Sabtu, 10 Juni 2017

#Day8_Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu-ibu dan calon ibu profesional,.

Sebelum posting afwan nih 4 hari gak setoran, bukan karena gak nulis tapi gak sempet posting.💏✌

08 Juni 2017. Hari ini sudah masuk tantangan ke 8, saya menghabiskan banyak waktu di ranag publik karena ada deadline pekerjaan yang harus saya selesaikan dan juga beruntun meeting ke meeting yang harus saya hadiri sampai harus berbuka puasa di luar. Merasakan “rasa bersalah” ketika lebih banyak waktu di ranah publik masih/mungkin tidak akan pernah hilang dari dalam diri saya meskipun dengan penuh kesadaran saya tahu bahwa melakukan pekerjaan sebagai dosen adalah taggung jawab yang harus saya emban dengan segala resikonya yang sudah saya ambil dan jalani beberapa tahun ini.
Lantai bagaimana dengan pekerjaan domestik saya?

Untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan anak saya berusaha untuk selalu menciptkan quality time karena quantity yang tidak selalu saya miliki. Begitupula dengan hubungan antara saya dan suami. Sejak menikah sampai dengan sekarang, jarak menjadi warna dalam hubugan sehinggan waktu bersama harus menjadi berkualitas. Beruntungnya kami, membina hubungan jarak jauh ketika teknologi mampu mendekatkan yang jauh. Tatap muka via video call menjadi rutinitan harian layaknya minum obat. Bukan tanpa maksud tapi itu lah cara kami agar rindu tak membucah, agar rasa terjaga, agar percaya teruji. Namun, seringkali komunikasi via telfon yang sering kali tidak jelas (clear) dan kami yang tidak melakukan proses clarify menjadikan kerikil kecil dalam hari-hari.

Rabu, 07 Juni 2017

#Day7_Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu-ibu dan calon ibu profesioanal,.

Ternyata perpisahan bisa dilewati dengan menyenangkan, kok bisa? Gak tau deh, cuma hari ini saya ngerasa bahagia aja ketika saya mau pergi kerja.
Semua berawal tadi pagi ketika Kia menangis minta main ke luar rumah saat saya sudah siap pergi bekerja dan hanya ada mamah (Ibu saya) di rumah.

Me: “Nak, bunda kan mau pergi kerja. Kalau main di luar gak ada temannya”.
Di TV ada acara kartun anak Marsha and The Bear,.
Me:”Kia lihat ada Marsha sama beruang”.
Awalnya Kia ogah-ogahan gak mau nonton dan tetap ingin main ke luar. Saya lantar menawarkan sesuatu yang lebih menarik.
Me: “Waaaah Marha nya jadi polisi tangkap si serigala” (dengan ekspreksi yang agak lebay) sehingga Kia mulai masuk dan menonton.
Kia: “Bunda, beruangnya mana?”.
Me: “Mana ya? Kita cari yuk”.
Kia: “itu ada bunda” Kia mulai lupa dengan keinginannya main ke luar.
Me: “nontonnya sambil bobo yuk di kasur” saya mengajak Kia tidur siang karena sudah mau waktu dzuhur dan Kia pun menurut.
Di atas kasur sambil menonton.
Me: “Kia, bunda mau pergi kerja ya”.
Kia: “emmm” ekspreksi protes.
Me: “kan kalau bunda gak kerja, nanti siapa yang ajarin anti sama om belajar”.
Kia: “ ke kampus bunda?”
Me: “Ia, ke Polban. Boleh?”
Kia: “iyah”
Me: “Kia mau titip apa?”
Kia: “cup cake”
Me: “Di polban gak ada yang jual. Bunda beli kalau ada ya”. “Kia di rumah harus solehah ya, makan yang banyak, bobo siang, nanti bunda pulang sore.”
Kia: “iyah”.
Me: “Bunda pergi sekarang ya”
Saya pun keluar pintu rumah disusul Kia yang mengikuti di belakang yang kemudian memberikan salam (sun tangan).
Me: “Assalamualaikum..”
Kia menjawab “Assalamualaikum. Hati=hati bunda, dadah”
Saya berjalan, beberapa langkah saya menyadari kunci mobil tertinggal”
Kia: “kenapa bunda balik lagi?”
Me: “Kunci mobil ketinggalan nak” sambil mengambil kunci.
Me: “Bunda pergi ya”
Kia: “dadah bunda” dengan senyum Ia mengantar kan saya ke depan pintu.
Kia:”bunda dadah”, terus berulang Kia berteriak sambil melihat ke arah saya yang mulai menghilang dari pandangannya.

Rasa bahagia itu mengalir begitu saja, saya bawa bersama rasa tenang ke tempat bekerja. Ternyata perpisahan/momen pergi meningglakan anak di rumah bisa dibuat membahagiakan bagi si kecil dan juga kita.




#Day6_Tantangan 10 Hari Komuniksi Produktif

Assalamualaikum bu ibu dan calon ibu profesional,.
06 Juni 2017, hari ke 6 #tantangan10hari, hari di mana saya meliburkan diri dari aktifitas sosial (gak masuk kerja) berhubung semalam Kia sempat demam dan setelahnya jadi meler. Berhubung hari ini kegiatan belajar mengajar semester genap sudah masuk minggu akhir sebelum UAS maka beberapa kelas sudah selasai dan tidak ada jadwal, maka saya memutuskan untuk beraktifitas di rumah. Saya menemani Kia bermain, memandikan, menyuapi, membuat camilan yang kia mau dan membuat kue kering pesanan. Di hari ke-6 ini saya sudah terbiasa berkomunikasi dengan suara yang rendah dan intonasi yang ramah. Efek yang telah saya rasakan adalah Kia yang lebih mudah “ditaklukan” ketika sedang cranky, lebih nurut dan reflek mengatakan maaf ketika ia berbuat salah.
Contohnya adalah ketika Kia menumpahkan tepung/bahan kue.
Me: “Kia, hati-hati jalannya nanti kesenggol mangkuk tepungnya” (Kia mondar mandir saat saya membuat adonan kue.
Selang beberapa detik eh tumpah beneran karena ke senggol.
Kia: “Bunda maaf ya”
Me: “tuh kan. Ambilin tisu basah kia lap ya”.
Kia masih asik mondar mandir
Me: “Kia anak solehah, bunda minta tolong ambilin tisue basah”
Kia pun bergerak mengambil tisue dan memberikan ke pada saya lalu saya yang mambersiih kan
Kia: “aku, aku juga mau lap bunda”.
Me: “Kia selesaikan ya, tolongin bunda” dan Kia pun melaksanakan tugasnya.

Duuuh senangnya bunda punya anak gadis :D

Senin, 05 Juni 2017

#Day5_Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu ibu dan calon ibu profesional,.

Alhamdulillah, 10 hari Ramadhan sudah terlewati. Cuuung yang masuk ke 10 hari ke dua mulai sibuk cari dan belanja perintilan lebaran? Kalau saya mulai sibuk produksi kue kering lebaran yang sudah di PO teman-teman dari sebelum lebaran plus sibuk nyusun jadwal UAS mahasiswa (eh, malah curhat. *maapkan).

05 Juni means hari ke-5 #gamelevel1 #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiipbatch2, berhubung hari ini saya banyak menghabiskan waktu di ranah publik jadi tidak terlalu banyak interaksi dengan Kia. Saya hanya sempat menemani Kia bermain sampai jam 10 pagi dan setelah jam 7 malam sampai Kia tidur jam 22. Tapi ada satu hal yang saya pelajari hari ini yaitu intonasi dan volume suara itu bisa ditularkan. Ketika kita berkomunikasi dengan volume yang rendah dan intonasi yang ramah maka anak pun akan berkomunikasi dengan cara yang sama. Begitupun jika kita berkomunikasi saat emosi dengan suara tinggi, anak akan berlaku hal yang sama. Selain itu, berkomunikasi dengan volume yang rendah ternyata lebih didengar. Benar kata Ibu Eli Risman saat saya menghadiri seminar parenting awal tahun lalu bahwa berkomunikasi dengan volume yang rendah dengan anak akan lebih mengena dari pada dengan suara yang tinggi.

Lalu bagai mana project 2C saya bersama suami yang sedang bekerja di luar kota? Kalo boleh dikata
 Tidak ada komunikasi yang penting hari ini diantara saya dan suami, kami justru lebih banyak membahas hal-hal pekerjaan kami dan tanya jawab yang memang biasanya ditanyakan setiap hari nya seperti:
Lagi apa?
Lagi di mana?
Tadi buka puasa makan apa?
Dan pertanyaan lainnya yang standar bangeeettt.
So, gak ada hal-hal yang harus diclear kan dan dikalrifikasi.
Hemmm, is there something wrong? Kayanya ada sesuatu yang harus dirubah supaya tidak asik dengan dunia sendiri-sendiri ketika sibuk dengan pekerjaan masing-masing.




Minggu, 04 Juni 2017

#Day4_Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu ibu dan calon ibu profesional,.

Minggu nya ngapain nih?

Pagi tadi saya dan suami antar Kia bermain ke rumah bermain Jejak Kecil di Dago. Sebetulnya jadwal rutin Kia itu di hari Rabu. Tapi berhubung hari Rabu lalu saya tidak bisa antar jadi saya ganti di hari Minggu ini. Sebetulnya saya menjadwalkan mengganti jadwal bermain hari Rabu ke hari Sabtu tapi karena ada pekerjaan dadakan yang membuat saya lagi lagi tidak bisa mengantar Kia bermiain akhirnya kami pergi bermain hari ini meskipun hari ini sudah saya jadwalkan untuk bikin pesenan PO Keriting (Kering kentang masis gurih) dan gepuk suir Bundski. Jadi bisa bayangkan, setelah selesai antar Kia bermain dari pagi hingga dzuhur, berapa banyak pekerjaan yang menanti untuk saya kerjakan. Today was a bussy day, Alhamdulillah. Dan seharian setelah pulang bermain Kia rewel, sedikit gak bisa melakukan sesuatu nangis, sedikit diberi tahu/dinasehati nangis, sedikit ditinggalin kerja di dapur nangis.

#Day3_Tantangan 10 Hari Kominikasi Produktif

Assalamualaikum bu ibu dan calon ibu profesional,.

Cuuuung yang sama-sama ikutan kelas bunda sayang Institut Ibu Profesional Batch 2 dan belum terbiasa dengan tantangan 10 hari yang bikin kaya ditagihin utang tiap hari?

Dulu zaman ikut kelas matriks, Cuma dikasih PeEr (NHW) mingguan, jadi bisa dikerjain pas weekend. (amaaan terkendali) Nah, skr di kelas bunda sayang harus “nulis” day by day, means setiap hari harus menyisihkan waktu setidaknya sejam buat nulis. Untuk saya ibu rumah tangga yang bekerja, rasanya perjuangan banget menyisihkan waktu sejam untuk “menulis” yang artinya harus mengurangi porsi waktu kegiatan lainnya (eh jadi curhaat., *maap kan). Tau sih belum bisa karena tidak terbiasa, jadi mareee kita biasakan *fighting.

Hari ini Sabtu, tanggal 3 Juni, qodratullah ada undangan meeting dadakan dengan kerjaan darurat yang mau gak mau harus saya selesaikan hari itu juga. Jadilah dari pagi sampai magrib saya meeting di salah satu hotel di daerah Pasteur. Sebelum pergi meeting pukul 9, saya mampir ke pasar tradisional untuk beli daging dan kentang karena besok minggu harus bikin pesenan PO gepuk suir dan Keriting Bundski. Yaaa, bisa dibayangkan saya dengan pakaian rapih (nyaris formal) berdandan , turun dari mobil lalu masuk pasar. Bukan masalah bagi saya sebenernya untuk masuk pasar karena saya dari kecil suka sekali berbelanja ke pasar. Yang jadi masalah adalah tatapan orang-orang ke pada saya karena terlihat seperti orang saltum (salah kostum). Akhirnya saya pakai jaket untuk menutupi pakaian saya. Singkat cerita, selesai belanja dengan ditemani suami yang bertugas sebagai kuli panggul.

Sampai di parkiran, masuk mobil. Triiinggggg,. Suara sms masuk.

Mamah: “Tolong beliin cengek (cabe rawit) dan ayam filet ½ kg,
Me: “mamah titip beli cengek sama filet ayam” seru saya ke pada suami yang nyaris mau keluar parkiran.

Tiba-tiba muncul di benak saya,

Jumat, 02 Juni 2017

#Day2_Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu-ibu dan calon ibu profesional,

Gimana shaum hari ke-7 nya? Semoga masih lancar yaa J

Sedikit cerita, hari ini saya pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung, sebut saja Pasar Baru :p jadi ceritanya saya pergi untuk beli bahan kue di toko langganan mamah saya. (eh udah pada tahu kan ya kalo saya jualan cookies/kue kering lebaran). Ini adalah kali ke-2 saya berbelanja bahan kue untuk produksi cookies lebaran nanti setelah dua minggu lalu belanja dan bahannya habis karena pesanan yang banyak (Alhamdulillah). Kali ini saya belanja ditemani pak suami, Kia dan mamah. Singkat cerita, posisi toko bahan kue ada di jalan pasar baru barat (alias belakang pasar baru) yang gak ada lahan parkirnya, hanya bisa dilewati kendaraan saja tapi tidak bisa berhenti. Jadi, mau tidak mau suami yang gak tahu posisi toko bahan kue nya parkir di dalam gedung pasar baru setelah saya yang menggendong Kia dan mamah turun di jalan samping dan berjalan kaki menuju toko bahan kue. Sejam berlalu, pak suami telah selesai melaksanakan solat Jum’at dan saya beserta Kia dan mamah pun sudah selesai memesan bahan belanjaan. Sambil menunggu bahan belanjaan kami disiapkan, saya dan mamah memutuskan untuk membeli makan siang untuk Kia di food court lalu mampir ke masjid untuk solat sambil janjian dengan pak suami. Kia sudah makan, saya dan mamah sudah solat, kami pun memutuskan untuk kembali ke bawah mengambil barang belanjaan. Dan di sini lah masalah terjadi,

Kamis, 01 Juni 2017

Day1_Tantangan 10 hari Komunikasi Produktif

Assalamualaikum bu-ibu profesional,.

Alhamdulillah, awal Mei lalu saya telah lulus dan di wisuda di kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Nah, tahun ini saya langsung join kelas Bunda Sayang atau akrab dipanggil Bunsay #kuliahbunsayiip. Sempat bimbang  diawal untuk cuti atau lanjut kelas karena khawatir keteteran membagi tugas domestik (seputar rumah), tugas luar (pekerjaan), dan tambahan kesibukan lain. Akhirnya saya coba tanya suami sekaligus minta izin and here, I am in the class dan ini adalah tangtangan 10 hari pertama saya.

Jadi materi pertama di kelas bunsay adalah KOMUNIKASI PRODUKTIF yang berisi bagaimana kita berkomunikasi secara produktif terhadap diri sendiri, pasangan dan anak. Saya review intinya ya,.
Pertama, yang tantangan terbersar dari komunikasi produktif terhadap diri sendiri adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Berupaya untuk memilih kata positif/mengganti kata negatif dengan kata positif adalah salah satu cara berkominikasi yang produktif terhadap diri sendiri.

Ke dua, hal yang harus diterima dalam berkomunikasi dengan pasangan adalah bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda, maka kenali cara pasangan mu berkomunikasi adalah salah satu upaya untuk dapat berkomunikasi produktif. Adapun yang beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi dengan  pasangan adalah; 1. Kaidah 2C (lear and clarify), 2. Choose the righ time, 3.  Kaidah 7-38-55 (7%kata-kata;33% suara/intonasi;55% bahasa tubuh), 4. Intensity of eye contact, 5. Kaidah I’am responsible for my communication.

Ke tiga, ada 10 cara berkomunikasi produktif dengan anak yaitu: 1. Mengendalikan emosi, 2. KISS (keep information short and simple), 3. Intonasi suara yang ramah, 4. Mengatakan yang diinginkan, 5. Fokus pada masa depan, 6. Jelas memberikan pujian/kritikan, 7. Refleksi pengalaman, 8. Observasi, 9. Menunjukkan empati. 10. Memberikan pilihan.

Minggu, 19 Maret 2017

#NHW8_Misi Hidup dan Produktivitas

Assalamualaikum bu-Ibu dan calon ibu profesional.

Tak terasa, Program Matrikulasi Institut Ibu Profesioanal sudah hampir selesai. Materi minggu ke-8 ini melanjutkan materi sebelumnya tentang IBU PRODUKTIF.
Minggu lalu saya sudah menuliskan bahwa “Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari”. Sehingga produktivitas hidup kita ini tidak akan selalu diukur dengan berapa rupiah yang akan kita terima , melainkan seberapa meningkat kemuliaan hidup kita dimata Allah dan seberapa manfaat hidup kita bagi alam semesta.

Di materi kali ini “Be Professional, Rejeki will follow” menjadi tagline Ibu Profesional di mana “Be Profesional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. “Rejeki will follow’ bisa dimaknai bahwa  rejeki  setiap orang  itu sudah  pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh  tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.

Hal penting yang harus diingat:

Selasa, 14 Maret 2017

#NHW7_Menuju Bunda Produktif

Assalamualaikum bu-Ibu dan calon ibu profesioanal,.

Apa kabarnya minggu ini? Alhamdulillah di minggu kemarin saya dikasih bonus sakit radang tenggorokan yang bikin badan demam, hidung meler, dan keleyengan, maka gagalah semua jadwal kegiatan yang sudah disusun termasuk jadwal membuat dan mengumpulkan NHW7. Udah telat nih ceritanya, tapi lebih baik telat ketimbang gak dikerjain kan ya? Hehe,. (maapkan bu-Ibu).
Seperti biasa saya akan menuliskan poin-poin penting dari materi MIIP. Jadi ceritanya di minggu ke-7 ini saya mendapatkan ilmu baru mengenai Menjadi Ibu Produktif. Di bawah ini adalah 7 point penting menurut saya.

1.       Sebagai ibu produktif kita dituntut untuk senantiasa menjalani proses menemukan “MISI PENCIPTAAN” diri di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat mata “BERBINAR-BINAR", yaitu melakukan aktivitas yang mampu menyenangkan hati dan membangunkan gairah/passion.

2.       Ibu produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki. Dengan prinsip “Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya,  demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar”. Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah  bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga.

3.       Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI, maka pilihlah aktifitas sebagai ibu di dunia produktif yang meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga.

Minggu, 05 Maret 2017

#NHW6_BELAJAR MENJADI MANAGER KELUARGA HANDAL

Assalamualaikum bu-ibu dan calon ibu profesional.

Ketemu lagi nih di dunia bunda nya Kia.
Minggu ini ceritanya jadi korming (koordinator mingguan) dadakan. Nah, materi minggu ini adalah “Belajar Menjadi Manager Keluarga Handal”. Dibaca dari judulnya saja sudah sangat jelas kalau ibu/istri adalah manajer keluarga, kalau pak suami sudah pasti jadi pemimpin/kepala rumah tangga. Bu-ibu.. apa sih yang terfikirkan saat mendengar/membaca kata manager? Saya sendiri katika mendengar/membaca kata manager langsung terpikirkan kata “pengelola/ orang yang mengelola”, jadi kalau manager keluarga adalah orang yang mengelola seluruh kegiatan, kebutuhan kelurarga.

Sabtu, 25 Februari 2017

#NHW5_Belajar Bagaimana Caranya Belajar

Assalamualaikum, buibu dan calon ibu profesional,.

Sampai di materi ke-5 dari 9 materi program matrikulasi IIP. It means saya sudah melewati mid semester, semoga bertahan sampai akhir yaa. Materi ke 5 ini adalah “Belajar Bagaimana Caranya Belajar”. Selama ini kebanyakan orang masih terpaku bahwa belajar itu duduk di kelas memperhatikan guru, duduk di meja belajar dan membaca buku. Sejatinya dengan berkembangnya teknologi, cara belajar sudah semakin beragam dan semakin banyak orang yang menyadari bagaimana caranya belajarnya. Nah, bagaimana dengan saya?

Sebelum saya menjawab pertanyaan NHW5, let me review a whole materi tentang Belajar Bagaimana Caranya Belajar dari program matrikulasi IIP.
Here, 10 point penting yang saya rangkum.

Minggu, 19 Februari 2017

#NHW4_Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Assalamualaikum bu-ibu dan calon ibu profesional,.

This week, kelas matrikulasi IIP have a challenging topic. “Mendidik Anak dengan Fitrah Berbasis Hati Nurani” for the first time I heard it sounds like the words of God (berat banget kata-katanya). And after I read a whole materi mata kaya dicolok-colok sampe melek. So, let me share the review, yang menurut saya ini point pentingnya.

1.    Salah satu alasan wanita diamanahi anak adalah untuk membangun peradaban dari dalam rumah.
2.    Yang menentukan tahapan ilmu yang harus dikuasai dalam mendidik anak, adalah DIRI SENDIRI.
“The only reality is YOUR PERCEPTION”
Yakinlah bahwa kita bisa membuatnya menyenangkan dengan menjadi diri sendiri, jangan hiraukan pendapat orang lain dan jangan silau terhadap kesuksesan orang lain.
3.    Yakinlah kepada “kemampuan fitrah” kita dalam mendidik anak-anak. “Just DO It”. Lakukan saja meskipun belum paham, karena Allah lah yang akan memahamkan lewat laku kehidupan kita.
4.    Jangan heboh pada “Apa yang harus dipelajari anak-anak kita”, tapi fokus pada “Untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut”.
5.    Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir jaman, yaitu : PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH BERBASIS HATI NURANI
6.    Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir.
7.    Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia.
8.    Tugas orang tua adalah MENEMANI.
9.    Bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK.
10. Mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dan sebagainya. Tetapi pendidikan sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.

Gimana bu-Ibu pedes gak itu mata gara-gara kecolok? Atau pipi yang sakit kaya habis ditampar bolak-balik?

Sabtu, 11 Februari 2017

#NHW3_Membangun Peradaban dari dalam Rumah

Assalamualaikum bu-ibu matrikulasi IIP Batch 3,.
Sampai ke materi minggu ke 3 rasanya pontang panting untuk dapat menyelesaikan NHW_3 program matrikulasi IIP ini. Dimulai dari tugas membuat surat cinta untuk suami tersayang sampai susah payah mengilhami kehendakNya atas kehadiran keluarga kita di muka bumi.
With limited time that I have, let me write and answer the questions from NHW_3.

a.     Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki “alasan kuat” bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Pertama baca tugas ini tanggapannya langsung, What? Surat cinta?
Meskipun bagi saya ini bukan hal yang asing karena sedari dulu saya biasa menulis surat ke pada suami (meskipun by email) ketimbang ngomong langsung untuk mengungkapkan hal-hal yang penting karena bagi saya kata-kata yang sulit diungkapkan dapat dengan mudah dituliskan. Bedanya kali ini saya membutuhkan waktu 3 jam untuk menulis selembar surat cinta yang saat muda dulu hanya membutuhkan 15 menit saja (harap maklum ye, sudah buntut satu, otak tidak secemerlang masa muda).  So, check this link for the letter,.
Dan apakah responnya?

Kamis, 09 Februari 2017

Surat Cinta untuk Suamiku

Dear my beloved husband,

Did you remember the first letter I wrote for you, which answered your question about my feeling. Although It was more than 5 years ago, till this moment that feeling does not change even a little. With my pride I wrote the reasons I chose you to be my half who will accompany me in the rest of my life, who will be a father for our children, who will be the only one partner and friend knows me so well.

Kamis, 02 Februari 2017

#NHW2_Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga

Asslamualaikum bu-ibu, dan calon ibu.

Gak kerasa sudah mamasuki kuliah matrilukasi minggu ke-2 artinya ada Nice Home Work lagi.
Ketika pertama membaca judul materi minggu ke-2, baru baca saja sudah merasa WOW. Bisa kah saya menjadi ibu profesional kebanggan keluarga? Membaca visi dan misi dari komunitas ibu profesioanl saja sudah sangat menampar diri ini yang jauh dari profil ibu profesional. Tapi bukan kah karena itu saya ada di kelas matrikulasi hari ini? (coba menghibur diri sendiri supaya tidak menyalahkan diri. hihi). Sekali lagi dengan waras ternyata hei ternyata menjadi profesioanal sekaligus membanggakan itu butuh pengorbanan (materil, moril), usaha, dan waktu. We can’t called ourself are a profesional mom just because we stay at home 24/7, apalagi kalo nyambi kerja di luar (kaya saya), It become harder bu-ibu.

Sabtu, 28 Januari 2017

#NHW1 Adab Menuntut Ilmu

Apa sih IIP (Institut Ibu Profesional)?
Waaaah, ada institut model begitu?
Itu kuliah atau apa sih kegiatannya?
Susah gak?
Menguras waktu ga?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebagian pertanyaan yang terlahir dari rasa penasaran saya ketika membaca beberapa postingan teman yang sedang mengikuti program matrikulsi IIP Batch 2. Beberapa hari kemudian bermodalkan internet di telfon genggam, saya akhirnya memutuskan untuk berselancar di dunia maya, niat nya mau tanya mbah google tentang program IIP tapi akhirnya malah asik buka facebook. Tapi, atas ijin Allah saat itu mata saya ditujukan pada sebuah postingan teman yang baru saja lulus dari program matrikulasi IIP batch 2 yang dari nya pula saya mendapat informasi tentang pembukaan program matrikulasi IIP batch 3. Tanpa tau banyak tentang IIP saya meminta izin pada suami untuk mengikuti program matrikulasi dengan menjelaskan alasannya. Alhamdulillah, suami pun mengijinakan, segera saya mendaftar dan menyelesaikan semua tahapan administrasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Seminggu berlangsung,.

Saya belum mendapatan informasi apapun mengenai program matrikulsi IIP batch 3 Kota Bandung termasuk tidak ada satupun undangan grup program matrikulasi IIP selain email dari Ibu Septi Wulandani seminggu sebelumnya. Saat itu saya masih berfikir, mungkin saya akan diudang dekat dengan hari pertama kuliah 23 Januari.

Tangggal 23 Januari

Tidak ada tanda-tanda undangan grup, saya masih mencoba khusnudzon (mungkin besok). Sampai tanggal 25 masih saja tidak ada tanda-tanda, akhirnya saya menguhubungi teman yang pernah bergabung di program matrikulasi batch 2, menjelaskan keadaan saya dan meminta bantuannya. Alhamdulillah, tanggal 26 Januari 2017 secara resmi saya bergabung di kelas matrikulasi IIP batch 3 kota Bandung 2 dengan status ketinggalan kereta (*kok kereta sih? Kelas maksud nya).
So, Saya Anggi Regaian Agustin, SST, M.Sc si mahmud abas (re: mamah muda anak baru satu) yang sekarang katanya dosen teknik kimia, hanya bermodalkan nol untuk ikut kelas ini.