketentuan, syarat-syarat, borang-borang yang harus diisi oleh pelamar, batas waktu penawaran, prosedur melamar, proses seleksi, jumlah beasiswa yang tersedia, dan persyaratan-persyaratan lain sesuai ketentuan yang diberlakukan oleh Ditjen Dikti. Adapun persyaratan secara umum bagi pelamar adalah sebagai berikut:

Minggu, 13 April 2014

Tak Ada yang Terlambat, Resolusi 2014

Lama jari-jari ini tak menari di atas papan huruf membuat aku rindu mengekspresikan kata. Masih terekam dalam ingatan kondisi saat terakhir kali aku mengisi halaman “Regiana Dreams Blog”. Saat itu, aku seorang mahasiswa tingka akhir, single, dan tinggal bersama orang tua di Bandung. 6 bulan telah berlalu, kini aku seorang sarjana dan calon dosen yang sedang mengikuti proses panjang untuk melanjutkan pendidikan S2 di negara impianku, Jerman. Selain itu, kini aku sudah menjadi istri sah dari seorang laki-laki yang aku sayangi, sedang menngandung buah hati kami, dan tak lagi tinggal bersama orang tua.
Me n Hubby, 201013

my graduation day 210913

Seiring rupa bumi yang menua bersama waktu, begitu pula kehidupanku. Masih tersimpan rapih catatan “proposal hidup” dan “resolusi 2013” di blog ini. Mengejutkan, saat ku baca kembali, hampir semua resolusi di tahun 2013 telah tercapai dan kini jalanku ada pada jalun proposal hidup yang telah ku tuliskan dulu. Sungguh baik Sang Maha Kuasa pada ku, membantu ku melewati setiap jalan kehidupan di masa lalu. Walau pergantian tahun telah lama berlalu, namun tak ada kata terlambat bagi ku untuk menuliskan resolusi 2014.
Bismillahirrahmanirrahim,.
Januari-April 2014 : menyelesaikan program IELTS dikti dan melebihi nilai requirment.
Mei-Juni 2014: mengikuti pelatihan bahasa Jerman sampai sertifikat A2 sambil melengkapi persyaratan dan mendaftar ke univ tujuan. (Muenster University of Applied Science).
Juni-Juli 2014: Mempersiapkan kelahiran buah hati tercinta, InshaAllah melahirkan di akhir bulan Juli dengan selamat, sehat, sempurna untuk bunda dan baby.
Juli-Agustus 2014: Sudah mengantongi LOA, vissa, dan dana keberangkatan.
September 2014: Berangat ke Jerman dengan tenang,.
*semoga Allah senantiasa meridoi resolusi ini, memudahkan dan memberikan kelancaran pada setiap langkah. Aamiin,.